Dalil keenam
Allah berfirman:
و الذاكرين الله كثيرا و الذاكرات أعد لهم مغفرة و أجرا عظيما . ( الأحزاب 35
Artinya :
“Dan bagi pria yang banyak dzikir kepada Allah dan bagi wanita yang banyak dzikir kepada Allah disediakan ampunan dan pahala yang besar olehAllah”.(Al-Ahzab:35).
Terang menurut ayat ini bahwa dalam soal dzikir ini sama saja antara laki-laki dan perempuan, sama-sama dianjurkan, sama-sama akan diberi pahala di akhirat nanti.
Harus dicatat, bahwa barangsiapa yang banyak dzikir kepada Allah disediakan untuk mereka ampunan Allah dan pahala yang besar.
Dalil ketujuh
Allah berfirman:
فاذكروني أذكركم و أشكرولي ولا تكفرون . ( البقرة 152
Artinya :
“Maka ingatlah kamu kepada-Ku supaya Aku ingat pula kepadamu dan syukurlah kamu kepada-Ku dan janganlah kamu menjadi orang yang kafir”. (Al Baaarah: 152)
Nah, dzikir kepada Allah memasukkan kita ke dalam golongan orang yang bersyukur atau berterima kasih kepada Allah.
Dalil kedelapan
Allah berfirman:
و اذكر اسم ربك بكرة و أصيلا . ( الدهر 25
Artinya:
“Dan sebutlah nama Allah pagi-pagi dan petang-petang”. (Ad Dhur – Al Insan : 25).
Maksudnya ialah supaya ummat Islam menyebut nama Allah selalu, pagi dan petang, siang dan malam, dengan catatan ada masa-masa berhenti, umpamanya ketika dalam kakus, ketika sedang musyawarah, sedang berpidato, maka sudah barang tentu kita tak dapat membaca dzikir ketika itu.
Akan tetapi, pada ketika itupun kita harus mengingat Allah dalam hati.
Dalil yang kesembilan
Allah berfirman:
و اذكر اسم ربك و تبتل إليه تبتيلا . ( المزمل 8
Artinya :
“Sebutlah nama Allah dan beribadatlah kepadaNya dengan sepenuh hati”. (Al Muzammil: 8).
Nah, banyak sungguh ayat-ayat suci al Quran yang menganjurkan supaya ummat Islam selalu dzikrullah. Kalau semuanya disalinkan bisa buku ini menjadi tebal hanya untuk soal itu saja.
Maka heranlah kita kenapakah ada golongan dalam Islam yang tidak menyukai dzikir ini dan yang menganggap remeh pada hal ayat Allah bertubi-tubi menggerakkan ummat supaya dzikir. Apakah mereka tidak membaca ayat-ayat ini ? Tidak mungkin pula.
Mungkin mereka dipengaruhi aksi “modernisasi” yaitu sebuah penyakit yang berjangkit juga dalam kalangan Ummat Islam di mana-mana.
“Modernisasi dalam agama” atau “revolusi agama” adalah suatu penyakit yang sangat berbahaya yang menghinggapi ummat Islam.
Kita kaum Ahlussunnah wal Jama’ah menerima modernisasi hanya dalam soal keduniaan, soal-soal dunia, adapun soal-soal keagamaan, soal akhirat, kita tetap memegang teguh sebagai diajarkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam yang sekarang sudah tua benar, sudah sampai 1410 tahun.
Agama yang modern adalah agama Kaum Ahmadiah, yang lahirnya belum lama, dalam abad mutakhir.
Sumber : 40 Masalah Agama Karya KH. Siradjuddin Abbas