Khutbah Jum’at Al habib Umar bin Hafidz di Masjid Nur Muhammad
Kemang, 21 Muharram 1436 H / 14 november 2014
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatuwassalamu‘alaa sayyidina rasulillah Sayyidina Muhammad Ibni Abdillah wa‘alaa alihi washohbihi wamanwalah, amma ba’du.
Baru saja kita mendengarkan khutbah yang disampaikan oleh guru kita, Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz bin Syaikh Abu Bakar bin Salim, semoga Allah ta’ala memberikan ‘afiah kesehatan kepada beliau dan memberikan manfaat yang luas kepada kita karena beliau. Al Habib Umar di dalam catatannya mengajarkan puji syukur kepada Allah subhanahu wata’alaa, kewajiban dan cinta kita yang karenanya kita diciptakan oleh Allah Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Mengetahui, dan Allah ta’alaa Maha Lembut, Maha Hidup, tidak mati, segala kebaikan berada dalam kehendak Allah subhanahu wata’alaa. Allah subhanahu ta’alaa menciptakan langit dan bumi beserta isinya dengan satu tujuan agar kalian mengetahui bahwa Allah subhanahu wata’alaa Maha Mampu atas segala sesuatu dan Allah subhanahu wata’alaa Maha Mengetahui dan lebih berhak atas segala sesuatu, Jallah Jalaluh Wata’ala.
Allah ta’ala telah mengutus Nabi Muhammad shollahu’alaihi wa aalihi washohbihi wasallam, makhluk yang paling afdhol, paling mulia, paling agung, paling dekat, paling dicintai oleh Allah ta’ala, paling bertaqwa kepada Allah ta’ala, paling mengharapkan Allah subhanahu wata’ala. Wahai hamba-hamba Allah, takutlah kalian kepada Allah, perbaikilah keadaan diri kalian dan berbuat baiklah kepada Allah sesungguhnya rahmat Allah subhanahu wata’ala dekat dengan orang-orang yang berbuat kebaikan. Sesungguhnya kita dihadirkan oleh Allah subhanahu wata’ala di muka bumi ini untuk merapihkan diri kita terhadap Allah subhanahu wata’ala. Keberadaan kita di dunia ini adalah untuk menjalankan agama, ajaran Allah, dan mengikuti perintah Allah. Hal tersebut adalah hal yang paling mahal di alam semesta, hal yang paling berharga di muka bumi bagi orang yang mengetahui kadarnya dan bisa menjaganya, jangan sampai itu semua dirusak oleh hawa nafsu. Caranya kita menjalani hal tersebut dengan mengikuti dan meneladani Nabi Muhammad shollahu’alaihi wa aalihi washohbihi wasallam sehingga dengan melakukan hal itu kita akan mencapai sebuah pencapaian berupa kecintaan dari Allah ta’alaa. Qul inkuntum tuhibbunallah fattabi’uni yuhbibkumullaha. Apabila kalian mengaku mencintai Allah subhanahu wata’ala maka ikutilah Nabi Muhammad shollahu’alaihi wa aalihi washohbihi wasallam niscaya Allah ta’ala akan mencintai kalian.
Sesungguhnya orang yang mengetahui akan betapa mahal dan agungnya kadar kehidupan yang Allah ta’ala berikan kepada kita di alam dunia ini, jangan kalian pikirkan hal tersebut hanya sebentar, justru mereka yang mengetahui kadarnya dengan berlalunya waktu, hari demi hari, pekan demi pekan, bulan demi bulan, tahun demi tahun sampai masuknya tahun baru hijriyah dan saat ini kita berada di awal tahun hijriyah. Maka jangan kita jadikan waktu, umur dan kehidupan yang kita miliki sebagai halangan untuk permainan untuk orang-orang yang berbuat dzolim kepada Allah subhanahu wata’ala atau orang-orang yang berbuat kejahatan yang ingin menjadikan waktu, umur, kehidupan kita sebagai tempat permainan mereka dan tempat mereka membuang kotoran. Na’udzubillahi mindzalik.
Allah ta’alaa berfirman, “Seandainya kalian mengikuti kebanyakan orang yang ada di muka bumi ini niscaya mereka akan membuat engkau tersesat dari jalan Allah subhanahu wata’alaa”. Disebutkan bahwa barangsiapa yang mengetahui akan umur dan waktu yang dia miliki, maka dia akan menjaga pandangan, pendengaran dan lisannya dari hal-hal yang bukan menjadi urusannya. Tidak mendengar hal-hal yang bukan urusannya, tidak melihat dan menyaksikan hal-hal yang bukan urusannya, serta tidak mengatakan dan mengucapkan hal-hal yang bukan urusannya. Menjaga diri dari hal-hal yang bukan urusannya apalagi menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Sebab dengan seseorang menjerumuskan pandangan, pendengaran dan lisannya dari hal-hal yang bukan urusannya maka dia telah menghinakan kemanusiaan, dia telah menodai kemanusiaan. Na’udzubillahi mindzalik.
Sesungguhnya ketika seseorang istiqomah di dalam pandangan, pendengaran dan lisannya maka itu akan berujung pada istiqomah hati, istiqomah ketaqwaan kepada Allah subhanahu wata’alaa dan istiqomah kerendahan hati kepada Allah subhanahu wata’ala. Allah ta’ala berfirman sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati kita dihitung oleh Allah subhanahu wata’ala. Dengan kita menjaga penglihatan kita dari hal yang tidak baik dan menjaga pendengaran kita dari hal-hal yang tidakbaik, maka otomatis hati kita pun akan terhindar dari hal-hal yang tidak baik.
Allah ta’ala juga berfirman tentang lisan, ketika seseorang mengucapkan sesuatu, tidak ada satu pun ucapannya yang lolos dari pencatatan malaikat-malaikat Allahu ta’ala. Ada malaikat Raqib dan malaikat Atid yang selalu siaga mencatat semua ucapan dan semua perbuatan yang dilakukan. Jagalah pandangan kita dari hal-hal yang bukan urusan kita apalagi dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah subhanahu wata’ala, dari kemaksiatan. Jagalah mata kita dari pandangan haram yang dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala.
Allah ta’ala berfirman,“Katakan wahai Nabi Muhammad kepada kaum mukminin agar mereka menjaga pandangan mata mereka dari yang haram niscaya akan terjaga kemaluan mereka dari hal yang haram pula”. Menjaga pandangan lebih suci atau lebih baik bagi mereka karena untuk kesucian mereka. Oleh karena itu, jaga pandangan mata kita dari hal-hal yang tidak baik. Sebab menjaga pandangan dari yang haram hukumnya wajib, menjaga pandangan dari hal yang makruh hukunnya sunnah. Orang-orang yang mengharamkan matanya dari hal-hal yang haram dan hal-hal yang makruh maka Allah ta’ala muliakan matanya untuk melihat hal-hal yang mulia dan untuk melihat para sholihin, para auliya, para nabi dan memandang dzat Allah subhanahu wata’ala pada hari kiamat. Karena orang-orang yang menghinakan dirinya, menghinakan dzatnya, menghinakan kemanusiannya dengan hal-hal yang tidak baik, dengan hal-hal yang tercela, melihat yang tidak baik dan mendengar yang tidak baik maka baginya adalah kegelapan di atas kegelapan dan diharamkan untuk melihat hal-hal yang mulia, dan diharamkan untuk melihat para sholihin, para auliya, para nabi dan diharamkan untuk memandang dzat Allah subhanahu wata’ala pada hari kiamat.
Disebutkan bahwa mata diciptakan oleh Allah ta’ala sendiri, tanpa bantuan apapun, tanpa bantuan bos kita, tanpa bantuan majikan kita, tanpa bantuan usaha kita, tanpa bantuan pengikut kita dan tanpa bantuan dunia. Allah ta’ala menciptakan mata sendiri. Maka tugas kita menjaga mata tersebut yang merupakan milik Allah ta’ala yang dititipkan kepada kita dan merupakan inventaris Allah ta’ala. Jaga mata tersebut agar mata tersebut tunduk kepada Allah ta’ala dan hanya diperuntukkan untuk Allah ta’ala dan dijaga dari hal-hal yang dilarang oleh Allah ta’ala untuk kita lihat. Seperti yang disebutkan oleh Allah subhanahu wata’ala bahwa janganlah engkau ulurkan pandanganmu kepada hal-hal yang fana dari dunia ini. Begitu juga telah diajarkan oleh Nabi Muhammad shollahu’alaihi wa aalihi washohbihi wasallam jika melihat hal-hal yang menakjubkan yang bersifat duniawi maka hendaknya mengucapkan Labbaik innal ………….akhirot. Sesungguhnya kehidupan yang sebenarnya, kenikmatan-kenikmatan yang sebenarnya adalah kehidupan akhirat yang berada di sisi Allah. Sehingga ketika kita makan racun yang ada di makanan tidak masuk ke dalam hati kita karena telah ternetralisir dengan kenikmatan dari Allah ta’ala, dan kehidupan yang hakiki adalah kehidupan akhirat yang ada di sisi Allah ta’ala.
Maka nikmat mata tersebut gunakanlah untuk melihat kaum mukminin dengan pandangan rahmat dan kasih sayang. Jangan gunakan mata untuk memandang kaum mukminin dengan pandangan kehinaan, dengan pandangan meremehkan dan menjelek-jelekkan mereka. Tapi gunakanlah nikmat mata ini untuk memandang kaum mukminin dengan pandangan kasih sayang dan cinta. Gunakan mata ini untuk memandang alam semesta dengan tafakkur bahwa alam semesta itu adalah ciptaan Allah ta’ala yang terdapat tanda-tanda kebesaran Allah ta’ala di alam semesta itu.
Disebutkan oleh para ulama dan para sahabat, pandangan Nabi Muhammad shollahu’alaihi wa aalihi washohbihi wasallam mayoritas adalah pandangan yang penuh dengan tafakkur, bukan hanya sekedar melihat tetapi melihat dengan penuh tafakkur tentang apa yang ada di alam semesta ciptaan Allah subhanahu wata’alaa dan Nabi Muhammad shollahu’alaihi wa alihi washohbihi wasallam, lebih suka melihat ke bawah dari pada melihat ke langit/atas. Oleh karena itu, pada hari ini berapa banyak kita telah memandang dan melihat pada sesuatu?. Jangan sampai pandangan kita itu membawa kenistaan kita pada hari kiamat nanti. Sesungguhnya diantara pandangan terdapat beberapa pandangan diantara pandangan yang berkhianat dan pandangan yang menjadi penyesalan di hari kiamat. Nabi Muhammad shollahu’alaihi wa aalihi washohbihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya tidak diperbolehkan bagi seorang nabi memiliki pandangan yang berkhianat”. Sehingga diajarkan oleh Nabi Muhammad shollahu’alaihi wa aalihi washohbihi wasallam jika seseorang bangun dari tidurnya maka lihatlah ke atas langit dengan pandangan tafakkur sambil membaca ayat terakhir dari surah Al Imran yang mengharuskan untuk bertafakkur kepada Allah ta’ala.
Jangan sampai musuh-musuh Allah ta’ala menjadi penguasa di pandangan, pendengaran dan lisan kita. Musuh-musuh Allah ta’ala merebutnya bukan dengan kekuatan tetapi dengan memanfaatkan kelemahan kita dalam semangat dan pemahaman kita akan syariat yang disampaikan oleh Nabi Muhammad shollahu’alaihi wa aalihi washohbihi wasallam. Sehingga mereka menguasai pandangan, pendengaran dan lisan kita. Hal itu bisa membuat apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, dan apa yang kita ucapkan adalah hal yang menyimpang dari ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad shollahu’alaihi wa aalihi washohbihi wasallam. Apabila hal itu kita biarkan begitu saja maka mata ini akan terharamkan dari melihat hal-hal yang mulia terutama melihat dzat mulia Allah ta’ala.
Sifat kaum mukminin adalah melihat dan mendengar pada hal-hal yang baik. Ketika terlihat dan terdengar pada mereka hal-hal yang tidak baik, mereka pun berpaling dan meninggalkan hal-hal tersebut. Allah ta’ala berfirman ketika kalian melihat kumpulan orang yang berkata tidak baik janganlah kalian duduk bersama mereka, jika kalian duduk bersama mereka dan mendengarkan apa yang mereka ucapkan berarti kalian sama seperti mereka, kalian masuk ke dalam kelompok mereka. Naudzubillah mindzalik.
Kalau kalian ingin mendengar, dengarkan ucapan para auliya, dengarkan ucapan para anbiya, dan dengarkan ucapan Nabi Muhammad shollahu’alaihi wa aalihi washohbihi wasallam. Sehingga itu akan menjadi bekal kita untuk mendengar ucapan cinta dari Allah ta’alaa kepada hamba-Nya di hari kiamat. Pada hari kiamat nanti, Allah ta’ala menyapa dan memanggil hamba-hamba-Nya. Dan ada sekelompok hamba Allah ta’ala yang tidak disapa dan tidak ditegur oleh Allah ta’ala.Naudzubillah mindzalik.
Oleh karena itu, gunakan telinga kita untuk mendengar yang baik sehingga telinga ini pantas mendengar kemuliaan dari Allah ta’ala. Ketahuilah tidak ada pembicaraan di antara dua orang atau lebih dimana pun keberadaannya melainkan Allah ta’ala bersama mereka dan Allah ta’ala mengetahui apa yang mereka bisikkan satu sama lain. Allah ta’ala mengetahui apa yang mereka ucapkan, dan Allah ta’ala apa yang mereka rahasiakan di dalam hatinya. Semua penglihatan dan pendengaran kita akan ditanya oleh Allah ta’ala.
Allah ta’ala telah memuliakan kita, maka jangan hinakan diri kita dengan membiarkan musuh-musuh Allah ta’ala menjadi penguasa pada diri kita. Allah ta’ala telah muliakan dzat kita, maka jangan kita hinakan. Allah ta’ala telah mengangkat derajat kita, maka jangan kita jatuhkan. Jangan kita biarkan dzat kita ini menjadi tempat permainan musuh-musuh Allah ta’ala sehingga kita tertipu dalam diri kita, tertipu dalam keluarga kita, tertipu dalam rumah tangga kita, tertipu oleh keburukan-keburukan musuh Allah ta’ala.
Kita dihadirkan pada hari jum’at yang mulia ini, gunakan lisan kita untuk mengucapkan hal-hal yang baik. Di hari jum’at kita disunnahkan untuk membaca Al Qur’an dan shalawat nabi.Sudahkah lisan kita pada hari ini membaca shalawat kepada Nabi Muhammad shollahu’alaihi wa aalihi washohbihi wasallam?. Berapa kata yang telah kita ucapkan dari sejak pagi tadi?. Dan apakah semua kata yang telah kita ucapkan mengandung pahala atas apa yang kita ucapkan?. Semua itu kita lupakan, namun Allah ta’ala ingat akan apa saja yang kita ucapkan.
Oleh karena itu, sebagai seorang mukmin gunakanlah lisan ini untuk berdzikir, tilawah Al Qur’an, bershalawat kepada Nabi Muhammad shollahu’alaihi wa aalihi washohbihi wasallam, menggembirakan hati mukmin lain. Jangan gunakan lisan ini untuk menyakiti perasaan orang lain tapi gunakanlah untuk menggembirakan hati orang lain, memberikan nasihat, membimbing dan memberikan salam. Pahala memberikan salam adalah sepuluh kebaikan. Gunakan lisan kita untuk hal-hal agung dan untuk nahi munkar, sehingga lisan ini pantas untuk berdialog kepada Allah ta’ala.
Oleh karena itu, jagalah pandangan, pendengaran dan lisan kita sehingga meneladani Nabi Muhammad shollahu’alaihi wa alihi washohbihi wasallam di dalam pandangan, pendengaran dan lisan kita. Semoga Allah ta’ala jadikan hal ini membawa keberkahan bagi kita, Allah ta’alaa jadikan kebaikan dan kebenaran di dalam pandangan, pendengaran dan lisan kita, dan di dalam aqidah kita. Semoga Allah ta’ala jadikan kita berpaling pada hal-hal yang tidak benar dan tidak baik. Semoga Allah ta’ala memberikan ampunan dan memberikan rahmat-Nya kepada mereka yang mendirikan masjid ini, terutama Al Habib Muhammad bin Maula Khela dan keluarga besar. Semoga Allah ta’ala juga memberikan ampunan dan rahmat-Nya serta keberkahan kepada kita. Semoga Allah ta’ala sampaikan salam kita kepada Nabi Muhammad shollahu’alaihi wa aalihi washohbihi wasallam. Dan Allah ta’ala memberikan pandangan rahmat-Nya kepada kita dan seluruh kaum muslimin sehingga memperbaiki keadaan kita. Amin Yaa Robbal’alamiin.