Dalam riwayat lain disebutkan, sesungguhnya ketika Abu Bakar mendengar kabar duka tersebut, ia langsung masuk ke rumah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam Ia mendoakan beliau dengan bersimbah air mata dan rahang gemertak seperti seekor unta yang sedang mengunyah makanan, meskipun gerakan dan kata-katanya tetap jelas. Ia memeluk jasad beliau dan membuka kain selubung yang menutupi wajah beliau. Lalu ia menciumi alis serta pipi beliau dan mengusap wajahnya. Sambil menangis sesenggukan ia berkata, “Alangkah harumnya engkau saat hidup dan alangkah harumnya pula engkau di waktu mati. Kematianmu telah memutuskan sesuatu yang tidak terputus oleh wafatnya nabi-nabi dan nubuwah (kenabian) sebelumnya. Engkau terlalu agung untuk dilukiskan, dan terlalu mulia untuk ditangisi. Engkau tak ada bandingannya, engkau sumber kebahagiaan, dan engkau menganggap sama derajat semua manusia, sehingga kami semua merasa sama. Seandainya kematianmu bukan karena pilihan engkau sendiri, tentu kami akan turut mati karena sedih kehilangan engkau. Dan seandainya engkau tidak melarang kami menangis, tentu akan kami habiskan air mata kami untuk menangisimu. Adapun yang tidak bisa kami hilangkan dari kami adalah ‘duka cita’ dan ‘ingatan’ yang senantiasa ada di hatimu kami sampai kapanpun. Ya Allah, maka sampaikan ini dari kami kepadanya. Wahai Muhammad, mudah-mudahan Allah selalu berkenan melimpahkan rahmat-Nya kepadamu. Ingatlah kami di sisi Tuhanmu. Simpanlah kami di dalam ingatanmu. Kalau saja engkau tidak meninggalkan ketenangan, niscaya tidak ada seorang pun yang mampu menahan kesepian sepeninggalmu. Ya Allah, tolong sampaikan ini kepada Nabi-Mu, dan jagalah ia di tengah-tengah kami.”
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, ia berkata, “Ketika Abu Bakar masuk ke rumah Rasulullah dan kemudian menyalatkan jenazah beliau seraya bershalawat, pecahlah suara tangis yang cukup keras di rumah itu sampai terdengar oleh orang banyak yang sedang shalat. Setiap kali Abu Bakar menyebutkan sesuatu, suara tangis mereka semakin keras. Mereka baru berhenti memangis ketika terdengar suara orang mengucapkan salam dari balik pintu: ‘Assalamu’alaikum! Wahai keluarga Nabi, setiap yang bernyawa itu pasti akan merasakan mati. Sesungguhnya Allah memberi ganti bagi setiap orang, pencapaian bagi setiap keinginan, dan kebebasan dari semua ketakutan. Oleh karena itu, berharaplah dan bertawakallah kalian kepada Allah.’
Meski mereka tidak mengenal orang yang mengucapkan kata-kata itu, namun mereka mendengarkannya dengan seksama, sampai akhirnya mereka berhenti meratap. Dan bersamaan dengannya, suara asing itupun mendadak lenyap. Tak ada seorang pun yang tahu sumber suara tersebut. Tapi kemudian mereka menangis lagi. Dan tak lama kemudian terdengar kembali suara yang tidak mereka kenal, “Wahai keluarga Nabi, ingatlah kepada Allah dan pujilah Dia dalam setiap keadaan. Sesungguhnya di sisi Allah terdapat pelipur lara dan pengganti untuk kekasih tercinta yang hilang. Oleh karena itu taatlah kepada Allah. Beramallah berdasarkan perintah-Nya.’Menurut Abu Bakar, itu adalah suara Nabi Khidhir dan Nabi Al-Yasa’ yang baru saja melayat Nabi Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam” (HR. al-Hakim)”
Al Qa’qa’ bin ‘Amr menuturkan isi pidato yang disampaikan oleh Abu Bakar sebagai berikut.
“Ketika orang banyak telah berhenti menangis. Abu Bakar berdiri di hadapan mereka untuk berpidato. Setelah mendoakan Nabi Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam serta memanjatkan puja dan puji kepada Allah, Abu Bakar berkata,
‘Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah Yang Mahaesa, yang menepati janji-Nya, yang menolong hamba-Nya, dan yang mengalahkan pasukan musuh dengan sendirian. Kepunyaan-Nya semata segala puji. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba sekaligus Rasul utusan-Nya, sang penutup para nabi. Aku bersaksi bahwa Kitab Al-Qur’an itu adalah seperti yang telah diturunkan, bahwa agama adalah seperti yang telah disyariatkan, bahwa hadits adalah seperti yang telah diberitakan, bahwa sabda adalah seperti yang telah diucapkan, dan bahwa Allah adalah kebenaran yang nyata.
Ya Allah, ya Tuhan kami! Maka curahkanlah rahmat kepada Muhammad, hamba-Mu, utusan-Mu, kekasih-Mu, makhluk kepercayaan-Mu, dan insan pilihan-Mu, dengan rahmat terbaik yang pernah Engkau curahkan kepada makhluk ciptaan-Mu!
Ya Allah, ya Tuhan kami! Curahkanlah rahmat-Mu, perlindungan-Mu, belas kasih-Mu, dan berkah-Mu, kepada sang pemimpin para rasul, penutup para nabi, imam orang-orang yang bertakwa, yakni Muhammad sang pembimbing dan penuntun jalan kebajikan, serta Rasul pembawa rahmat-Mu.
Ya Allah ya Tuhan kami! Dekatkanlah derajatnya ke hadirat-Mu, mantapkanlah buktinya, muliakanlah maqam kedudukannya, dan tempatkanlah ia di tempat terpuji yang disukai oleh orang-orang terdahulu dan orang-orang kemudian. Berikan kami manfaat dari kedudukannya yang terpuji di hari kiamat nanti! Siapkanlah tempatnya di antara kami di dunia ini dan di akhirat! Antarkan ia kepada derajat dan surga yang tinggi!
Ya Allah, Tuhan kami! Limpahkanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad! Berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad! Sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahmat dan berkah-Mu kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Mahaterpuji lagi Mahamulia.
Sumber : Dibalik Tabir Kematian – Al Imam Al Ghazali