SIDRATUL MUNTAHA Bagian Ke-5
Di pagi hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam duduk bersedih kerena menyadari bahwa orang-orang pasti akan mendustainya. Tiba-tiba musuh Allah, abu jahal melewati Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam dan ia mendatanginya dan duduk bersamanya, maka berkatalah abu jahal kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam dengan nada menghina, “Apakah ada sesuatu, wahai Muhammad?”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam menjawab, “benar”. abu jahal berkata, “Apa itu?”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam menjawab, “Aku diperjalankan semalam”, abu jahal berkata, ”ke mana?”, Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam menjawab, “ke Baitul Maqdis”. Maka abu jahal berkata, “Dan kemudian di pagi hari ini engkau telah kembali lagi di tengah-tengah kami?”. Nabi menjawab, “betul.”
Maka abu jahal berpura-pura mempercayainya. Kemudian abu jahal berkata, ”Bagaimana pendapatmu apabila aku memanggil kaummu dan engkau kabarkan kepada mereka apa yang barusan engkau ceritakan kepadaku?”. Nabi menjawab, ”boleh”. Maka abu jahal memanggil kaumnya, ”wahai sekalian Bani Ka’ab bin Lu’ay kemarilah”. Maka mereka berdatangan hingga mereka duduk kepada keduanya. Kemudian abu jahal berkata kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam, “ceritakanlah kepada kaummu apa yang barusan engkau ceritakan kepadaku”. Maka Rasulullah shalallahu alaihi wasallam berkata, “sesungguhnya aku telah diperjalankan semalam”. Mereka bertanya, ”kemana?”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam menjawab, “ke Baitul Maqdis”. Lalu mereka kembali bertanya, “Dan kemudian di pagi hari ini engkau telah kembali di tengah-tengah kami?”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam menjawab, “benar”.
Mendengar yang demikian mereka bertepuk tangan, ada pula yang meletakkan tangannya di atas kepalanya karena terkagum-kagum, serta mengolok-olok Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam hingga mereka bergemuruh ramai akan kabar yang disampaikan oleh Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam. Berkatalah Al Muth’im bin ‘Adiy, ”Setiap perkara dan kasus mengenaimu sebelum hari ini begitu mudah dan kecil, namun hari ini lain. Wahai Muhammad! Aku bersaksi bahwasanya engkau adalah pembohong. Kami bersusah payah menuju Baitul Maqdis satu bulan perjalanan dan kembali dari Baitul Maqdis satu bulan perjalanan, lalu engkau mendatanginya dan kembali ke Makkah dalam satu malam? Demi latta dan uzza aku tidak mempercayaimu”.
Maka Abu bakar berkata, “wahai Al Muth’im alangkah buruk perkataanmu kepada keponakanmu (Nabi Muhammad). Engkau menanggapinya dengan kebencian hingga engkau mendustainya. Aku bersaksi bahwasannya dia telah berkata jujur”. Maka mereka berkata, ”Wahai Muhammad! sifatkanlah kepada kami tentang Baitul Maqdis, bagaimana bangunannya, bagaimana keadaannya, dan bagaimana dekatnya dari gunung?, karena sesungguhnya banyak di sini saat ini yang telah mengunjunginya”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam mensifatkan kepada mereka “bangunannya begini, keadaannya seperti ini, dan dekatnya dari gunung seperti ini”. Ketika Nabi sedang menjelaskan kepada mereka dengan sejelas jelasnya, tiba-tiba ada bagian dari Baitul Maqdis yang luput dari perhatian beliau saat Isra dan Mi’raj, maka nabi ketakutan dan kebingungan yang amat sangat besar. Di saat itulah Allah menampakkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam Masjid Al Aqsho hingga beliau menyaksikannya seakan diletakkan dekat rumah Aqil atau Uqal. Orang-orang ketika melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam kebingungan mereka mendesaknya dangan berbagai pertanyaan, “berapa pintu pada masjid tersebut?”, padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam datang ke Masjid Al Aqsho bukan untuk menghitung pintunya. Namun setelah Allah menampakkan masjid Al Aqsho kepadanya, beliau menjawab pertanyaan mereka dengan lengkap dan tepat.
Abu Bakar tiada henti berkata, “engkau benar, engkau benar, aku bersaksi bahwasannya engkau adalah utusan Allah.” Maka orang-orang berkata, “adapun gambarannya tentang Masjid Al Aqsho itu, demi Allah semua itu benar”. Kemudian mereka berkata kepada Abu Bakar, “Apakah kamu mempercayainya bahwa dia telah berjalan semalam ke Baitul Maqdis dan kembali ke Makkah sebelum subuh?”. Abu Bakar menjawab: “Iya, sungguh aku mempercayai apa yang lebih hebat dari itu semua. Aku mempercayainya dengan segala kabar langit yang dia kabarkan setiap pagi maupun sore hari”. Oleh sebab itulah Abu Bakar di juluki Ash Shiddiq.