Sudah menjadi kenyataan, jika anak sejak masa perkembangannya tidak dididik untuk selalu mengingat dan takut kepada Allah SWT serta menjalankan hak-hak-Nya, maka tidak diragukan lagi bahwa secara bertahap anak akan melakukan penipuan, pencurian dan pengkhianatan serta memakan harta dengan cara yang tidak benar.
Untuk itu maka orang tua dan pendidik diharuskan menanamkan akidah untuk selalu mengingat dan takut kepada Allah SWT di dalam jiwa anak-anak, menjelaskan akibat-akibat negatif yang disebabkan oleh pencurian, penipuan dan pengkhianatan. Juga menerangkan kepada mereka tentang siksa Allah SWT yang akan diberikan kepada orang-orang yang jahat dan durhaka, seperti tempat kembali yang sangat buruk dan siksa yang amat pedih pada hari kiamat.
Pernah sebuah pengadilan menjatuhkan hukum potong tangan kepada seorang pencuri. Ketika sampai waktu pelaksanaan hukuman itu, pencuri itu berkata kepada mereka dengan suara yang keras, “Sebelum kalian memotong tanganku, potonglah dulu lidah ibuku. Sebab, ketika pertama kali aku mencuri di dalam sejarah hidupku adalah mencuri sebutir telur dari tetangga, waktu itu, ibuku tidak melarangku dan tidak pula menyuruhku untuk mengembalikannya kepada tetangga. Bahkan ia menyembunyikannya dan berkata, “Alhamdulillah, Anakku sekarang telah menjadi orang sebab sekiranya tidak karena ucapan ibuku itu, niscaya aku tidak akan menjadi seorang pencuri.”
Sebuah undang-undang bagaimanapun bagusnya ia akan tetap lemah, sebaliknya keimanan kepada Allah SWT dan selalu ingat kepada-Nyalah yang membuat seorang mampu patuh terhadap undang-undang itu.
Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Abdullah bin Dinar berkata: “Suatu ketika, aku bersama Umar bin Khattab ra menuju Mekkah. Tiba-tiba seorang pengembara turun dari gunung menghampiri kami. Umar berkata kepadanya untuk mengujinya, ‘Hai pengembala! juallah satu ekor kambing di antara kambing-kambing itu kepada kami’. Pengembala itu berkata, ‘Saya hanyalah seorang budak’. Umar berkata kepadanya, ‘Katakan kepada tuanmu bahwa seekor kambing dimakan serigala’. Pengembala itu bertanya, ‘Dimana Allah SWT?”. Mendengar jawaban seperti itu menangislah Umar ra lalu berangkat bersama budak itu. Kemudian ia membelinya dari tuannya dan membebaskannya. Umar berkata kepada budak pengembala itu, ‘Kalimat “di mana Allah?” (فأين الله) ini telah memerdekakanmu di dunia ini dan aku mengharapkan semoga kalimat ini pula yang memerdekakanmu di akhirat kelak”.
Sumber: Pendidikan Anak dalam Islam – Kasyful Anwar Syarwani