Merupakan perintah agar kita bersyukur kepada-Nya atas nikmat persatuan yang telah Allah SWT berikan kepada mereka telah berlalunya pertikaian sengit, terutama yang pernah terjadi antara Suku Aus dan Khazraj, yang mana mereka adalah pembela agama Allah SWT dan Rasul-Nya. Hal ini juga yang pernah terjadi dikalangan Bangsa Arab pada umumnya, dahulu mereka saling membunuh, merampas serta menindas satu sama lain.
Sehingga Allah SWT mengutus Rasul-Nya kepada mereka, menurunkan Kitab kepadanya. Lalu dengannya Allah SWT mempersatukan perpecahan mereka, mengikat hati mereka, menghilangkan kedengkian, fitnah dan permusuhan sesama mereka. Sehingga berkat karunia-Nya, mereka menjadi saudara seagama, saling bahu-membahu menolong Rasul-Nya, dan menegakkan syi’ar-syi’ar-Nya.
Allah SWT menyebutkan hal ini sebagai bukti anugerah-Nya kepada Baginda Rasulullah saw:
هو الذي أيدك بنصره وبالمؤمنين (62) والف بين قلوبهم لو انفقت ما في الأرض جميعا ما ألفت بين قلوبهم ولكن الله ألف بينهم إنهم عزيز حكيم (63
Artinya: ‘Allah lah yang memperkuatmu dengan pertolongan Nya dan dengan para mukmin, serta yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kalian membelajakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kalian tidak dapat mempersatukan hati mereka. Akan tetapi, Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. al-Anfaal ayat: 62 – 63).
Dahulu sebelum Allah SWT mengutus Rasul-Nya, mereka berada di tepi api neraka. Hal ini karena mereka dalam keadaan menyekutukan Allah SWT serta menyembah berhala. Kemudian Allah SWT menyelamatkan mereka dengan ajaran tauhid dan ibadah yang Allah SWT syari’atkan kepada mereka.
Allah SWT memerintahkan mereka bersyukur kepada-Nya. Dan atas hal ini agar mereka mengetahui hak kenikmatan yang Allah SWT berikan kepada mereka setelah menyelamatkan mereka dari kesesalan dan menyatukan mereka dari perpecahan. Selain itu ia juga memperingatkan mereka akibat perpecahan dan pertikaian setelah persatuan.
Dalam hal ini Allah SWT berfirman:
كذلك يبين الله لكم ءاياته لعلكم تهتدون (103
Artinya: “Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Qs. Ali Imran ayat: 103).
Agar kalian semakin bertambah mendapat petunjuk, maka sebagaimana yang diungkapkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
والذين اهتدوا زادهم هدى وءاتاهم تقواهم (17
Artinva: “Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) atas ketakwaannya.” (Qs. Muhammad ayat: 17).
Dalam ayat-Nya yang lain, Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan.” (Qs. Ali Imran ayat: 104).
Segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, berarti secara global ia menyeru kepada keimanan dan ketaatan. Menyeru kepada hal ini merupakan kedudukan dan kedekatan yang tinggi di sisi Allah SWT.
Dalam hal ini. Baginda Nabi Muhammad saw bersabda:
من دعا الى هدى كان له من الأجر مثل أجور من تبعه من غير أن ينقص من اجورهم شيء ومن دعا الى ضلالة كان عليه من الإثم مثل آثام من تبعه من غير أن ينقص من آثامهم شيء
Artinya: ‘Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka ia mendapat pahala seperti pahala-pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa terkurangi sedikitpun pahala mereka. Dan barangsiapa yang menyeru pada kesesalan, maka ia menanggung dosa seperti dosa-dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa terkurangi sedikitpun dosa-dosa mereka.”
Dalam hadisnya yang lain. Baginda Nabi Muhammad saw bersabda:
الدال على الخير كفاعله
Artinya: “Orang yang menunjukkan pada kebajikan, maka akan (mendapatkan balasan) seperti pelakunya.”
Barangsiapa yang menjadikan seman pada kebaikan sebagai aktifitas dan kesibukannya, berarti ia telah mendapat bagian besar dari warisan Rasulullah saw dan telah mengikuti jejak beliau saw yang Allah SWT jelaskan dalam al-Qur’an:
قل هذه سبيلى أدعوا إلى الله على بصيرة أنا ومن اتبعنى وسبحان الله وما أنا من المشركين (108
Artinya: “katakanlah, inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajakmu kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Maha suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Yusuf ayat: 108)
Baginda Rasulullah saw tidak memiliki kesibukan di seluruh waktunya selain untuk berdakwah di jalan Allah SWT dengan ucapan dan perbuatannya. Oleh karena itulah beliau saw diutus oleh Allah SWT dan diperintah sebagai pemimpin bagi alam semesta.
Sebagaimana firman Allah SWT:
قل إنما أمرت أن أعبد الله ولا أشرك به إليه أدعوا واليه مئاب (36
Artinya: “Katakanlah Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya. Hanya kepada-Nya aku menyeru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku akan kembali.”(Qs. ar-Rad ayat: 36).
Jadi, orang yang paling dekat kedudukannya kepada Rasulullah saw di dunia dan akhirat adalah yang paling giat menjaga pekerjaan ini. Dan juga yang paling banyak menyibukkan diri berkecimpung di dalamnya, yaitu mengajak kepada kebaikan yang diartikan dengan keimanan dan ketaatan. Serta juga melarang kebalikannya yang berarti kekafiran dan kemaksiatan.
Sumber : Nasihat dan Wasiat Imam Haddad 1