j. Menghormati Keluarga Suami
Di antara kewajiban istri hendaknya dapat menjaga perasaan suami dan menghormati keluarganya, terutama ibu mertua.
Hendaknya istri sabar dan bijaksana dalam menghadapi perlakuan yang mungkin kurang baik dari ibu mertua lebihlebih bila telah lanjut usia dan banyak mengalami perubahan watak dan sikap, mudah marah dan pencemburu. Istri yang bijaksana akan selalu membuat ridha ibu mertua dengan segala cara agar ia senang kepadanya dan kepada suaminya.
Karena keridhaan ibu terhadap anaknya merupakan sebab lancarnya barokah dan meningkatkan rizki :
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى عُمُرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ (رواه أحمد)
Artinya : “Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah menyambung tali silaturrahim.” (HR. Ahmad)
Seorang istri yang terus bertengkar dengan ibu mertua akan dapat membuat suami benci dan murka kepada ibunya sehingga membuat murka Allah SWT dan hilangnya barokah dalam keluarga. Jangan sampai istri menjadi sebab timbulnya fitnah dalam keluarga, karena fitnah yang timbul dari seorang wanita lebih berbahaya dari fitnah yang datang dari lainnya. Sebab istri akan dapat menyeret dan mendorong suami untuk berbuat maksiat dan tidak dapat beribadah dengan sempurna, bisa membuat suami durhaka kepada orang tua dan memutus tali silaturrahim kecuali wanitawanita shalehah yang mendapat taufiq dari Allah SWT.
Diceritakan tentang nasehat seorang ibu kepdaa anak perempuannya yang bernama Kindah binti Auf yang baru saja menikah dan akan meninggalkan rumah orang tuanya menuju rumah suaminya (Harits bin Amr) sebagai berikut :
“Jalanilah hidup kebersamaan bersama suamimu dengan sifat qona’ah (merasa cukup seadanya), berinteraksi dengan baik dan taat, selalu memperhatikan pandangan suami, jangan sampai engkau melakukan suatu perbuatan yang tidak disukai suami, jangan sampai dia mencium dari dirimu kecuali yang harum, bercelak dengan sebaik-baik celak, memberinya minum dengan sebaik-baik air, menyediakan makanan pada waktunya sesungguhnya rasa lapar yang sangat mendesak tidak bisa ditunda, selalu menjaga suasana tenang terutama di saat istirahat (tidur) karena suasana gaduh (bising) sewaktu akan tidur adalah hal yang dibenci suami. Berusahalah menjaga rumah dan harta suami, selalu perhatian dan patuh terhadap keluarga dan kerabatnya, jangan menyebarkan / membuka rahasia keluarga, jangan mendurhakai perintahnya karena hal itu membuat murka dan amarahnya. Jangan bersenang di kala suami sedang susah atau bersedih di kala suami sedang senang. Berjuanglah dalam menghormatinya niscaya dia akan memuliakanmu. Bersunguh-sungguhlah untuk menyesuaikan diri dengannya niscaya engkau dapat kekal mendampinginya dan memperoleh apa yang engkau inginkan. Dengan demikian engkau lebih mengutamakan kesenangannya di atas kesenanganmu. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan yang terbaik bagimu…..”
Sumber: Pendidikan Anak dalam Islam – Kasyful Anwar Syarwani