Atha’ al-Khurasani meriwayatkan, “Pada suatu hari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam melewati sekumpulan orang yang sedang tertawa keras-keras. Beliau bersabda:
“Selingilah majelis kalian dengan mengingat sesuatu yang dapat merusak kenikmatan-kenikmatan.’
Mereka pun bertanya, “Apa itu yang dapat merusak kenikmatan-kenikmatan?”
Beliau bersabda:”Kematian.” (HR. Ibnu Abu Dun-ya)
Anas r.a. berkata, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salambersabda:
اكثروا من ذكر الموت فإنه يمحص الذنوب ويزهد فى الدنيا
“Sering-seringlah mengingat kematian, karena sesungguhnya hal itu dapat menghapus dosa dan mengikis ambisi terhadap dunia “ (HR. Ibnu Abu Dun-ya)
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salambersabda:
كفى بالموت مفرقا
”Cukuplah kematian sebagai pemisah “
Beliau juga bersabda:
كفى بالموت واعظا
“Cukuplah kematian sebagai pemberi nasihat.” (HR. ath-Thabrani & al-Baihaqi)
Pada suatu hari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam pergi ke masjid. Di sana ada beberapa orang yang sedang berbicara dan tertawa-tawa. Beliau lalu bersabda:
“Ingatlah akan kematian. Demi Tuhan yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, kalau saja kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Ibnu Abu Dun-ya)
Suatu hari seorang sahabat disebut-sebut dan dipuji-puji oleh sahabat-sahabat yang lain di hadapan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam Mendengar itu beliau bertanya, “Bagaimana teman kalian itu mengingat kematian?” Mereka menjawab, “Kami hampir tidak pernah mendengar ia menyebut-nyebut tentang kematian.” Beliau lalu bersabda:”Kalau begitu ia tidak seperti yang kalian duga.”
Abdullah bin Umar r.a. mengatakan, “Pada suatu hari aku menemui Nabi Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam yang sedang berada di tengah-tengah sepuluh orang sahabatnya. Seorang sahabat Anshar bertanya, “Siapa orang yang paling pintar dan paling mulia, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda:
اكثرهم ذكرا للموت واشدهم استعدادا له اولئك هم الاكياس ذهبوا بشرف الدنيا وكرمة الاخرة
“Orang yang paling banyak mengingat mati dan yang paling serius persiapannya dalam menghadapinya. Itulah orang-orang yang pintar. Mereka memperoleh kehormatan dunia dan kemuliaan akhirat.” (HR. Ibnu Majah)
Dalam sebuah atsar disebutkan bahwa Al-Hasan al-Bashri mengatakan, “Kematian akan mengungkap aib-aib dunia, dan tidak menyisakan kegembiraan bagi orang yang mau berpikir.”
Ar-Rabi’ bin Khutsaim mengatakan, “Tidak ada barang gaib yang ditunggu oleh seorang mukmin yang lebih baik baginya daripada kematian.”
Seorang bijak berkirim surat kepada seorang temannya, “Wahai temanku, waspadalah terhadap kematian di dunia ini sebelum kamu pergi ke suatu negeri di mana kamu sangat menginginkan kematian, namun keinginanmu itu tidak akan terpenuhi.”
Ketika mendengar kematian disebut-sebut di hadapan Ibnu Sirin, seluruh anggota tubuhnya terasa lumpuh.
Hampir setiap malam Umar bin Abdul Aziz berkumpul dengan para ulama ahli fiqih. Mereka biasanya saling mengingatkan tentang kematian, hari kiamat, dan akhirat. Lalu mereka menangis bersama seakan-akan sedang menghadapi jenazah.
Ibrahim at-Taimi berkata, “Ada dua hal yang memutuskan aku dari kesenangan duniawi, yaitu ketika sedang mengingat kematian dan ketika sedang berdiri di hadapan Allah Ta ala.”
Sumber : Dibalik Tabir Kematian – Imam Al Ghazali