A. Wafatnya Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam
Ketahuilah, sesungguhnya pada diri Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam itu terdapat suri teladan tentang kehidupan dan kematian, dan tentang ucapan dan perbuatan. Semua sifat dan perilaku beliau adalah pelajaran bagi orang-orang yang mau memikirkan, dan sekaligus bahan renungan bagi orang-orang yang mau merenungkan. Di hadapan Allah, tidak ada seorang pun yang lebih mulia daripada beliau, karena beliau adalah kekasih tercinta Allah, makhluk pilihan-Nya, serta Rasul dan Nabi-Nya. Coba engkau perhatikan, apakah beliau diberi kesempatan sesaat untuk menunda ajalnya? Apakah Allah memperpanjang usianya yang sudah saatnya habis? Tidak! AIlah tetap mengutus malaikat-malaikat mulia yang ditugaskanmencabut nyawa untuk mengambil ruh beliau yang suci, dan membawanya kepada rahmat serta keridhaan-Nya, kepada puncak segala kebaikan, bahkan kepada singgasana mulia di dekat Sang Maha Penyayang.
Kendatipun demikian, beliau tetap merasakan penderitaan yang sangat berat saat mengalami sakaratul maut. Keluhan akibat rasa sakit yang tengah dideritanya terdengar jelas. Kegelisahannya memuncak, dan suaranya bertambah keras ketika mengerang. Warna kulitnya berubah, dahinya basah oleh keringat, dan tarikan nafasnya tersengal-sengal mengguncangkan tulang-tulang rusuk kanan dan kiri, sehingga orang-orang yang hadir pada saat itu sama menangis menyaksikan beliau berjuang melawan rasa sakit.
Apakah Anda melihat derajat nubuwwah dapat menolak ketentuan Ilahi tersebut? Apakah malaikat maut mempertimbangkan kesedihan yang dirasakan oleh keluarga dan kaum kerabat beliau? Dan apakah malaikat maut mau bersikap toleran terhadap beliau sebagai seorang pembela kebenaran, pembawa kabar gembira, dan penyampai peringatan kepada umat manusia? Jawabnya: sama sekali tidak!
Sebaliknya, beliau melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah, dan mengikuti yang telah tertulis di Lauh al-Mahfuzh. Begitulah keadaan beliau. Padahal beliau adalah orang yang memiliki kedudukan terpuji di sisi Allah, dan memiliki telaga kemuliaan yang tidak pernah surut. Bahkan beliau adalah manusia pertama yang bakal dibangkitkan dari alam kubur, dan pelaksana syafaat dihari perhitungan amal.
Jadi, sungguh aneh bila kita tidak bisa menarik pelajaran darinya. Padahal kita tidak bisa menjamin kedudukan kita di akhirat nanti. Bahkan kita selalu menjadi tawanan hawa nafsu, dan suka berbuat durhaka. Kenapa kita tidak mau mengambil pelajaran dari perjuangan Muhammad, pemimpin para rasul, imam orang-orang yang bertakwa, dan kekasih Sang Tuhan seru semesta alam? Mungkin kita mengira diri kita akan hidup kekal, atau kita menganggap bahwa meskipun amal perbuatan kita buruk, kita akan tetap menjadi manusia-manusia terhormat di sisi Tuhan? Itu mustahil! Sangat mustahil! Justeru kita mestinya yakin bahwa kita semua akan masuk neraka. Tidak ada seorang pun dari kita yang akan selamat darinya, kecuali orang-orang yang bertakwa. Kita hanya sok yakin, dan kita hanya sekedar menduga-duga. Bahkan sebenarnya kita ini telah menganiaya diri sendiri. Mungkin saja kita ini sebetulnya bukan termasuk orang-orang yang bertakwa kepada Allah.
Allah swt. telah berfirman:
وان منكم الا واردها كان على ربك حتما مقضيا ثم تنجى الذين التقوا ونذرو الظلمين فيها جثيا
“Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendalangi neraka itu. hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakiua dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (Maryam: 71-72)
Hendaklah setiap orang melakukan introspeksi, apakah ia lebih dekat kepada golongan orang-orang yang zalim atau kepada golongan orang-orang yang bertakwa? Perhatikan diri anda, lalu renungkan sejarah kehidupan para salafus saleh. Sekalipun telah memperoleh anugerah kejayaan, mereka itu tetap menjadi orang-orang yang takut kepada Allah. Kemudian perhatikan pula sejarah kehidupan Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam, sang pemimpin para rasul. Beliau pasti mendapatkan kemuliaan, karena beliau adalah pemimpin para nabi dan imam orang-orang yang bertakwa. Ambillah pelajaran, bagaimana penderitaan beliau saat berpisah dengan dunia, dan bagaiamana sulitnya perjalanan beliau menuju surga yang kekal abadi.
Sumber : Dibalik Tabir Kematian – Al Imam Al Ghazali