Sejarah dan Khasiat Qasidah Burdah
Oleh : al-‘Allamah al-Habib Salim bin Abdullah asy-Syatiri
Burdah artinya mantel dan juga dikenal sebagai bur’ah yang berarti syifa. ’27 al-Imam al-Bushiri ra adalah seorang penyair yang suka memuji raja-raja untuk mendapatkan uang. Kemudian beliau tertimpa sakit kelumpuhan yang tak kunjung sembuh setelah berobat ke dokter manapun.
Tak lama kemudian beliau bermimpi bertemu Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam yang memerintahkannya untuk menyusun syair yang memuji Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam. Maka beliau mengarang Qasidah Burdah dalam 10 pasal. Hal itu terjadi pada tahun ke-6 atau sekitar 7 H.
Seusai menyusun Qasidah Burdah, beliau tertidur dan kembali mimpi bertemu dengan Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam yang menyelimutinya dengan burdah28. Ketika terbangun, sembuhlah beliau dari sakit lumpuh yang dideritanya selama ini.
Qasidah Burdah ini tersebar ke seluruh penjuru bumi, dari timur hingga belahan barat. Bahkan disyarahkan oleh sekitar 20 ulama, diantaranya yang terkenal adalah asy-Syaburkhiti ra, al-Imam Baijuri ra, serta masih banyak lagi para ulama yang mensyarahkan dan menjabarkan Qasidah Burdah ini.
al-Habib Husein bin Muhammad al-Habsyi ra,29 biasa memimpin sebuah majelis di Kota Makkah. Kemudian beliau bermimpi bertemu dengan Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam yang memerintahkannya untuk membaca Qasidah Burdah di majelis tersebut. Dalam mimpi tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam menyebutkan keutamaan serta fadhilah-fadhilah bagi yang membaca Qasidah Burdah.
Ketika Negeri Hadhramaut tertimpa paceklik panjang, sehingga banyak binatang buas berkeliaran di jalan, al-Imam al-Habib Abdurrahman al-Masyhur memerintahkan setiap rumah para penduduk untuk membaca Qasidah Burdah. Setelah dijalankan, alhamdulillah, atas izin Allah swt, rumah-rumah mereka aman dari gangguan binatang buas.
Beberapa penyair di zaman itu sempat mengkritik bahwa tidaklah pantas pujian kepada Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam dalam bait-bait Burdah tersebut diakhiri dengan kasrah atau khafadz, padahal Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam adalah pribadi agung dan tinggi.30 Kemudian al-Imam al-Bushiri menyusun qasidah yang bernama Qasidah al-Hamaziyyah, yang bait-baitnya berakhir dengan dzammah.31
al-Imam al-Bushiri juga menyusun Qasidah Mudhariyah. Pada qashidah tersebut terdapat bait yang artinya, ‘Aku bershalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam sebanyak jumlah hewan dan tumbuhan yang diciptakan Allah swt.’
Kemudian dalam sebuah kesempatan ia pernah bermimpi, dalam mimpinya itu beliau melihat Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam berkata: ‘Bahwa sesungguhnya malaikat tak mampu menulis pahala shalawat yang dibaca tersebut.’
Habib Salim mengatakan bahwa Qasidah Burdah ini sangat mujarab untuk mengabulkan hajat-hajat kita dengan izin Allah swt. Namun terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi.
Yaitu harus mempunyai sanad ke al-Imam al-Bushiri, mengulangi bait ‘Maula ya shalli wa sallim daiman abada…,’ saat membacanya harus dalam keadaan berwudhu,’ menghadap kiblat, memahami makna bait-bait, dibaca dengan himmah yang besar, beradab, memakai wewangian. WAllahu a’lam…
27 Kesembuhan
28 Mantel / Syal / sejenisnya.
29 Saudara al-Imam al-Habib Ali Alhabsyi, Shahibul Maulid Simthudduror / Maulid Habsyi.
30 Rafa’
31 Marfu’
Sumber : Berada di taman Surga bersama Cucu sang Nabi