Hingga saat ini sudah satu setengah abad sejak wafatnya dan hijrahnya Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam, telah sampai pada kita sabda dan dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam, juga Kitabullah yang terang benderang masih segar seperti saat dibaca oleh lisan baginda Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Yang diucapkan oleh Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam, juga majelis-majelis5 yang dahulunya diadakan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam bersama para sahabatnya. Jadi tiada yang lebih utama dan lebih mulia setelah sahabat Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam kecuali mereka.6
Sedangkan kalangan lain yang bodoh itu tidak dihiraukan apalagi diperhatikan ucapannya, pendapatnya, majelisnya, bahkan reaksi mereka menerima atau menolak, dalam perbuatan maupun dalam hal apapun.
Apabila mereka enggan memuliakan diri mereka melalui jalinan hubungan dengan para ulama, enggan menghadiri majelis ulama, tidak menghormati dan mengabaikan hak ulama, berarti mereka adalah orang-orang bodoh yang telah Allah swt cela dalam al-Qur’an:
إن هم إلّا كالأنعام بل هم أضلّ سبيلا
Artinya: “Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (Qs. al-Furqan ayat: 44)
Karena mereka hanya ingin membanggakan kebodohan mereka. Apakah pantas kebodohan lebih dibanggakan daripada ilmu? Apakah layak kiranya kegelapan lebih mengungguli cahaya? Dan apakah kiranya para pengikut Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam akan mendapat bagian yang sama dengan para pengikut setan? Jelas jauh bedanya diantara dua golongan ini.
Yang kita yakini di majelis ini insya Allah hadir keberkahan Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam dan juga para auliya’ Allah swt yang mana kita bergantung kepada mereka dalam urusan dzahir dan batin kita, yang mana tatkala kita mendapat keberkahan tentunya kita berhutang budi kepada mereka dalam setiap urusan dan semua keadaan kita, baik di dunia saat ini maupun di akhirat kelak.
Lalu siapakah yang menunaikan hak majelis ini? Majelis ini diadakan untuk membaca Kitab Shahih Bukhari yang agung. Kitab ini dibawakan kepada kita oleh asy-Syeikh Muhammad bin Ismail ra yang setelah menghabiskan waktu selama enam belas tahun untuk mengumpulkannya, berpindah dari satu negeri ke negeri yang lainnya.
Beliau ra berasal dari Rusia, tepatnya di daerah Bukhara, pada mulanya beliau ra pindah ke Rusia lalu pindah ke daerah Samarqand lalu pindah ke Syam, lalu pindah lagi ke Irak lalu pindah ke daerah Kurdi,7 lalu pindah lagi ke Haramain asy-Syarifain,8 dan akhirnya melakukan perjalanan lagi di beberapa Negeri Arab untuk mencari riwayat suci ucapan sabda Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam.
SUMBER : BERADA DI TAMAN SURGA BERSAMA CUCU NABI
———–
5 Halaqah-halaqh keilmuan
6 Yaitu para ulama Ahli Hadits
7 Masih di dalam Negeri Irak
8 Dua Tanah Haram, yaitu Makkah dan Madinah