Allah mewajibkan ajakan kepada kebaikan, mencegah dari perbuatan kemunkaran, dan menyandarkan semua itu kepada iman dan ikrar, serta perintah agar bersungguh-sungguh menuju-Nya dan berdo’a kepada-Nya, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya, “Perangilah mereka yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, serta tidak mengharamkan apa-apa yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya, dan tidak beragama dengan agama yang benar.’ (Qs. at-Taubah: 29).
Allah juga mewajibkan atas orang-orang yang beriman kepada-Nya dan membenarkan kitab-Nya agar memerangi para penentang dan penolak kebenaran hingga mereka kembali dan sadar, seperti halnya diwajibkan peperangan terhadap mereka yang kafir dan berpaling dari-Nya hingga mereka beriman dan mengakui agama dan syariat-Nya. Allah Swt berfirman, “Dan jika dua kelompok orang yang beriman saling berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah… *(Qs, al-Hujurat: 9).
Ini adalah perjanjian antara Allah dengan kalian, agar saling tolong menolong dalam kebajikan dan ketakwaan, bukan dalam perbuatan dosa dan pelanggaran. Kewajiban dan hikmah yang pasti akan datang dari Allah. Lalu, kemanakah kalian akan lari dari Allah? Mengapa kalian berpaling? Para penindas telah berkhianat di penjuru timur dan barat, kerusakan telah tampak, dan bumi telah dipenuhi oleh kezaliman dan ketidakadilan. Manusia tidak memiliki tempat mengadu dan harapan terbebas dari musuh-musuh mereka. Semoga kalian menjadi penolong saudara-saudara kita dari tangan orang yang menuai penindasan dan kezaliman. Semoga kalian menjadi penyelamat al-Kitab dan as-Sunnah, dan mendirikan hak-hak orang-orang yang dizalimi dari kalangan keturunan nabi. Wahai hamba Allah, jadilah kalian pengisi kedudukan orang-orang yang berjihad bersama para nabi, dan pertolongan Allah bersama para nabi. Ketahuilah segenap saudaraku, sesungguhnya aku mendatangi kalian dalam keadaan dizalimi, terdesak, terusir, melarikan diri, ketakutan, banyak yang mengejarku serta sedikit penolongku, dan mereka membunuh saudara, ayah, kakek, dan keluargaku. Maka sambutlah penyeru kepada Allah ini. Kalian telah diseru menuju Allah, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya, “Dan orang yang tidak menerima seruan orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (Qs. al-Ahqaf: 32). Semoga Allah menjauhkan kami dan kalian dari kesesatan, dan memberikan petunjuk kepada kami dan kalian kepada jalan yang benar.
Dan aku adalah Idris bin Abdullah bin al-Hasan bin al-Hasan bin Ali bin Abu Thalib, paman Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Ali bin AbuThalib ra adalah datukku;Hamzah, pemimpin orang-orang yang syahid dan Ja’far ath-Thayyar yang dapat terbang kemana saja di surga adalah kedua pamanku; Khadijah yang memiliki keteguhan dan Fathimah binti Asad yang berbelas kasih adalah dua nenekku; Fathimah binti Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam pemimpin para wanita di surga dan Fathimah binti al-Husain pemimpin cucu Nabi adalah dua ibuku; al-Hasan dan al-husain anak- anak Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam (Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam sering memanggil mereka dengan sebutan “anakku”‘Penerj.) adalah dua ayahku; sedangkan Muhammad dan Ibrahim dua anak Abdullah yang membawa hidayah dan suci adalah dua saudaraku.
Inilah seruanku yang adil, tak ada kezaliman. Barang siapa menyambut seruanku, maka baginya kebaikan seperti apa yang aku dapat, dan pahala atasnya seperti apa yang ku terima. Sedangkan yang menolak, maka ia telah salah jalan dan Dzat yang Maha Mengetahui, yang ghaib dan yang nyata telah melihatnya. Sesungguhnya aku tak mencecerkan darah, tidak menghalalkan apa yang haram atau pun merampas uang.
Aku meminta persaksian Mu wahai sebaik-baik Dzat yang menyaksikan, aku meminta persaksian Jibril dan Mikail, bahwa aku yang pertama menyambut seruan-Nya dan kembali kepada-Nya. Aku jawab panggilan-Mu wahai Allah yang memperjalanakan awan, memporak-porandakan kumpulan tentara, meratakan gunung yang kuat dan kokoh menjadi debu. Aku meminta pertolongan kepada-Mu untuk anak Nabi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas semua itu. Kesejahteraan bagi kalian. Shawalat dan salam Allah kepada junjungan kami Muhammad dan keluarga, serta para sahabatnya.
Inilah seruan Idris. Beliau ikut serta dalam banyak sekali peperangan melawan tentara Abbasiyyah. Diriwayatkan oleh Muhammad bin Jarir ath-Thabari, bahwa ketika seorang kaki tangan Harun ar-Rasyid di Afrika menyampaikan kepadanya tentang muncul dan menguatnya Idris, maka ia menjadi gelisah hingga takut dan tidak banyak berbicara karena mengkhawatirkan kekuasaannya. Ketika Yahya bin Khalid datang, ia berkata, “Wahai amirul mukminin, mengapa ku lihat kegelisahan pada dirimu? Jika hal itu karena bencana atau penyakit, maka hal seperti itu pasti selalu terjadi pada setiap raja, lalu kembalikanlah semua perkara kepada hal-hal yang menyenangkan. Namun jika kegelisahanmu karena sesuatu yang menjadikan kami harus mengorbankan jiwa dan harta kami untukmu, maka bagimu kami korbankan. Tetapi jika karena sesuatu yang tak dapat diselesaikan dengan pengorbanan jiwa dan harta kami, maka kami memohon kepada Allah agar menyudahinya.” Harun menjawab, “Sesungguhnya seorang kaki tanganku di Afrika menulis surat kepadaku, la menceritakan tentang Idris. Kau telah mengetahui bahwa aku menginginkannya. Demi Allah, tidak ada kabar kecuali tentang kemunculannya, dan hal itu pasti membawa kehancuran.” Lalu Yahya berkata, “Agar indah kehidupan amirul mukminin, maka aku akan menghentikan usaha Idris, dan ia tak akan mengetahui kehancurannya kecuali dariku.” Mendengar hal itu bergembiralah Harun. Yahya mengambil racun, dikisahkan bersama Sulaiman bin Jarir.
Sumber: Perjumpaan Yusuf bin ‘Abid dengan syaikh Abu Bakar bin Salim