Ibnu Mas’ud r.a. mengatakan, “Kami mengunjungi Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam di rumah ibunda kami Aisyah, saat-saat terakhir menjelang wafatnya. Beliau menatap kami dengan linangan air mata. Lalu beliau bersabda:
“Selamat datang kepada kalian semua. Semoga Allah senantiasa memuliakan kalian. Semoga Allah melindungi kalian. Dan semoga Allah menolong kalian. Aku berpesan kepada kalian untuk selalu bertakwa kepada Allah. Dan Allah pun telah berpesan kepada kalian, bahwa sesungguhnya aku ini hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata kepada kalian. Ingatlah, jangan kalian bersikap sombong di hadapan Allah di negeri-Nya terhadap hamba-hamba-Nya. Saat kematian sudah dekat. Tempat kembaliku adalah kepada Allah, kepada Sidratul Muntaha, kepada surga AI-Ma’wa, dan kepada gelas yang terisi penuh. Sepeninggalku nanti, sampaikanlah salam hormatku kepada kalian dan kepada orang yang masuk ke dalam agama kalian.” (HR. al-Bazzar)
Diriwayatkan, saat hendak wafat Nabi Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam bersabda kepada Jibril, “Siapa yang akan mengurus umatku sepeninggalku nanti?” Allah Ta’ala lalu mewahyukan kepada Jibril,”Sampaikan berita gembira kepada kekasih-Ku, bahwa Aku tidak akan mengecewakannya dalam urusan umatnya. Dan sampaikanlah pula berita gembira kepadanya, bahwa ia akan menjadi manusia pertama yang dibangkitkan, bahwa ia akan menjadi pemimpin mereka ketika mereka semua dikumpulkan, dan bahwa surga akan dilarang bagi seluruh umat manusia sebelum semua umatnya lebih dahulu memasukinya.” Mendengar jaminan Allah tersebut beliau bersabda:”Sekarang aku merasa lega” (HR. ath-Thabrani)
Aisyah r.a. mengatakan, “Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam menyuruh kami untuk memandikan beliau dengan air sebanyak tujuh gantang yang diambil dari tujuh sumur. Kami penuhi perintah tersebut. Beliau merasa senang. Lalu beliau keluar untuk shalat bersama para sahabat. Selesai shalat beliau berdoa memohonkan ampunan bagi para sahabat yang menjadi korban dalam Perang Uhud. Dan beliau juga berpesan untuk memperlakukan kaum Anshar dengan baik. Beliau bersabda:
‘Amma ba’dul Wahai kaum Muhajirin, sesungguhnya kalian akan terus bertambah. Sementara kaum Anshar tidak bertambah. Keadaan mereka seperti yang sekarang ini Mereka adalah sahabat karibku yang pernah menjadi tempat berlindungku. Oleh karena itu, hormatilah siapa di antara mereka yang berbuat baik, dan maafkanlah siapa di antara mereka yang berbuat kesalahan.”
Lebih lanjut beliau bersabda:’Sesungguhnya ada seorang hamba yang disuruh memilih antara dunia dan balasan yang ada di sisi Allah, dan ia memilih balasan yang ada di sisi Allah.’ Mendengar hal itu Abu Bakar r.a. menangis, karena ia mengira bahwa orang yang dimaksud beliau adalah dirinya. Lalu beliau bersabda lagi, ‘Atas kelemahlembutan engkau wahai Abu Bakar, tutuplah pintu-pintu jalan di masjid ini, selain pintu Abu Bakar! Sebab, aku tidak tahu ada sahabatku yang lebih baik daripada Abu Bakar.'” (HR. ad-Darami)
Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam wafat di rumahku, tepat di hari giliranku, dan di antara dada dan leherku. Ketika beliau wafat, Allah telah menyatukan air liurku dan air liur beliau. Pada saat itu saudaraku Abdurrahman tiba-tiba menemuiku dengan membawa siwak di tangannya. Beliau memandang siwak tersebut, dan aku tahu beliau menyukai benda tersebut. Aku lalu bertanya kepadanya, ‘Engkau ingin aku mengambilkan siwak itu?’ Sambil menganggukkan kepala beliau menjawab, ‘Ya.’ Setelah menerima siwak itu, beliau lalu memasukkannya ke dalam mulutnya. Tetapi siwak itu terlalu keras. Aku bertanya, ‘Anda ingin aku melunakkannya?’ Beliau mengangguk. Aku pun melunakkannya. Di dekat beliau ada sebuah bejana dari kulit yang berisi air. Beliau memasukkan tangannya ke dalam bejana tersebut seraya bersabda:’Tidak ada Tuhan selain Allah. Sesungguhnya kematian itu disertai dengan sekarat.’ Selanjutnya beliau mengangkat tangan ke atas seraya berdoa, ‘Teman Yang Mahatinggi… teman Yang Mahatinggi.’ Aku lalu berkata, ‘Rupanya ia tidak memilihku.'” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sumber : Dibalik Tabir Kematian – Al Imam Al Ghazali