Meraih Keberkahan Baginda Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam Bagian 3
Oleh: al-Imam al-‘Arifbillah al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf
Jadi majelis yang dibawakan cerita Baginda Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam termasuk majelis terbaik dan termulia. Begitu juga apabila seseorang menyakini, bahwa majelis ini diadakan semata-mata untuk mengajak mengingat sifat dan kepribadian Baginda Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam.
Serta membayangkan seakan-akan rohani Baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam hadir, maka sudah dipastikan bahwa ia akan keluar dari belenggu tubuhnya menuju pandangan batin yang menyaksikan kehadiran ruhaniyah Baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam.
Apabila hati benar-benar bersih, dekat kepada Allah swt, dipelihara dan jauh dari belenggu sifat nafsunya, niscaya ia bisa melihat tampilan sosok Baginda Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Karena apa sekiranya yang menjadi penghalang di alam ini?
‘Wahai hadirin, hijabmu berasal dari dirimu sendiri sedangkan engkau tidak sadar. Dan penyakitmu ada pada dirimu sendiri sedangkan engkau tidak melihatnya.’
Memang hijab itu ada pada setiap orang dan seseorang yang berbuat dosa itu yang menjadi penghalang hatinya adalah dosanya sendiri. Orang yang lalai pun yang menjadi penghalang hatinya adalah kelalaiannya itu sendiri.
Orang yang hanya mengikuti hawa nafsu yang menjadi penghalang-nya adalah nafsunya itu sendiri. Begitu juga dengan pelaku dosa besar, yang menjadi penghalang hatinya adalah dosanya itu sendiri.
Hal ini semua disebabkan oleh hijab-hijab yang menutupi rahasia dan cahaya di alam ini. Apabila manusia telah terbebas jiwanya dari belenggu hawa nafsu dan membimbingnya ke jalan agama yang lurus serta mengikuti ajakan Baginda Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, niscaya pintu hatinya akan terbuka sesuai dengan pandangan keyakinan kepada dimensi itu.
Karena manusia sebenarnya tidak tercipta untuk dunia ini, namun ia tercipta untuk bekal dirinya di alam lain dan untuk misi yang lain. Jadi keadaannya seperti layaknya seorang musafir yang lewat saja. Kalau di dunia ini hidup manusia hanyalah sampai dua puluh atau empat puluh atau lima puluh atau enam puluh atau delapan puluh tahun saja, karena itulah Baginda Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda:
أَعْمَارُ أُمَّتِيْ بَيْنَ الْسِتِّيْنَ إِلَى الْسَّبْعِيْنَ
Artinya: “Umur umatku antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun.” Setelah itu ia dipindahkan ke alam lain, yaitu alam pembalasan untuk amalannya dan disitulah ia dibalas dengan balasan yang sangat adil.
Dalam hal ini al-Imam al-Quthub al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad ra mengatakan: ‘Wahai ruh apa engkau rela senantiasa bersebelahan dengan kotoran yang gelap ini. Dimanakah engkau dahulu saat tidak tinggal dalam jasad.
Bukankah engkau berada di tempat yang suci, maka sadarlah bahwa engkau tinggal bersama golongan yang tinggi kedudukannya. Engkau minum dari danau qudsi begitu juga engkau ambil buahnya.
Hembusan anugerah senantiasa datang kepadamu dengan membawa aroma keindahan laksana wanginya bunga yang harum hingga atas perintah Allah swt engkau dijadikan dalam sangkar. Guna mengujimu maka tunaikanlah dengan baik.’
Semua isi dunia yang penuh dengan kepedihan dan kesengsaraan ini membuat manusia lalai dari Allah swt dan membelokkan mereka dari misi utama mereka diciptakan.2
——————-
2yaitu beribadah kepada Sang Pencipta Alam Semesta, yaitu Allah swt.
SUMBER : BERADA DI TAMAN SURGA BERSAMA CUCU NABI