





JUWAIRIYYAH BINTI AL-HARITS R.A. (Putri Pemimpin Bani Musthalia) Bagian 4
Pernikahan Juwairiyyah dengan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam itu sungguh berdampak sosial sangat positif, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi kaumnya. Ia sendiri selamat dari perbudakan, bahkan beroleh kemuliaan yang sangat tinggi sebagai Ummul-Mu’minin. Sedangkan warga kabilahnya selain terselamatkan dari perbudakan yang memalukan, juga terselamatkan dari murka Allah di dunia dan…
DetailsJUWAIRIYYAH BINTI AL-HARITS R.A. (Putri Pemimpin Bani Musthalia) Bagian 3
Pengantin Membawa Berkah Berita pernikahan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam dengan putri Al-Harits bin Abi Dhirar demikian cepat tersebar di kalangan penduduk Madinah. Mereka mendoakan wanita dari Bani Mushthaliq yang beroleh kemuliaan melalui pernikahannya dengan Nabi dan Rasul yang mereka imani dan mereka junjung tinggi. Anggota-anggota pasukan Muslimin dalam perang di…
DetailsJUWAIRIYYAH BINTI AL-HARITS R.A. (Putri Pemimpin Bani Musthalia) Bagian 2
Dengan berakhirnya perang Khandaq kaum Muslimin pulang ke tengah keluarganya masing-masing untuk beristirahat. Akan tetapi belum lama mereka istirahat, terdengar aba-aba di siang hari bolong, yang atas perintah Nabi menyerukan, “Barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya janganlah menunaikan shalat ashar sebelum tiba di tengah permukiman Bani Quraidhah!” Aba-aba tersebut bukan lain adalah perintah gerakan…
DetailsJUWAIRIYYAH BINTI AL-HARITS R.A. (Putri Pemimpin Bani Musthalia) Bagian 1
“Pada waktu Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam membagi tawanan perang wanita Bani Musthaliq (melalui undian), Juwairiyyah binti Al-Harits jatuh di tangan Tsabit bin Qais, atau saudara sepupunya. Wanita itu kemudian berusaha keras hendak menebus dirinya (untuk dimerdekakan). Ia seorang wanita yang berwajah manis dan elok. Setiap pria yang melihatnya pastik tertarik.…
DetailsZAINAB BINTI JAHSY R.A. (Wali Nikahnya Paling Mulia) Bagian 10
Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththab r.a. pernah mengirimkan uang tunjangan bagi Zainab sebesar 12.000 dirham. Zainab menerimanya sambil berucap, “Ya Allah… uang ini kelak tidak akan dapat mengikutiku (yakni tidak akan dibawa mati!). Ini ujian (fitnah) bagiku, bukan lain!” Uang itu lalu dibagikan kepada kaum kerabatnya yang tidak mampu dan orang-orang lain yang membutuhkan pertolongan. Ketika…
DetailsZAINAB BINTI JAHSY R.A. (Wali Nikahnya Paling Mulia) Bagian 9
Tekun Beribadah dan Bertakwa Persaingan tajam antara dua orang istri Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam itu, ‘A’isyah r.a. dan Zainab r.a., tidak mengurangi kejujuran Zainab dalam pembelaannya untuk menyalamatkan ‘A’isyah r.a. dari fitnah kabar bohong yang hendak mencemarkan kesucian dan kehormatannya. Sikap Zainab yang terpuji itu diakui oleh ‘A’isyah r.a. sendiri…
DetailsZAINAB BINTI JAHSY R.A. (Wali Nikahnya Paling Mulia) Bagian 8
Pada bab yang lalu telah diketengahkan betapa besar kecemburuan ‘A’isyah r.a. terhadap Zainab r.a., yaitu kisah tentang kesepakatan bersama antara ‘A’isyah, Hafshah, dan Saudah—radhiyallahu dnhunna—ketika mereka melihat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam agak lama berada di tempat kediaman Zainab r.a. Mereka bersepakat menyindir-nyindir beliau dengan mengajukan pertanyaan yang sama, “Aku mencium…
DetailsZAINAB BINTI JAHSY R.A. (Wali Nikahnya Paling Mulia) Bagian 7
Pernikahan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam dengan Zainab binti Jahsy r.a. terjadi dalam tahun ke-5 Hijriyah. Ketika itu Zainab berusia 35 tahun. Demikian menurut Al-Waqidiy di dalam Al-Ishabah: VIII/93 dan ‘Uyunul-Atsar: 11/304. Nama asli Zainab ialah Barrah. Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam sendiri yang memberinya nama baru…
DetailsZAINAB BINTI JAHSY R.A. (Wali Nikahnya Paling Mulia) Bagian 6
Walimah dan Hijab Menurut Al-Waqidiy di dalam Thabagat Ibnu Sa’ad dan Al-Ishabah, pada saat-saat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam sedang bercakap-cakap dengan ‘A’isyah r.a., tiba-tiba beliau lelap dalam ghasy-yah[1] melihat Malaikat Jibril a.s. datang menyampaikan wahyu Ilahi kepada beliau. Beberapa saat kemudian beliau terjaga seraya tersenyum dan bertanya, “Siapakah yang mau…
DetailsZAINAB BINTI JAHSY R.A. (Wali Nikahnya Paling Mulia) Bagian 5
Sekalipun Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam telah berbulat tekad hendak mendobrak tradisi jahiliyah mengenai tabanni itu dan memahami sepenuhnya apa yang telah diperintahkan Allah kepada dirinya, beliau merasa masih belum sanggup melaksanakan perintah tersebut, yakni keharusan beliau nikah dengan Zainab. Beliau masih memikirkan, betapa besar reaksi masyarakat jika mengetahui beliau nikah…
DetailsZAINAB BINTI JAHSY R.A. (Wali Nikahnya Paling Mulia) Bagian 4
Zaid mematuhi nasihat beliau Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam Ia mencoba berusaha menahan derita batin yang tidak diketahui kapan akan berakhir. Sejak Zainab belum menjadi istrinya, Zaid sudah mendengar bahwa Zainab pasti tidak akan dapat menerimanya sebagai suami. Akan tetapi atas kemau-an Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam ia—walaupun…
DetailsZAINAB BINTI JAHSY R.A. (Wali Nikahnya Paling Mulia) Bagian 3
Pernikahan Atas Perintah Ilahi Kendati Zainab telah menjadi istri Zaid, kehidupan suami istri itu sama sekali tidak serasi. Zainab sukar melupakan kemuliaan dirinya sebagai wanita berdarah bangsawan. Ia tetap merasa tidak sudi mempunyai seorang “bekas budak.” Satu detik pun ia tidak pernah merasa kedudukannya lebih rendah dari suaminya, seorang lelaki yang hadir di tengah keluarga…
Details