Investasi akherat ini, merupakan investasi yang tidak akan pernah mengalami kerugian di dunia dan di akhreat dan merupakan penyebab untuk meraih keridhloan Allah SWT.

Telah banyak anjuran yang datang kepada kita sekalian untuk mengeluarkan sebagian dari harta yang kita miliki di jalan Allah, baik dari Kitabullah maupun Hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wassalam.

Firman Allah SWT

قاَلَ اللهَ تَعَالَى : وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ  فَلأَنْفُسِكُمْ قلى وَمَا تُنْفِقُوْنَ اِلاَّابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ قلى وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لاَ تُظْلَمُوْنَ  البقرة : 272

Artinya :

Allah SWT berfirman : “Dan apa saja harta yang baik yang kamu infakkan (di jalan Allah) maka sesungguhnya (manfaatnya) itu untuk diri kalian sendiri dan janganlah kamu menginfakkan sesuatu melainkan untuk mencari keridhloan Allah SWT dan apa saja harta yang baik yang kamu infakkan niscaya kamu akan diberi pahalanya dan sedikitpun kamu tidak akan didhlolimi (dirugikan).

وَقَالَ الله تَعَالَى : وَمآ اَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْئٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُصلى وَهُوَ خَيْرِ الرَّازِقِيْنَ سباء : 39

Artinya :

Allah SWT berfirman : “Dan barang apa  saja yang kamu infakkan maka Allah akan menggantinya dan Dialah sebaik-baiknya Tuhan pemberi rizqi”

Dan banyak Hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasallam yang menganjurkan kita untuk berinfak (bershodaqoh)

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : قَالَ الله تَعَالَى  أَنْفِقْ يَا ابْنَ آدَمَ أٌنْفِقْ عَلَيْكَ مُتَفَقٌ عَلَيْهِ

Artinya :

Diriwayatkan dari Sahabat Abu Hurairah r.a. berkata, bersabda Rasulullah SAW : bahwa Allah SWT telah berfirman “Wahai anak Adam berinfaklah maka Aku akan berinfak kepadamu”.

Diriwayatkan juga dari Sahabat Abu Kabsyah Umar bin Sa’ad Al Anmaari r.a. sesungguhnya beliau telah mendengar bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam  bersabda, yang artinya adalah  : “Sesungguhnya dunia berada dalam 4 golongan :

  1. Seorang  hamba yang telah diberikan oleh Allah harta dan ilmu dan dia menggunakan harta tersebut untuk bertaqwa kepada Allah, menyambung silahturahim, dan dia mengetahui bahwa dalam harta tersebut terdapat hak-hak Allah, dan ini sebaik-baiknya kedudukan dunia.
  2. Seorang hamba yang telah diberikan oleh Allah ilmu dan tidak diberikan dunia dan dia mempunyai kesungguhan niat sehingga dia berkata : “Kalau aku punya harta, aku akan berbuat apa yang di perbuat si fulan (orang yang beramal baik)”.  Maka ia mendapat apa yang dia niatkan dan pahala keduanya sama.
  3. Seorang hamba yang telah diberikan oleh Allah harta tapi tidak diberikan ilmu, sehingga ia menggunakan hartanya tanpa ilmu, dan hartanya tidak untuk bertaqwa, menyambung silahturahim, dan ia tidak mengetahui  hak-hak Allah dalam harta tersebut, dan ini sejelek-jeleknya kedudukan dunia.
  4. Seorang hamba yang tidak diberi oleh Allah harta dan ilmu dan dia berkata : ” Kalau aku diberikan harta maka aku akan berbuat apa  yang diperbuat si fulan (orang  menyia-nyiakan harta)”, maka ia mendapat apa yang ia niatkan dan dosa keduanya sama “.

Dan telah berkata Al Imam As Syafi’i

قَالَ اْلإِمَامُ الشَّافِعِي : نِعْمَ الْمَالُ اْلصَّالِحِ فِي رَجُلٍ صَالِحٍ

Artinya :

Telah berkata Al Imam AsSyafi’i  : “Sebaik-baiknya harta yang baik, yang berada pada laki-laki yang sholeh”.

Dan jangan sekali-kali kita bakhil dengan harta kita, Allah SWT telah berfiman dalam Surat Al Lail :

وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى

Artinya :

“Dan adapun orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan dengan pahala yang terbaik, maka akan kami siapkan jalan yang sukar”.

Lihatlah kisah seorang imam yang agung, salah satu cucu Baginda Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wasallam yang seharusnya kita jadikan contoh dan panutan yaitu Al Imam Ali Zainal Abidin.  Beliau seorang yang hidupnya sederhana, tidak memiliki kekayaan yang melimpah, akan tetapi semenjak hidupnya di kota Madinah, tidak terlihat faqir miskin yang meminta-minta.  Karena seluruh faqir miskin yang ada di kota Madiah, Beliau yang menanggung seluruh kebutuhannya.

Setiap malam Al Imam Ali Zainal Abidin memikul sendiri, bahan makanan pokok, uang, dan sebagainya,  kemudian diberikan kepeda seluruh faqir miskin di kota Madinah tanpa sepengetahuan mereka.  Sehingga setiap hari seluruh faqir miskin di kota Madinah mendapati di depan rumahnya  telah ada bahan-bahan makanan, uang dan sebagainya, tanpa mengetahui siapa yang memberikan itu semua.

Sepeninggal Al Imam Ali Zainal Abidin, di kota Madinah banyak bermunculan pengemis. Mereka bertanya-tanya kemana orang yang setiap hari mencukupi kebutuhan hidup mereka. Ternyata orang yang setiap hari memenuhi kebutuhan hidup mereka telah meninggal dunia.  Dan diketahui bahwa jumlah faqir miskin yang telah dicukupi kebutuhannya, mencapai lebih dari 100 kepala keluarga.

Lihatlah seorang imam yang agung yang seluruh hidupnya senantiasa digunakan untuk mencari keridhloan Allah, yang memiliki sifat kedermawanan yang tinggi, sehingga Beliau tidak takut jatuh miskin. Beliau hidup dengan sederhana, akan tetapi memiliki kepedulian yang tinggi terhadap faqir miskin.  Dan yang lebih menonjol dari sifat mulia Beliau, faqir miskin yang setiap hari Beliau tanggung kebutuhannya, tidak tahu siapa yang memberi berbagai kebutuhan pokok itu setiap harinya, sampai meninggalnya Al Imam Ali Zainal Abidin. Artinya amalan yang Beliau lakukan tersebut tiada lain hanya karena Allah, walaupun kenyataanya beliau bukanlah orang yang kaya dan berada.

Oleh sebab itu kemiskinan dan kekurangan seharusnya tidak menjadikan halangan seseorang di dalam berbagi dan berinfaq untuk menambah investasi akherat.  Apalagi apabila kita menjadi seorang hamba yang dikarunia Allah dengan harta yang melimpah. Alangkah baiknya kalau kita lebih perhatian terhadap urusan kaum muslimin.