Kemudian ambillah air lagi untuk dihirup dengan hidung sebanyak tiga kali, dengan membaca doa :
اَللّٰهُمَّ اَرِحْنِىْ رَاِئِحَةَ اْلجَنَّةِ, وَاَنْتَ عَنِّى رَاضٍا
Ya Allah, ciumkanlah saya bau surga, sedangkan engkau ridlo kepadaku.
Lalu semprotkanlah keluar air tersebut dengan membaca :
اَللّٰهُمَّ اِنِّى اَعُوْذُبِكَ مِنْ رَوَائِحِ النّارِ وَسُوْءِ الدَّارِ
Ya Allah, saya berlindung kepadamu dari bau neraka dan dari kejahatan tempat tinggal saya.
Kemudian ambillah air untuk membasuh wa-ah mulai, dari permukaan dahi sampai ke ujung dagu bagian depan, dari telinga sebelah kanan sampai telinga sebelah kiri. Dalam membasuh wajah ini air harus merata keseluruh wajah sampai pada bagian antara bagian atas telinga dan tepi pelipis, yakni tempat ditepi dahi. Air itu harus sampai pula membasahi empat tempat tumbuhnya bulu di wajah, yaitu tempat tumbuhnya kedua alis, tempat tumbuhnya kumis, bulu-bulu mata dan bulu yang tumbuh di permulaan jenggot Gambang). Air tersebut wajib pula membasahi tempat tumbuhnya jenggot yang tipis, tidak wajib menyampaikan air ke tempat tumbuhnya jenggot yang lebat. Doa ketika membasuh wajah ini ialah :
اَللّٰهُمَّ بَيِضْ وَجْهِى بِنُوْرِكَ يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوْهُ اَوْلِيَا ئِكَ. وَلاَتُسَوِّدْ وَجْهِى بِظُلُمَاتِكَ يَوْمَ تَسْوَدُّ وُجُوْهُ اَعْدَائِكَ
Ya Allah, putihkanlah wajah saya dengan nur-Mu pada hari wajah-wajah kekasihmu menjadi bersinar putih, dan jangan engkau hitamkan wajah saya dengan kegelapan-Mu pada hari wajah-wajah musuh menjadi hitam.
Janganlah lupa membiasakan membasahi jenggot yang lebat.
Sesudah itu basuhlah tangan kananmu dan tangan kirimu bersama kedua siku sampai kebagian tengah bahu, sebab perhiasan surga itu dipasang sampai batas akhir anggota wudlu yang biasa dibasuh. Ketika membasuh tangan kanan ini bacalah doa :
اَللّٰهُمَّ اَعْطِنِى كِتَا بِى بِيَمِيْنِيْ وَحَا سِبْنِى حِسَابًا يَسِيْرًا
Ya Allah berikanlah catatan amal saya ditangan kananku, dan hisablah saya dengan hisab yang mudah.
Sedangkan doa yang dibaca ketika membasuh tangan kiri ialah :
اَللّٰهُمَّ اِنِّى اَعُوْذُ بِكَ أَنْ تُعْطِنِى كِتَابِى بِشِمَا لِى أَوْمِنْ وَرَاءِ ظَهْرِى
Ya Allah, sesungguhnya saya berlindung kepadamu agar tidak menerima catatan amal saya dengan tangan kiriku atau dari belakang punggungku.
Sesudah itu usaplah, kepala (rambutmu), dengan cara membasahi kedua telapak tangan terlebih dahulu, lalu mempertemukan ujung jari-jari kedua tangan dan meletakkannya ke kepala bagian depan terus dijalankan ke bagian belakang kepala, lalu dikembalikan lagi ke depan. Ini dihitung sekali. Dan engkau melakukannya sebanyak tiga kali, sama dengan bilangan membasuh anggota-anggota wudlu lainnya. Dan bacalah do’a :
اَللّٰهُمَّ غَشِّنِى بِرَحْمَتِكَ وَأَنْزِلْ عَلىَّ مِنْ بَرَكَا تِكَ, وَاَظِلَّنِى تَحْتَ ظِلِّ عَرْشِكَ, يَوْمَ لاَ ظِلَّ الاَّ ظِلُّكَ, اللّهُمَّ حَرِّمْ شَعْرِى وَبَشَرِى عَلَى النَّارِ
Ya Allah, kerudungilah saya dengan rahmatMu, turunkanlah barokahMu kepada saya dan naungilah saya dibawah naungan arasyMu, ketika pada hari itu telah tiada naungan selain naunganMu. Ya Allah haramkanlah api neraka menyentuh rambut dan kulit saya.
Setelah itu, usaplah kedua telingamu, bagian luar dan dalamnya, dengan air yang baru diambil (bukan sisa air untuk mengusap kepala), dengan cara memasukkan kedua jari telunjuk kedalam dua lubang telinga, lalu usaplah bagian luar daun telingamu dengan ibu jari bagian dalam dengan membaca doa :
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنِى مِنَ الّذِيْنَ يَستَمِعُوْنَ اْلقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ اَحْسَنَهُ
اَللّٰهُمَّ اَسْمِعْنِى مُنَادِىَ الْجَنَّةِ مَعَ اْلاَبْرَارِ
Ya Allah, jadikanlah saya termasuk golongan orang-orang yang mendengar perkataan nasehat, lalu mengikuti yang terbaik dari ucapan tersebut. Ya Allah perdengarkanlah saya suara panggilan masuk di surga bersama orang-orang yang baik.
Kemudian usaplah lehermu dengan membaca do’a :
اَللّٰهُمَّ فُكَّ رَقَبَتِى مِنَ النَّارِ,وَاَعُوْذُ بِكَ مِنَ السَّلاَ سِلِ وَاْلاَغْلَاِ
Ya Allah, bebaskanlah leher saya dari sentuhan api neraka dan saya berlindung kepadaMu dari rantai dan belenggu api neraka.
Sumber : Tutunan Mencapai Hidayah Ilahi – H. M. fadlil Said AnNadwi