Keutamaan Bagi Orang Yang Berpuasa
oleh: Prof. Dr. al-‘Allamah al-Muhaddis as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani
Abuya as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani mendapatkan perhatian besar dari para ulama karena kejeliannya menangkap beberapa keutamaan-keutamaan yang dikhususkan oleh Allah swt bagi umat Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam dibandingkan keutamaan-keutamaan yang diperoleh umat-umat terdahulu.
Usahanya ‘menguak’ kemuliaan orang-orang yang berpuasa dari umat Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam terlihat nyata dalam pembahasan pada salah satu kitabnya yang berjudul al-Khasaisul al-Ummah al-Muhammadiyah. Beliau mencoba membuat ringkasan rapi tentang puasa, yang semuanya bertitik tolak dari al-Qur’an dan as-Sunnah.
Abuya al-Maliki menorehkan sepuluh point tentang keutamaan orang-orang yang berpuasa yang ada pada umat ini.
Pertama, Allah swt memberikan keistimewaan kepada umat Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam yang berpuasa dengan menyediakan satu pintu khusus di surga yang dinamai Bab ar-Rayyan. Pintu surga ar-Rayyan ini hanya disediakan bagi umat yang berpuasa.
Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam: ‘Pintu ar-Rayyan ini hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang berpuasa, bukan untuk lainnya. Apabila pintu tersebut sudah dimasuki oleh seluruh rombongan ahli puasa Ramadhan, maka tak ada lagi yang boleh masuk ke dalamnya.’ (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad).
Kedua, Allah swt telah mengfungsikan puasa umat Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam sebagai benteng yang kokoh dari siksa api neraka, sekaligus tirai penghalang dari godaan hawa nafsu.
Dalam hal ini Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam bersabda: ‘Puasa (Ramadhan) merupakan perisai dan benteng yang kokoh dari siksa api neraka.’ (HR. Ahmad dan al-Baihaqi).
Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam menambahkan pula bahwa puasa yang berfungsi sebagai perisai itu layaknya perisai dalam kancah peperangan selama tidak dinodai oleh kedustaan dan pergunjingan. (HR. Ahmad, an-Nasa’i dan Ibnu Majah).
Sumber : Berada di taman Surga bersama Cucu sang Nabi