Ketahuilah bahwa membaca Al-Qur’an memiliki adab dzahir dan batin. Seorang hamba tidak dianggap dalam golongan orang-orang yang benar-benar membacanya, yang mana bacaan mereka sempurna, maka ia akan mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah swt. Dan siapapun yang tidak melakukannya, maka berarti bacaannya tidak sempurna, meskipun bacaan itu tidak terlepas dari pahala dan keutamaan sesuai dengan keadaan dirinya.
Diantara adab yang paling penting adalah, hendaknya si pembaca dalam bacaannya ikhlas karena Allah swt, hanya menginginkan keridhoan-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya dan mendapay pahala dari-Nya. Bukan mencari perhatian atau dibuat-buat dihadapan orang lain, apalagi dengan bacaannya ini ia meminta upah duniawi yang fana ini.
Disamping itu, hendaknya ia membaca dengan hati yang dipenuhi keagungan Sang Pembicara swt, tunduk pada kebesaran-Nya, hati dan anggota tubuhnya penuh khusyu’ kepada-Nya. Seolah-olah ia berdiri dihadapan Allah swt sambal membaca kitab-Nya dihadapan-Nya yang isinya berupa perintah dan larangan-Nya.
Maka sudah sepatutnya bagi yang mengerti Al-Qur’an dan mengenali pembicaranya ia bersikap seperti di atas bahkan lebih sempurna lagi. Dalam hail ini, Allah swt telah berfirman:
لو أنزلنا هذ القرآن غلى جبل لّرأيته , خشعا مّتصد عا من خشية الله ۚ وتلك ا لأ مثل نضربها للنا س لعلهم يتفكرون ٢١
Artinya : “Kalau sekiranya Kami menurunkan al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti engkau akan melihatnya tunduk terpecah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan- perumpamaan itu Kami buat untuk manusi agar mereka berfikir.” ( Qs. al-Hasyr ayat: 21 ).
Gunung yang kokoh dan kuat saja demikian keadaannya apabila al-Qur’an diturunkan kepadanya. Apalagi manusia yang lemah dan tercipta dari air hina dan tanah ini. Akan tetapi demikianlah hati yang lalai, keras, dan kurang mengenal keagungan dan kebesaran Allah swt. Dalam sebuah ayat dalam al-Qur’an, Allah swt menerangkan sifat orang-orang yang khusyu’ saat membaca kitab-Nya:
إن الذ ين أو توا العلم من قبله ے إذا يتلى عليهم تخرّون للأذقان سجّدا ١٠٧ ويقولون سبحن ربنا إن كان وعد ربنا لمفعولا ١٠٨ وتخرّون للأذقان يبكون ويزيدهم خشوعا ۩ ١٠٩
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya, apabila al-Qur’an dibacakan kepada mereka, maka mereka akan menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” ( Qs. al-Israa’ ayat: 107-109 ).
Dalam ayat-Nya yang lain, Allah swt berfirman:
الله نزل أحسن الحديث كتبا مّتشبها مّثانى تقشعرّ منه جلود الذين يخشون ربهم ثم تلين جلودهم وقلوبهم إلى ذكرالله
Artinya: “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di wkatu mengingat Allah.” ( Qs. az-Zumar ayat: 23 ).
Jadi, sifat mengagungkan, takut, khusyu’ dan tunduk ketika membaca al-Qur’an merupakan sifat-sifat mukmin sejati yang mengerti akan keagungan Allah swt Tuhan alam semesta. Sedangkan hati yang lalai, keras, suka bermain ketika membaca al-Qur’an, hal ini merupakan sifat orang-orang yang berpaling dari Allah swt.
Mereka adalah orang-orang yang suka mencampur adukkan amal perbuatan, yang lemah imannya, kurang keyakinannya, kosong dari hakekat ma’rifat kepada Allahj swt dan kalam-Nya. Semoga Allah swt menyelamatkan kami dan kalian dari sifat ini dan dari segala macam bentuk benacana dan musibah.
Sumber: Nasihat dan wasiat Imam Haddad Jilid 1