Al-Abbas lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, tolong berilah wasiat kepada kaum Quraisy.”
Beliau bersabda:”Sesungguhnya hal itulah yang ingin aku pesankan kepada kaum Quraisy. Manusia itu ikut kepada kaum Quraisy dalam hal kebaikan maupun keburukan. Wahai kaum Quraisy, berbuat baiklah kepada manusia. Wahai manusia, sesungguhnya dosa itu bisa mengubah nikmat dan mengganti karunia. Oleh karena itu, kebaikan umat manusia mencerminkan kebaikan pemimpin mereka. Jika manusia berbuat zalim, maka penguasa harus berlaku keras terhadap mereka. Allah Ta’ala berfirman: ‘Demikianlah Kami berikan kekuasaan kepada sebagian kaum yang zalim atas sebagian yang lain disebabkan hal yang telah mereka kerjakan.'(aI-An’aam: 129)
Diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud r.a., sesungguhnya Nabi Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam bersabda kepada Abu Bakar r.a., “Bertanyalah, hai Abu Bakar!”
“Wahai Rasulullah, apakah ajal sudah dekat?” tanya Abu Bakar.
Beliau menjawab, “Benar. Saat kematian memang sudah dekat dan hampir tiba.”
Abu Bakar berkata, “Wahai Nabi Allah, selamat menikmati apa yang engkau rindukan di sisi Allah. Kalau saja kita bisa mengetahui tempat kembali kita.”
Beliau lalu bersabda kepada Abu Bakar, “Tempat kembali kita ialah kepada Allah, Sidratul Muntaha, dan kemudian ke surga Al-Ma’wa, ke surga Firdaus tertinggi yang penuh dengan gelas-gelas kenikmatan, dan kepada keberuntungan serta kehidupan yang menyenangkan.”
Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, siapa yang akan memandikan engkau nanti?”
Beliau bersabda:”Laki-laki dari ahli baitku (keluargaku) yang paling dekat, lalu yang terdekat.”
Abu Bakar bertanya lagi, “Dengan apa kami mengafani jenazahmu?”
Beliau menjawab, “Dengan pakaianku ini, ditambah dengan jubah Yaman, serta lapisan kain putih dari Mesir.”
“Bagaimana kami menyalati jenazah Anda?” tanya Abu Bakar lagi.
Tiba-tiba kami menangis, dan beliau pun menangis bersama kami. Lalu beliau bersabda:”Sebentar, semoga Allah mengampuni kalian, dan memberi balasan yang baik kepada kalian atas jasa kalian kepadaku. Ketika nanti kalian memandikan aku dan mengafani aku, letakkan jenazahku di tempat tidurku di rumahku ini, dan di sisi kuburku ini. Kemudian tinggalkan aku sejenak, karena yang pertama akan mendoakan aku adalah Allah Azza wa Jalla: “Dialah yang melimpahkan shalawat kepadamu dan juga malaikat-malaikat-Nya.”
Kemudian Allah mengizinkan para malaikat untuk menyalati aku. Makhluk Allah yang pertama kali akan masuk dan menyalati aku ialah Jibril, lalu Mikail, Israfil, dan disusul oleh malaikat-malaikat lainnya. Semoga Allah selalu memberkati mereka semua. Selanjutnya giliran kalian. Masuklah berduyun-duyun dan shalatkan jenazahku serombongan demi serombongan, dan ucapkan salam kepadaku. Jangan lukai aku dengan ratapan, jeritan, dan keluhan. Hendaklah imam yang memulai lebih dahulu, lalu anggota keluargaku, dimulai yang paling dekat. Setelah itu, kelompok-kelompok wanita dan anak-anak.”
Abu Bakar bertanya, “Siapa yang akan memasukkan mayat Anda ke dalam kubur?”
Beliau bersabda:”Rombongan dari keluarga terdekatku, kemudian yang dekat, bersama-sama para malaikat yang jumlahnya cukup banyak. Kalian tidak bisa melihat mereka, tetapi mereka bisa melihat kalian. Bangkitlah, dan laksanakan pesanku kepada orang-orang sepeninggalku nanti.”
Abdullah bin Zam’ah berkata, “Lalu datanglah Bilal. Itu terjadi pada awal bulan Rabi’ul Awwal. Bilal mengumandangkan azan untuk shalat. Rasulullah lantas menyuruh Abu Bakar menjadi imam shalat. Aku pun keluar. Di dekat pintu aku hanya melihat Umar, tidak ada Abu Bakar. Aku pun berkata kepadanya, ‘Bangkitlah, wahai Umar. Jadilah imam shalat berjamaah.’ Umar pun segera bangkit. Tapi ketika ia mulai bertakbir dengan suara yang cukup keras, hingga Rasulullah mendengarnya, beliau pun keluar dan bertanya, ‘Mana Abu Bakar? Allah dan kaum muslimin tidak menyukai ini. Allah dan kaum muslimin tidak menyukai ini, Allah dan kaum muslimin tidak menyukai ini. Suruh Abu Bakar yang menjadi imam mereka.’
Aisyah r.a. menyahut, ‘Wahai Rasulullah, Abu Bakar adalah orang yang berhati sangat lembut. Kalau ia menggantikanmu menjadi imam shalat, ia pasti menangis.’
Tetapi beliau bersabda:’Kamu semua seperti wanita-wanita yang mengelilingi Yusuf. Suruh Abu Bakar yang menjadi imam shalat.’
Demikianlah, Abu Bakar memimpin shalat setelah shalat jamaah yang diimami oleh Umar. Selesai shalat Umar berkata kepada Abdullah bin Zam’ah, ‘Celaka kamu! Apa yang telah kamu lakukan terhadapku? Demi Allah, seandainya aku tahu kalau Rasulullah sudah memerintahkan hal itu (menyuruh Abu Bakar menjadi imam) kepadamu, aku tidak akan melakukan apa yang sudah terlanjur aku lakukan itu.’ Abdullah bin Zam’ah menjawab, ‘Maafkan aku, ya Umar!’ Tadi aku tidak melihat orang lain yang lebih patut menjadi imam daripada Anda.'”
Aisyah r.a. berkata, “Aku tidak mengatakan hal itu. Dan aku mengalihkannya dari Abu Bakar dengan tulus. Aku hanya ingin menghindarkan Abu Bakar dari urusan duniawi dan dari bahaya maupun kerusakan yang terdapat dalam kekuasaan politik, kecuali orang-orang yang telah diselamatkan oleh Allah. Aku juga mengkhawatirkan perasaan tidak suka orang banyak terhadap seseorang yang menggantikan tempat Rasulullah ketika beliau masih hidup, kecuali jika Allah berkehendak lain. Aku takut mereka akan iri hati kepadanya, memusuhinya, dan mencerca tindakannya. Tetapi, segala sesuatu ada di tangan Allah, dan keputusan ada pada-Nya. Mudah-mudahan Allah melindungi dirinya (Abu Bakar) dari semua yang aku khawatirkan dalam urusan dunia dan agama.” (HR. Abu Daud)”
Sumber : Dibalik Tabir Kematian – Al Imam Al Ghazali