Telah disebutkan dalam riwayat, bahwa orang yang menyaksikan kemunkaran, tetapi ia tidak mengingkarinya, padahal ia mampu untuk mencegahnya, berarti ia sama-sama mendapatkan dosa sebagaimana para pelakunya. Begitu juga orang yang rela dengan kemunkaran. meskipun ia tidak berada di tempat itu dari jarak antaranya dan tempat dilakukan kemaksiatan itu, seperti ufuk barat dan ufuk timur.
Orang yang membaur dan bergaul dengan ahli munkar meski tidak melakukan perbuatan mereka dihadapan Allah SWT. maka ia tergolong dari mereka. Seandainya apabila mereka mendapat siksa, maka ia pun juga ikut kena bersama mereka, la tidak akan selamat kecuali apabila melarang perbuatan itu kemudian menjauhi dan memisahkan diri dari mereka. Apabila mereka tidak mau tunduk kepada kebenaran.
Mencintai orang-orang yang taat hanya karena Allah SWT dan membenci orang-orang yang bermaksiat hanya karena Allah SWT termasuk penguat tali keimanan. Kami telah mendengar sabda Rasulullah saw, yang artinya: ‘Ketika Bani israil melakukan pekerjaan terlarang, para ulama mereka telah melarang mereka tetapi mereka tidak mau menerimanya.
Setelah itu para ulama membaur dengan mereka dan makan bersama mereka. Setelah mereka berbuat demikian, maka Allah SWT pun membekukan hati mereka semua dan melaknat mereka melalui lisan Nabi Allah Dawud as dan Nabi Allah Isa bin Maryam as.”
Dalam cerita penduduk desa yang tinggal di sekitar pantai, mereka menghalalkan memancing yang telah dilarang atas mereka di Hari Sabtu. Karena ini, maka mereka terpisah menjadi tiga golongan, segolongan tetap memancing dan menghalalkan apa yang Allah SWT haramkan atas mereka. Golongan kedua menahan diri dan mencegah mereka, tetapi tidak memisahkan diri dari mereka. Sedangkan golongan ketiga memisahkan diri dan keluar dari tengah-tengah mereka setelah melarang mereka.
Maka ketika turun siksa dari Allah SWT yang terkena golongan pertama dan kedua karena mereka rela tinggal bersama orang-orang yang bermaksiat meski tidak berbuat seperti perbuatan mereka, sedangkan golongan ketiga terselamatkan.
Inilah yang disebutkan dalam firman Allah SWT:
أنجينا الذين ينهون عن السوء وأخذنا الذين ظلموا بعذاب بئيس بما كانوا يفسقون (165
Artinya: “Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang dzalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.” (Qs. al-A’raaf ayat 165).
Dan Allah SWT merubah bentuk mereka menjadi kera-kera dan melaknat mereka seperti yang disebutkan dalam ayat lain:
أو نلعنهم كما لعنا أصحاب السبت
Artinya: “Atau Kami laknat mereka sebagaimana Kami telah melaknat orang-orang (yang berbuat maksiat) pada Hari Sabtu.” (Qs. an-Nisaa’ ayat: 47).
Jadi, menjauhi orang-orang yang bermaksiat perlu dilakukan kala mereka tidak menerima kebenaran. Ketahuilah, bukanlah merupakan sebuah kewajiban setiap orang mencari kemunkaran yang tersembunyi hingga ia mengingkarinya saat melihatnya.
Justru hal ini diharamkan sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT:
ولا تجسسوا ولا يغتب بعضكم بعضا
Artinya: “Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain”(Qs. al-Hujurat ayat 12).
Dalam hal ini. Baginda Nabi Muhammad saw bersabda:
من تتبع عورت أخيه تتبع الله عورته
Artinya: “Barangsiapa yang mencari-cari keburukan saudaranya, maka Allah akan mengikuti keburukannya.”
Sumber : Nasihat dan Wasiat Imam Haddad 1