Menurut sebuah riwayat, Nabi Isa a.s. berjalan melewati sebuah tengkorak. Ia menendangnya dengan kaki seraya berkata, “Berbicaralah dengan izin Allah.” Seketika tengkorak itu pun berkata, “Wahai Ruh Allah, aku adalah seorang raja yang berkuasa pada kurun waktu sekian sampai sekian. Pada suatu hari ketika aku sedang duduk di atas singgasana dengan mengenakan mahkotaku dan dikelilingi oleh para menteriku, tiba-tiba muncul malaikat maut di hadapanku, sehingga seluruh anggota badanku kaku, dan nyawaku langsung melayang kembali kepada Tuhan. Kalau saja tidak pernah ada saat perpisahan dengan orang-orang di sekelilingku… Kalau saja tidak pernah ada yang memutuskan semua kegembiraanku…”
Itulah petaka yang menimpa orang-orang durhaka, dan yang berhasil dihindari oleh orang-orang yang taat. Sesungguhnya yang diceritakan oleh para nabi hanyalah sekedar sakaratul maut, bukan ketakutan yang dirasakan oleh orang yang melihat sosok malaikat maut. Seandainya seseorang ha-nya melihatnya dalam mimpi saja, ia akan selalu tampak murung sepanjang hidupnya. Lalu bagaimana jika dalam keadaan sadar melihatnya dalam bentuk menakutkan seperti itu?
Namun seseorang yang taat akan melihat malaikat maut dalam sosok yang sangat tampan dan elok. Diriwayatkan oleh Ikrimah dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Ibrahim a.s. adalah seorang yang penuh perhatian. Ia memiliki sebuah rumah .yang khusus untuk beribadah. Setiap kali pergi, ia selalu menguncinya. Pada suatu hari ketika pulang ke rumah tersebut, ia melihat ada seorang laki-laki di dalamnya.” Ia bertanya kepada orang itu, “Siapa yang mengizinkan kamu masuk ke rumahku?”
Orang itu menjawab, “Aku diizinkan masuk oleh sang pemiliknya.”
Ibrahim menyangkal, “Akulah pemilik rumah ini.”
Orang itu berkata, “Aku diizinkan masuk oleh-Nya yang lebih berhak atas rumah ini dari-pada kamu atau aku.”Ibrahim bertanya, “Kalau begitu, apakah kamu ini malaikat?”
Orang itu menjawab, “Benar, aku adalah malaikat maut.”
Ibrahim bertanya, “Apakah kamu bisa memperlihatkan sosokmu kepadaku ketika kamu sedang mencabut nyawa orang yang beriman?”
Malaikat maut menjawab, “Tentu. Berpalinglah dariku!”
Ibrahim pun berpaling. Dan ketika berbalik kembali ke arah malaikat itu, tampaklah sosok seorang pemuda gagah lagi tampan, berpakaian indah, dan menaburkan aroma yang sangat harum. Ibrahim berkata, “Wahai malaikat maut, seandainya orang yang beriman melihat sosokmu saja saat ia akan mati, baginya hal itu sudah cukup sebagai balasan atas amal kebajikannya.”
Petaka berikutnya adalah melihat kedua malaikat pencacat amal. Wuhaib mengatakan, “Aku mendengar bahwa setiap orang yang mati pasti akan diperlihatkan kepadanya dua malaikat yang bertugas mencatat amalnya. Jika ia seorang yang taat, kedua malaikat itu akan berkata, ‘Semoga Allah memberimu balasan yang baik. Banyak majelis kebaikan yang kamu selenggarakan dan kami ikut duduk di tengah-tengahnya, dan banyak amal saleh yang kamu lakukan dan kami ikut menyaksikannya.’ Sebaliknya jika ia orang yang jahat, kedua malaikat itu akan berkata kepadanya, ‘Mudah-mudahan Allah tidak memberimu balasan yang baik. Banyak kata-kata keji yang kamu ucapkan dan kami ikut mendengarnya. Jadi, mudah-mudahan Allah tidak memberimu balasan yang baik.’ Ketika itulah orang yang sekarat hanya bisa memandang lesu ke arah kedua malaikat tersebut, dan selamanya ia tidak akan pernah kembali lagi ke dunia.
Ketiga, petaka yang dialami ketika orang-orang yang durhaka itu menyaksikan tempat mereka di neraka. Mereka bahkan sudah dicekam rasa takut yang luar biasa sebelum menyaksikan peristiwa itu. Sebab, ketika sedang mengalami sakaratul maui, tenaga mereka telah lenyap. Sementara ruh mereka mulai merayap keluar dari jasad. Namun, ruh mereka baru keluar setelah mereka mendengar suara malaikat maut yang menyampaikan salah satu dari dua kabar, yaitu kabar: “Bergembiralah, wahai musuh Allah, dengan siksa neraka!”, atau kabar, “Bergembiralah, wahai kekasih Allah, dengan surga!” Dari sinilah timbul rasa takut di dalam hati orang-orang yang berakal.
Sumber : Dibalik Tabir Kematian – Al Imam Al Ghazali