الحلقة العلمية الأولى تحت شعار
“من أجل توثيق الرجال العدالة و الأسانيد،
العلامة المحدث النسابة المؤرخ الحبيب سالم بن أحمد بن جندان أنموذجا”
بعنوان:
“العلامة المحدث النسابة المؤرخ الحبيب سالم بن أحمد بن جندان كما قد عرفناه”.
عنوان البحث
“توثيق الأئمة و تزكيتهم للحبيب سالم بن جندان”.
المنعقدة يوم الأحد 8 شعبان 1347 هجرية / 15 مايو 2016 في مسجد المعمور بجاكرتا
للعلامة الكياهي الحاج الشيخ محمد شكور يعقوب
AL HALAQOH AL ILMIYAH
Bahasan Ilmiyah di acara Halaqoh Ilmiyah, dengan tema “Dalam Rangka Pembuktian Ilmiyah Atas Figur Para Ulama” yang diadakan pada hari Ahad 8 Sya’ban 1437 H\ 15 Mai 2016 M di Masjid Jami Al Makmur Tebet Jakarta Selatan, dengan judul:
“Al ‘Allamah Al Muhaddits Al Muarrikh An Nassabah
Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan
Sebagaimana Yang Kita Kenal”
Oleh:
KH.Muhammad Syukur Ya’qub dengan tema
“Pengakuan Para Ulama Terhadap Al Habib Salim”.
KH.Muhammad Syukur Ya’qub
“Pengakuan Para Ulama Terhadap Al Habib Salim”.
Al Habib Salim adalah wali min awliya Illah, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Mujiib Al Muhtaaj Fi Ma’rifat Al Isra Wa Mi’raaj, terbitan Daar Al Masyaarii’, yang menjelaskan bahwa ‘annal anbiya wal auliya lahum tasharruf ba’da wafatihim’. Sesungguhnya para nabi dan para wali diberikan izin dan kemampuan untuk bertindak setelah wafat mereka. Para Nabi, para awliya memiliki tasawuf. Mereka memberikan petunjuk dan gagasan, walaupun mereka sudah tidak ada (berpulang ke Rahmatullah). Sebagai contoh, ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mi’raj ke langit dan mendapat perintah shalat 50 waktu. Rasulullah kemudian bertemu dengan Nabi Musa yang sudah wafat dan mengatakan, “Irzk illaarabbik wal sahaltu takwif”, kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan. Nabi Musa sudah wafat, tetapi itu menjadi isyarat bahwa para nabi dan awliya memiliki tasawuf, bisa memberikan petunjuk padahal mereka sudah tidak ada. Salah satu bukti bahwa Al Habib Salim memiliki tasawuf adalah tanpa tasawuf, tidak mungkin ada penyusunan biografi setelah Al Habib Salim wafat. Penyusunan biografi ulama, seperti Al Habib Salim bin Jindan, Al Habib Ali Bungur, Al Habib Ali Kwitang, Al Habib Abdurrahman As-Segaf, Asy-Syaikh Abdullah Syafi’i, dsb adalah sangat penting, agar para pemuda bisa mengetahui sejarah. Sebagai generasi penerus, para pemuda tidak mengidolakan sosok lain selain sosok ulama, para wali. Paling afdhal (utama) mengambil idola adalah mengidolakan ulama.
Al Habib Salim Jindan sangat teliti dan hati-hati dalam masalah hadits. Setiap hadits disampaikan dengan mata rantai periwayat (sanad), dan jika ada orang yang menyampaikan hadits tanpa sanad riwayat, Al Habib Salim Jindan akan langsung menegur dan tegas mengatakan ‘dungu’, karena sifat kehati-hatian beliau menyangkut hadits.
Al Habib Salim Jindan memiliki sifat kasyf, misalnya mengetahui tujuan dari seseorang yang datang menemui beliau, apakah berkaitan untuk keperluan bertanya sesuatu mengenai ilmu atau lainnya. Beliau juga memiliki dzaakiroh (ingatan) yang tajam, misalnya mampu mengetahui persis susunan kitab di rak dan pada halaman berapa persoalan atau jawaban yang ingin dicari berada. Sifat beliau ini banyak disaksikan oleh orang yang hidup di zaman beliau. Sifat ketelitian semacam ini terbukti sangat penting, terutama di zaman sekarang, saat munculnya berbagai faham, maka sangat penting mengkaji sejarah dan berhati-hati dalam setiap persoalan, dan jika tidak maka dikhawatirkan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Al Habib Salim Jindan memiliki kecerdasan dalam menjawab persoalan. Misalnya ketika itu ada pertanyaan apakah ruh Nabi hadir saat mahalul qiyam?. Jika dalam satu waktu di beberapa tempat, dilakukan mahalul qiyam, bagaimana Nabi bisa menghadiri kesemuanya?. Atas pertanyaan itu, Al Habib Salim menjawab, “Ana tidak bisa jawab pakai kitab, pakai yang aqliyah saja. Sini, coba ente ajak yang tanya, pada malam terang bulan ke empang marunda, pas terang bulan. Empang banyak ada ratusan empang, coba terang bulan suruh lihat di empang ini ada bulan, ke situ lagi ada bulan, nah bulannya ada berapa? satu, empangnya ada seribu, semuanya ada tuh bulan”. Al Habib Salim menjawab sebagaimana kecerdasan akal beliau.
Banyak ulama yang bermuara mengambil ilmu kepada Al Habib Salim diantaranya KH. Abdullah Syafi’i (ashabul mimbar), Asy-Syaikh Bundiyah Sahab, dan Asy-Syaikh Abdullah bin Nuh. Ketika Asy-Syaikh Bundiyah bin Sahab mengarang buku, terutama yang berkaitan dengan Al Imam Ahmad Muhajir, maka Al Habib Salim sendiri yang dengan tawadhu’ datang untuk membantu. Begitu juga dengan persoalan nasab, semua merujuk kepada Al Habib Salim karena banyak yang mengakui sifat keistimewaan, kekuatan hafalan dan sifat tsiqoh (terpercaya). Dan banyak diantara penuntut ilmu di masa itu diantaranya Al Habib Ali bin Aburrahman As-Segaf, yang jika mengaji, tidak kenal waktu hingga dini hari, itulah gambaran pemuda penuntut ilmu di masa Al Habib Salim.