Aisyah r.a. mengatakan, “Aku tidak iri kepada seorang pun yang dimudahkan sakaratul maut-nya setelah aku menyaksikan sendiri kerasnya kematian Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam.”
Diriwayatkan, sesungguhnya Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam biasa berdoa,
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau mencabut nyawa dari urat-urat, punggung, dan ujung-ujung jari. Ya Allah, maka tolonglah aku atas kematian, dan ringankanlah aku dalam menghadapinya.” (HR. Ibnu Abi Dun-ya)
Diriwayatkan dari Al-Hasan al-Bashri, sesungguhnya Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam menyebut-nyebut tentang kematian, duka dan rasa sakitnya. Beliau bersabda:’Sakitnya sama dengan tiga ratus tusukan pedang.'”
Nabi Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam ditanya soal kematian dan kesukarannya, maka beliau menjawab dalam sabdanya,
“Kematian yang paling ringan ialah seperti batang berduri yang menancap pada selembar kain wool. Apakah mungkin bisa mencabut batang berduri itu tanpa bulu-bulu dari kain wool itu?” (HR. Ibnu Abi Dun-ya)”
Pada suatu hari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam menjenguk seorang sahabat yang sedang sakit. Beliau bersabda:
“Sesungguhnya aku tahu apa yang sedang dialaminya. Semua pembuluh darahnya sedang merasakan pedihnya derita kematian. ” (HR. Ibnu Abi Dun-ya)
Ali karramallahu wajhahu biasa membangkitkan semangat tempur para sahabat dengan berkata, “Apakah kalian semua tidak mau berperang dan lebih memilih mati dengan cara biasa? Demi Tuhan yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, seribu tebasan pedang itu lebih ringan bagiku daripada mati di tempat tidur.”
Al-Auza’i berkata, “Aku mendengar sebuah hadits yang menyatakan bahwa orang yang mati itu terus merasakan pedihnya saat-saat kematian sampai ia dibangkitkan dari kuburnya.”
Syaddad bin Aus mengatakan, “Bagi orang yang beriman, kematian adalah huru-hara yang paling dahsyat di dunia dan di akhirat. Kematian lebih menyakitkan daripada tubuh dipotong-potong dengan gergaji, atau di sayat-sayat dengan gunting, atau digodok dalam kuali. Seandainya orang yang sudah mati bisa hidup kembali lalu bercerita kepada manusia di dunia ini tentang kematian, niscaya mereka tidak akan punya gairah hidup dan tidak akan bisa merasakan nyenyaknya tidur.”
Diriwayatkan oleh Zaid bin Aslam, dari ayahnya, ia berkata, “Jika bagi seorang mukmin masih ada derajat tertentu yang belum berhasil dicapainya dengan amalnya maka kematian dijadikan sangat berat dan menyakitkan untuk bisa mencapai kesempurnaan derajatnya di surga. Dan jika seorang kafir memiliki amal kebaikan yang belum dibalas, maka kematian akan dijadikan ringan atas dirinya sebagai balasan atas kebaikannya, dan kelak ia akan langsung menuju ke neraka.”
Dalam sebuah riwayat dituturkan, dahulu ada seseorang yang suka bertanya kepada orang-orang yang sakit tentang bagaimana mereka mendapati datangnya maut. Ketika giliran ia yang jatuh sakit, ia ditanya, “Dan kamu sendiri, bagaimana mendapatinya?” Ia menjawab, “Seakan-akan langit runtuh ke bumi, dan ruhku ditarik melalui lubang jarum.”
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam bersabda:
موت الفجأة راحة للمؤمنن واسف على الفجر
“Kematian mendadak adalah rahmat bagi orang yang beriman, dan tragedi bagi orang jahat (zalim).” (HR. Ahmad)
Diriwayatkan, “Seandainya setetes dari rasa sakit kematian itu diletakkan di atas semua gunung di bumi, niscaya gunung-gunung itu akan meleleh.”
Sumber : Dibalik Tabir Kematian – Al Imam Al Ghazali