Dalam kesempatan ini, Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra berkata: “Perkara yang amat engkau khawatirkan atas kalian adalah menuruti hawa nafsu dan angan-angan panjang, karena mengikuti hawa nafsu akan menghalangi dari kebenaran sedangkan angan-angan panjang akan membuat diri lupa akan akhirat.
Barangsiapa yang lupa akhirat, maka ia tidak akan berbuat untuknya sedangkan yang tidak berbuat untuknya ia akan datang di akhirat dalam keadaan tidak membawa amal shaleh yang mana tidak ada keselamatan di akhirat tanpanya.
Jika di saat itu ia meminta agar dikembalikan ke dunia untuk mengerjakan satu amal shaleh saja, niscaya ia akan dihalangi. Dengan demikian, maka ia akan sangat menyesal di saat penyesalannya tidak berguna lagi baginya.”
Dalam wasiat Rasulullah saw kepada Ibnu Umar ra disebutkan:
كن في الدنيا كانك غريب او عابر سبيل
Artinya: “Jadilah engkau di dunia ini seperti orang yang asing atau orang yang melewati jalan.”
Hadis ini berisi anjuran untuk memperpendek angan-angan dan sedikit berharap pada materi duniawi, Ibnu Umar berkata: ‘Jika engkau di pagi hari, maka janganlah engkau menunggu sore. Apabila di sore hari, maka janganlah menunggu sampai pagi. Ambillah dari hidupmu bekal untuk kematianmu dan dari masa sehatmu untuk masa sakitmu.”
Ketahuilah dalam berangan-angan manusia terbagi menjadi golongan:
Golongan pertama, adalah golongan terdepan yaitu para nabi dan shiddiqin mereka tidak memiliki angan-angan sama sekali, mereka selalu mewaspadai datangnya ajal, mereka bersiap-siap menghadapinya dengan senantiasa terjun dalam aktifitas ibadah kepada Allah SWT, tidak menyibukkan diri dalam urusan duniawi secara keseluruhan kecuali yang memang mereka butuhkan untuk diri mereka sendiri atau untuk orang-orang yang berada di bawah tanggungannya.
Mereka telah berada di puncak kesenangan dalam beribadah, kepada Allah SWT dan persiapan menuju akhirat sehingga bila ada yang berkata kepada salah seorang mereka: “Engkau besok akan mati.” Niscaya ia tidak dapat menambah ibadahnya lagi karena mereka telah berada di puncak teratas yang tiada lagi tingkatan di atasnya dan tidak menemukan sesuatupun untuk disisakan karena ia telah meninggalkan segala sesuatu yang tidak ia inginkan kala ajal menjemput ia dalam keadaan menggelutinya, yang kami sebutkan ini telah diisyaratkan dalam sabda Nabi saw:
والذي نفسى ما رفعت قدمي فظننت أني أضعها حتى أقبض ولا رفعت لقمة فظننت أني أسيغها حتى أغص بها من الموت
Artinya: ‘Demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya tidaklah aku mengangkat kakiku lalu aku menyangka bisa meletakkannya tiba-tiba dicabut nyawaku, dan tidaklah aku suapkan makanan lalu aku menyangka dapat menelannya tiba-tiba kerongkonganku tersumbat karena telah dijemput ajal.”
Bahkan terkadang Baginda Nabi Muhammad saw bertayamum, sedangkan air ada berada di dekat beliau. Kemudian beliau saw ditanya mengenai hal ini. Dengan bijaksana beliau saw menjawab: ‘Entahlah apa aku bisa mencapainya.”
Golongan kedua, adalah golongan orang-orang baik yang bersifat menengah dengan angan angan yang pendek yang tidak membuat mereka lalai akan Allah SWT dan mengingat-Nya, tidak membuat mereka melupakan akhirat, tidak menyibukkan mereka jari persiapan menghadapi kematian. tidak mendesak mereka untuk terlalu memakmurkan duniawi, ataupun tertipu dengan kemewahan kesenangannya yang akan lumur dalam waktu dekat, tetapi tidak diberi kekuaatan seperti yang diberikan pada golongan pertama yaitu selalu mewaspadai kematian setiap waktunya, andaikan mereka mengalaminya pastilah urusan kehidupan mereka yang wajib atas mereka akan berantakan, bahkan bisa mengakibatkan urusan akhirat mereka juga berantakan karena tekanan jiwa dan pikiran terhadap perkara yang dahsyat itu, karena senantiasa mewaspadai datangnya ajal merupakan perkara berat yang tidak dapat dipikul kecuali pangkat kenabian atau shiddiqiyyah
Oleh karena itu dikatakan “Sesungguhnya di antara angan-angan adalah rahmat maksudku harapan yang andaikan hal ini tidak ada pasti urusan agama dan dunia akan goncang. hal ini juga diisyaratkan dalam sebuah riwayat bahwa Allah ketika menciptakan anak cucu Adam dan punggungnya, para malaikat melihat betapa banyaknya jumlah mereka, mereka bertanya: “Wahai Tuhan kami, dunia tidak akan cukup menampung mereka! Allah SWT menjawab: sesungguhnya Aku jadikan kematian bagi mereka.” mereka berkata:
“Kalau begitu tidaklah nyaman kehidupan mereka.” Allah SWT berkata: “Aku menjadikan cita-cita dan semangat pada mereka.”
Diriwayatkan dari Nabi saw:
ان الملائكة يقولون لأهل الميت اذ انصرفوا عن قبره انصرفوا الى دنباكم انساكم الله موتاكم
Artinya: “Sesungguhnya para malaikat mengatakan pada keluarga mayit ketika mereka keluar meninggalkan pemakaman: ‘Pergilah kalian ke urusan duniawi kalian semoga Allah membuat kalian lupa akan kematian.”
Para malaikat as tidak mendoakan keburukan bagi orang beriman yang berarti angan-angan panjang yang tercela itu tetapi mereka mendoakan kebaikan yaitu angan-angan pendek yang tidak membuat mereka lalai akan urusan akhirat tetapi yang cukup untuk melakukan kepentingan kehidupan yang mereka butuhkan.
Sumber : Nasihat dan Wasiat Imam Haddad 1