Wahai para pembaca janganlah kalian mencampur adukkan bacaanya, lalai dan tidak mengamalkan al-Qur’an, tidak menurut perintahnya, tidak menjauhi larangan-Nya, apalagi berhenti pada batas-batasnya. Ketahuilah, bahwa banyak riwayat yang mencela orang semacam ini disamping kecaman keras lainnya. Dalam hal ini Baginda Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
اقرأ القرآن ما نهاك، فإن لم ينهك فلست تقرؤه
Artinya: “Bacalah al-Qur’an selagi ia mencegahmu ( dari perbuatan buruk ), jika ia tidak membuatmu tercegah, maka sebenarnya engkau tidak membacanya.”
Dalam kesempatan lain, Nabi ﷺ bersabda:
من جعل القرآن أمامه قاده إلى الجنّه، ومن جعله وراء ظهره ساقه إلى النّار
Artinya: “Barangsiapa yang menjadikan al-Qur’an dihadapannya, maka al-Qur’an akan memimpinnya ke surga. Dan barangsiapa yang menjadikannya di belakang punggungnya, niscaya ia akan menggiringnya ke neraka.”
Nabi ﷺ bersabda:
النّار إلى فسقة القراء أسرع منها إلى عبدة الأوثان
Artinya: “Api neraka lebih cepat merenggut para pembaca al-Qur’an yang fasik daripada merenggut para penyembah berhala.”
Dalam riwayat lain disebutkan:
أنّ القرآن غريب في حوف الظّالم، وأنّه كم من قارىء يقرأ القرآن والقرآن يلعنه
Artinya: “Sesungguhnya al-Qur’an tidak betah di hati orang yang dzalim. Ketahuilah berapa banyak orang yang membaca sedangkan al-Qur’an melaknatnya.”
Hal ini disebabkan perbuatannya yang bertentangan dengan ajakan al-Qur’an. Bahkan diriwayatkan: “Kelak sekelompok orang pengemban al-Qur’an diperintah untuk digiring ke neraka sebelum para penyembah berhala, mereka bertanya: “Apakah dimulai dari kami dulu sebelum para penyembah berhala?” Mereka dijawab: “ Tidak sama orang yang mengetahui dengan tidak mengetahui.”
Disebutkan dalam sebuah riwayat: “Apabila pembaca al-Qur’an melakukan kemaksiatan, maka al-Qur’an akan menyeru dari dalam hatinya: ‘Manakah laranganku? Manakah ancamanku? Manakha nasehatku?” Sampai akhir riwayat ini.
al-Imam Maimun bin Mahran ra berkata: “Sesungguhnya seseorang membaca al-Qur’an, sedangkan ia melaknat dirinya sendiri.” Beliau ditanya: “Wahai imam, apakah maksud dari ucapanmu itu?” Kemudian beliau menjawab: “Ia membaca ayat: ‘Bahwa laknat Allah bagi para pendusta.’ Tetapi ia berbohong. Lalu ia juga membaca ‘Ingatlah laknat Allah atas orang-orang yang dzalim.’ Tetapi mendzalimi orang lain.”
Disebutkan dalam hadis:
إنّ المنافق الّذي يقرأ القرآن مثله مثل الرّيحانة ريحها طيّب وطعمها مرّ
Artinya: “Sesungguhnya orang munafik yang membaca al-Qur’an, diibaratkan seperti baunya semerbak wangi tetapi rasanya pahit.”
Dalam hadis yang lain disebutkan:
أنّ أقواما يقرؤون القرآن كما أنزل، وأنّه لا يجاوز ترا قيهم، يمرقون من الإسلام كما يمرق السّهم من الرّميّة
Artinya: “ Sesungguhnya ada sekelompok orang membaca al-Qur’an seperti saat diturunkan, tetapi bacaan itu tidak melewati batas tenggorokan mereka. Mereka keluar dari Agama Islam seperti anak panah yang melesat dari busurnya.”
Kita memohon kepada Allah swt agar diberikan kelembutan dan keselamatan. Serta taufik untuk berpegang teguh pada kitab-Nya dan memahami isinya dan juga mengamalkan nasehatnya diiringi dengan khusnul khatimah dan akhir segala urusan dengan baik bagi kita semua, serta bagi orang-orang yang kita cintai dan seluruh umat Islam pada umumnya.
Termasuk amalan yang besar pahalanya adalah belajar Qur’an dan mengajarkannya. Karena hal ini merupakan fardhu kifayah yang sangat dianjurkan bagi setiap individu muslim. Mengenai hal ini, Baginda Nabi ﷺ bersabda:
خيركم من تعلّم القرآن وعلّمه
Artinya: “Sebaik-baik orang diantara kalian adalah yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya.”
al-Imam Sufyan ats-Tsauri ra pernah ditanya: “Wahai imam, siapakah yang paling engkau sukai? Orang yang belajar Qur’an ( maksudnya mengkaji ilmu-ilmu yang ada dalam al-Qur’an ) ataukah orang yang berperang di jalan Allah swt?” Kemudian beliau ra berkata: “Tentu saja aku lebih menyukai orang yang belajar al-Qur ‘an.”
Sumber: Nasihat dan wasiat Imam Haddad Jilid 1