- Beribadah dan berdzikir. Apabila engkau tidak mampu mendapatkan ilmu yang pokok (bermanfaat), maka waktu yang tersisa itu hendaknya engkau pergunakan sibuk melakukan ibadah berupa dzikir. membaca Al Qur’an, tasbih dan shalawat kepada nabi Saw maka engkau dengan demikian termasuk tingkatan orang-orang yang ahli ibadah. bertingkah laku sepenti orang-orang yang shaleh dan engkau termasuk orang-orang yang beruntung.
- Menolong orang lain. Sibuk mengerjakan sesuatu demi kebaikan orang Islam, menyenangkan hati orang-orang mukmin atau berusaha ikut mempermudah atau meringankan pekerjaan orang-orang shaleh. dengan cara berkhidmat kepada para Kiyai, orang-orang ahli agama dan mengurus kebutuhan mereka, berusaha membagikan makanan kepada fakir miskin, menjenguk orang-orang sakit atau mengantarkan janazah. Hal yang demikian ini lebih baik dari pada menjalankan ibadah-ibadah sunah, karena dalam pekerjaan diatas juga merupakan ibadah, selain itu terdapat unsur belas kasih terhadap sesama orang Islam.
- Bekerja mencari nafkah. Jika engkau tidak mampu melakukan hal-hal tersebut diatas, maka berusahalah bekerja untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadimu atau kebutuhan-kebutuhan keluargamu. Usahakanlah orang-orang Islam tidak terganggu olehmu, merasa aman dari gangguan lisan dan tanganmu, dan agamamu pun juga selamat, karena engkau tidak melakukan kemaksiatan. Apabila engkau dapat berbuat yang demikian ini, maka engkau termasuk dalam golongan Ashabul Yamin, cukuplah baik engkau, meskipun engkau tidak dapat mencapai golongan terdahulu.
Aktifitas yang keempat ini merupakan aktifitas terendah didalam agama. Adapun kesibukan selain aktifitas empat ini. semuanya merupakan kegiatan yang didorong syetan. misalnya engkau berbuat sesuatu yang merusak agamamu atau menyakiti salah seorang hamba Allah Orang yang beraktifitas seperti ini berada dalam tingkatan alhalikin (orang-orang yang rusak); karena itu berhati-hatilah engkau jangan sampai tergolong tingkatan ini.
Tuntunan Mencapai Hidayah Ilahi – H.M. Fadhlil Sa’id An-Nadwi