Allah SWT tidak akan menerima uzur-uzur yang tidak logika dan alasan-alasan yang tidak benar, yang biasanya dibuat-buat oleh anak anak zaman sekarang dalam meninggalkan menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat jahat. Misalnya dengan berkata: Mereka itu tidak akan mendengar kata-kata kami lagi, biarpun kami menyuruh atau melarang. Misal yang lain: Kami akan ditimpa bahaya yang tak sanggup kami menahan lagi, jika kami menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat jahat. Dan banyak lagi misal-misal yang lain, yang kesemua itu timbul dari sebab kurang ghairah atau cemburu terhadap agama Allah. Memanglah tidak salah berdiam diri atau berhenti, jika telah nyata akan ditimpa bahaya yang besar, atau telah yakin akan tertolaknya seruan itu. Akan tetapi dalam keadaan-keadaan serupa ini, berdakwah menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat jahat akan menjadi lebih utama, hanya kewajiban nya saja telah gugur. gaul yang pelik sekali, jika seseorang itu dicela atau dicuri harta bendanya walau sedikit saja, ia akan mengamuk dan ia tidak mungkin mendiamkan diri begitu saja. Dia tidak pula membuat alasan-alasan, seperti yang dibuat ketika ia berdiam diri dari melarang melakukan yang jahat tadi. Apa adakah jalan baginya, atau patutkah ia berbuat yang demikian? Tidak lain kerana mereka menganggap bahwa harta-benda dan barang-barang dunia itu lebih penting dari agama Allah. Andaikata dakwaan mereka itu, dapat diterima bahwa dakwah mereka tidak akan didengar kiranya mereka menyuruh atau melarang, maka apa pula sebabnya yang menarik mereka untuk bergaul dengan ahli-ahli munkar itu dan berkawan dengan mereka?!
Bukankah Allah Ta’ala telah memerintahkan supaya kita meninggalkan
orang-orang jahat, dan jangan duduk bersama-sama mereka, selagi mereka enggan tunduk kepada perintah Allah dan RasuI-Nya?! Bukankah telah jelas hukumnya, bahwa orang yang melihat munkar dan tidak mencegahnya, padahal ia berkuasa melakukan yang demikian, maka sama dosa dia dengan orang yang rnelakukanmunkar itu? Demikian pula dengan orang yang ridha dengan munkar itu dilakukan, rneskipun ia tidak hadir waktu terjadinya, sekalipun jarak antaranya dengan ternpat berlaku munkar itu, jarak antara tirnur dan barat, sama-sama turut berdosa. Sebab orang yang bergaul dan berkawan dengan ahli-ahli rnunkar itu, rneskipun ia tidak rnelakukan munkar yang sama, adalah sama-sama salah dalam pandangan Allah. Sekiranya Allah rnenurunkan azab-Nya ke atas orang-orang yang jahat itu, maka ia juga akan turut rnenerima azab yang sama. Dia tidak akan selarnat dari azab Allah, melainkan setelah ia melarang rnereka itu dari rnelakukan dosa, dan mengasingkan diri dari bergaul dengan mereka, serta segera berpisah dari mereka, jika orang-orang itu enggan rnenerirna nasihat-nasihat, atau tunduk kepada petunjuk yang benar.
Hendaklah kita cinta kerana Allah terhadap orang-orang yang mentaatiNya, serta benci kerana Allah terhadap orang-orang yang mendurhakaiNya, kerana yang demikian itu merupakan seteguh teguh pegangan iman.
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wasallam pernah memberitakan; yaitu apabila kaum Bani Israel melakukan perkara-perkara munkar, maka para ulamanya telah melarang mereka, tetapi tidak dihiraukannya, malah mereka ingkar dan enggan mendengar. Kemudian para ulama itu turut bergaul dengan kaumnya yang durhaka itu serta bekerjasama tanpa menghiraukan lagi keadaan mereka. Setelah kejadian itu, maka Allah SWT pun rnematraikan hati setengah mereka kepada yang setengah,serta diturunkan laknat. ke atas mereka semua, menerusi Iidah Nabinabi Allah, Daud dan Isa bin Maryam ‘alaihimas-salam.
Dalam kisah ahlil-qaryah (dari kaum Bani Israel) yang tempat tinggalnya dekat dengan laut, apabila rnereka itu telah rnenghalalkan menangkap ikan pada Hari Sabtu (Hari sembahyang) padahal Allah Ta’ala telah melarang menangkap ikan pada hari itu, maka mereka telah berpecah rnenjadi tiga golongan:
Golongan pertama telah melanggar larangan Allah Ta’ala, lalu mereka terus menangkap ikan pada Hari Sabtu.
Golongan kedua patuh kepada larangan itu, mereka mencegah kelakuan golongan pertama, akan tetapi mereka tetap juga bergaul dengan golongan itu.
Golongan ketiga yaitu yang telah menyingkirkan golongan yang melanggar larangan Allah tadi, serta menjauhkan diri mereka dari bergaul dengan golongan itu, apabila didapati golongan itu tidak mengendahkan larangan Allah dan terus melakukan maksiat yang dilarang oleh Allah Ta’ala.
Apabila Allah Ta’ala menurunkan azabNya kepada mereka, azab itu meliputi golongan pertama dan kedua juga, kerana golongan kedua itu telah berada bersama-sama dengan ahli-ahli maksiat, meskipun mereka tidak turut melakukannya. Hanya golongan ketiga sajalah yang selamat di antara mereka itu, sebagaimana yang diceritakan oleh Allah Ta’ala di dalam firmanNya yang berikut:
أنجينا الذين ينهون عن السوء, وأخذنا الذين ظلموا بعذاب بئيس بما كانوا يفسقون. (الأعراف:165
“Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari membuat kesalahan dan Kami siksa orang-orang yang aniaya itu dengan siksa yang mengerikan, disebabkan mereka berlaku jahat.” (AI-A’raf: 165)
Kemudian Allah SWT mengutuk mereka itu hingga ada yang menjadi monyet, sebagaimana yang diterangkan oleh firman berikut:
أو نلعنهم كما لعنا أصحاب السبت (النساء: 47
“Atau Kami kutuki mereka sebagaimana Kami kutuki orang-orang yang melanggar larangan Hari Sabtu.” (QS. An-Nisa’: 47)
Oleh sebab itu hendaklah kita menjauhkan diri serta menyingkirkan ahli-ahli maksiat, setelah kita yakin bahwa mereka memang tidak akan menerima kebenaran.