DIBUKANYA PINTU LANGIT Bagian Ke-4
Jibril meminta dibukakan pintu langit, maka di tanya, “Siapa ini?” Jibril menjawab, “Aku Jibril”. Jibril ditanya kembali, “Siapa yang bersamamu?”. Jibril menjawab, “Bersamaku Muhammad” lalu ditanya lagi, “Apakah telah datang panggilan Allah baginya (untuk perjalanan Isra dan Mi’raj)?” Jibril menjawab, “Ya” Maka mereka disambut dengan ucapan, “Selamat datang baginya, semoga Allah memuliakannya, beliau adalah saudara dan kholifah, dan sungguh sebaik-baiknya saudara adalah beliau dan sebaik-baiknya kholifah, dan sungguh beliau adalah sebaik-baiknya tetamu yang telah datang.” Maka dibukakanlah bagi keduanya.
Setelah mereka masuk ke langit kelima, Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam bertemu dengan Nabi Harun ‘alaihis salam. Nabi Harun setengah dari jenggotnya berwarna putih dan setengahnya lagi berwarna hitam, dan hampir-hampir panjangnya hingga ke pusar. bersamanya sekelompok kaumnya dari Bani Israil dan Nabi Harun sedang asyik berbincang dan bercerita dengan mereka. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam memberi salam kepadanya dan Nabi Harun menjawab salamnya serta menyambutnya dengan mengatakan, “Selamat datang wahai saudara yang soleh serta Nabi yang soleh”, lalu Nabi Harun mendoakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam dengan kebaikan. Kemudian Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam bertanya, “Siapa beliau wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Beliau adalah seorang lelaki yang di cintai oleh kaumnya, yaitu Nabi Harun bin Imran ‘alaihis salam”. Kemudian Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam melanjutkan perjalanannya hingga naik ke langit ke enam.
Jibril meminta dibukakan pintu langit, maka di tanya, “Siapa ini?” Jibril menjawab, “Aku Jibril”. Jibril ditanya kembali, “Siapa yang bersamamu?”. Jibril menjawab, “Bersamaku Muhammad” lalu ditanya lagi, “Apakah telah datang panggilan Allah baginya (untuk perjalanan Isra dan Mi’raj)?” Jibril menjawab, “Ya” Maka mereka disambut dengan ucapan, “Selamat datang baginya, semoga Allah memuliakannya, beliau adalah saudara dan kholifah, dan sungguh sebaik-baiknya saudara adalah beliau dan sebaik-baiknya kholifah, dan sungguh beliau adalah sebaik-baiknya tetamu yang telah datang.” Maka dibukakanlah bagi keduanya.
Setelah mereka masuk ke langit keenam, di perjalanan Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam menyaksikan para nabi dan rasul bersama dengan umat mereka masing-masing. Beberapa dari mereka yang hanya memiliki kurang dari sepuluh pengikut, beberapa yang lain yang pengikutnya puluhan, beberapa yang lain yang pengikutnya banyak dan beberapa lainnya yang tidak punya sakalipun satu pengikut. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam melewati suatu kelompok yang sangat besar yang memenuhi ufuk langit, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam bertanya, “Kaum siapakah ini?”Jibril menjawab, “itu adalah Nabi Musa beserta kaumnya, tapi angkatlah kepalamu ya Muhammad,” maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam melihat sekelompok kaum yang jauh lebih banyak dan besar telah memenuhi ufuk langit dari berbagai sisinya. Jibril berkata kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam, “mereka adalah umatmu dan masih belum termasuk yang tujuh puluh ribu dari umatmu yang akan masuk surga tanpa dihisab.”
Setelah menyaksikan para nabi dan rasul beserta kaum mereka masing-masing, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam bertemu dengan Nabi Musa bin Imran ‘alaihis salam, dan tubuh beliau berwarna putih kemerahan, seperti seorang dari suku Asy Syanuah, berbulu lebat, seandainya dia memakai dua gamis maka terlihat bulunya. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam memberi salam kepadanya dan Nabi Musa menjawab salamnya serta menyambutnya dengan mengatakan, “Selamat datang wahai saudara yang soleh serta Nabi yang soleh,” lalu Nabi Musa mendoakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam dengan kebaikan. Kemudian Nabi Musa berkata, “Manusia mengira bahwa aku adalah manusia yang paling mulia di sisi Allah, namun ternyata dialah (Rasulallah) yang lebih mulia dariku di sisi Allah.”