1. Keutamaan Mengingat Kematian dalam Semua Keadaan
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam bersabda.
أكثروا من ذكر هاذم اللذات
“Sering-seringlah mengingat sesuatu yang merusak kelezatan-kelezatan” (HR. At-Tirmidzi)
Maksudnya, rusaklah kenikmatan-kenikmatan dengan cara mengingat kematian, sehingga terhentilah kecenderungan kalian kepadanya, lalu kalian fokus menghadap Allah Ta’ala.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam juga bersabda:
لو تعلمو البهائم من الموت ما يعلم ابن ادم ما أكلتم منها سمينا
“Seandainya binatang-binatang ternak tahu seperti yang diketahui oleh anak cucu Adam tentang maut, niscaya kalian tidak akan tega memakan yang sangat gemuk daripadanya.” (HR. Baihaqi)
Aisyah r.a. bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah ada orang yang akan dikumpulkan bersama para syuhada?”
Beliau bersabda:”Ya, ada. Yaitu orang yang ingat mati sebanyak dua puluh kali sehari semalam.”
Alasan keutamaannya ialah, karena ingat kematian secara otomatis akan menimbulkan rasa tidak suka terhadap dunia yang sarat dengan tipu daya, dan mendorong seseorang untuk mempersiapkan diri buat kehidupan akhirat. Sebaliknya, lalai dari mengingat kematian akan mendorongnya untuk tenggelam dalam kesenangan duniawi.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam Bersabda:
تحفة المؤمنين الموت
“Kematian adalah hadiah yang sangat berharga bagi orang yang beriman.” (HR. Ibnu Abu Dun-ya dan ath-Thabrani)
Beliau bersabda seperti itu, karena dunia memang merupakan penjara bagi orang yang beriman. Di dalam dunia, ia selalu berada dalam kesulitan karena ia harus mengalami kerasnya siksaan batin, melatih diri untuk menaklukkan keinginan-keinginan nafsunya, dan melawan setan. Kematian akan membebaskannya dari siksaan tersebut. Jadi, baginya itu jelas merupakan hadiah yang sangat berharga.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam Bersabda:
الموت كفارة لكل مسلم
“Kematian adalah kaffarat (tebusan) bagi setiap muslim “
Menurut Nabi Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam seorang muslim sejati dan seorang mukmin yang hakiki adalah yang tidak menyakiti kaum muslimin dengan lisan maupun dengan tangannya. hal itu terwujud dalam akhlak orang-orang mukmin yang belum tercemari oleh kemaksiatan-kemaksiatan, kecuali sebatas dosa-dosa paling kecil dan remeh. Kematian akan membersihkannya dari dosa-dosa seperti itu. Kematian juga menjadi tebusan baginya jika ia menjauhi dosa-dosa besar dan mengerjakan amalan-amalan yang diwajibkan oleh agama.
Sumber : Dibalik Tabir Kematian – Imam Al Ghazali