Seorang hamba dianggap lalai manakala membaca al-Qur’an atau mendengarnya tetapi ia tidak mau merenungi dan memahami maknanya, tidak memperhatikan perintah dan larangannya, nasehat dan ancamannya, begitu juga hadis-hadis Rasulullah saw dan nasehat para salafunasshalihin.
la dianggap lalai juga manakala jarang mengingat kematian dan mengingat perkara akhirat lainnya yang terjadi setelah kematian, merenung keadaan orang-orang yang berbahagia dan yang celaka di dalamnya juga tidak pernah mau memikirkan itu semua.
Diantara kelalaiannya juga manakala ia jarang menghadiri majelis para ulama yang mengingatkannya kepada Allah SWT dan agamanya, membuatnya sadar akan hari-harinya yang abadi, kenikmatan-Nya, janji dan ancaman-Nya. yang menganjurkannya untuk mentaati-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan memberi contoh dari perbuatan dan tutur kata mereka.
Barangsiapa yang tidak dapat menjumpai mereka cukuplah baginya buku-buku yang mereka tulis sama halnya berkumpul dengan mereka tatkala mereka tidak dijumpai.
Insya Allah, bumi ini tidak akan kosong dari mereka, meskipun kerusakan zaman dan kebatilan dan para pelakunya telah tersebar dimana-mana, kalangan khusus dan umum banyak yang berpaling dari Allah SWT dan tidak mau menegakkan kebenaran kecuali orang-orang yang dikehendaki Allah SWT dan jumlah mereka sedikit. Hal ini sebagaimana sabda Nabi saw:
لاتزال طائفة ممن أمتي ظاهر ين على الحق لا يضرهم من ناوأهم حتى يأتي أمر الله
Artinya: ‘Dikalangan umatku akan selalu dan golongan yang selalu teguh di jalan kebenaran, tidak membahayakan mereka orang-orang menentangnya hingga tibalah ketentuan Allah.’
Dan masih banyak lagi riwayat yang menyebutkan bahwa setiap zamannya bumi tidak pernah kosong dari golongan pembela kebenaran yang selalu teguh menjalankan Kitabullah dan sunnah rasul-Nya, mengajak manusia untuk berpegang teguh pada kitab dan sunnah hanya saja jumlah mereka di akhir zaman semakin sedikit.
Bahkan terkadang mereka menutup diri hingga tiada yang mengenali dan menemukan mereka kecuali orang yang bersungguh-sungguh dan tulus dalam mencari mereka, hanyalah Allah SWT Yang Maha mengetahui.
Ketahuilah wahai saudara-saudara-semoga Allah SWT menolong kita semua-bahwa hati yang paling baik dan paling dicintai oleh Allah SWT adalah yang paling bersih dan suci dari kebatilan, keraguan dan dari seluruh makna kemusyrikan, selalu mendengarkan kebenaran dan petunjuk juga makna-makna kebaikan Dalam hadis disebutkan:
القلوب أربعة : قلب أجرد فيه سراج يزهر فذلك قلب المؤمن, وقلب أسود منعكس فذلك قلب الكافر, وقلب المربوط على غلافه فذلك قلب المنافق . وقلب مصفح فيه إيمان ونفاق , فمثل الإيمان فيه مثل البقلة يمدها الماء العذب , ومثل النفاق فيه مثل القرحة يمدهاالقيح والصديد فأي المادتين غلبت عليه ذهبت به
Artinya: Hati ada empat: Hati yang bersih di dalamnya terdapat cahaya yang memancar itulah hati seorang mukmin, hati yang hitam dan terbalik itulah hati orang kafir, hati yang terikat pada kulitnya itulah hati orang munafik dan hati yang datar di dalamnya terdapat keimanan dan kemunafikan.
Perumpamaan keimanan dalam hati ibarat batang tumbuhan yang tersirami air yang segar. Sedangkan perumpamaan kemunafikan dalam hati ibarat luka yang penuh dengan darah busuk dan nanah, maka yang mana diantara keduanya berhasil berkuasa, itulah yang akan membawa hati.”
Menurutku, ciri hati yang terakhir inilah sifat hati kebanyakan kaum muslimin yang mencampur amal shaleh dengan kejelekan. Dalam hadis lainnya Rasulullah saw bersabda:
إن الإيمان يبدو في القلب لمعة بيضاء ثم تزيد حتى يبيض القلب كله. وإن النفاق يبدو في القلب نكتة سوداء ثم تزيد حتى يسود القلب كله
Artinya: “Sesungguhnya keimanan nampak dalam hati seperti setitik cahaya pulih kemudian semakin bertambah hingga seluruh hati menjadi putih. Sesungguhnya kemunafikan nampak dalam hati seperti bintik hitam kemudian semakin bertambah hingga seluruh hati menjadi hitam.’ Semoga Allah SWT menyelamatkan kita dan mematikan kita juga kaum muslimin dalam keadaan Islam.
Sumber : Nasihat dan Wasiat Imam Haddad 1