Golongan ketiga, adalah orang-orang bodoh dan tertipu yang berangan-angan panjang hingga membuat mereka lalai akan akhirat dan tidak teringat kematian, mereka mencintai dunia sepenuh hati, berjuang untuk menghiasinya, mengumpulkan harta bendanya, tertipu oleh kemewahannya dan memandang pada kesenangannya, padahal Allah SWT sendiri telah melarang nabi-Nya mengalihkan pandangan kepadanya. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:
(ولا تمدن عينيك الى ما متعنا به ازواجا منهم زهرة الحيوة الدنيا لنفتنهم فيه ورزق ربك خير وابقى(131
Artinya: “Dan janganlah engkau tunjukkan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka. Dan karunia Tuhanmu adalah lebih baik dan lebih kekal” (Qs. Thaha ayat 131).
Engkau lihat seorang dari mereka hampir tidak pernah mengingat masalah akhirat ataupun memikirkannya apalagi mengingat kematian dan dekatnya ajal, kalaupun ingat itupun kadang-kadang dan tidak membekas di hatinya, kalau ia khawatir hal itu membekas di hatinya ia segera mengalihkan perhatiannya kepada hal lain yang dapat membuatnya melupakan kematian agar ia tidak terganggu dalam menggeluti urusan duniawi dan menikmati kemewahannya.
Angan-angan inilah yang tercela secara mutlak, dan pelakunya tergolong orang-orang merugi yang telah dibuat lalai oleh harta dan anak-anak mereka daripada mengingat Allah SWT, kelak saat ajal menjemput dan ia menyaksikan akhirat ia berkata:
رب لولا اخرتني الى اجل قريب
Artinya: ‘Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat.’ (Q&. al-Munafiquun ayat: 10).
Hal ini seperti yang Allah jelaskan dalam firman-Nya:
.ياايها الذين آمنوا لا تلهكم اموالكم ولا اولادكم عن ذكر الله ومن يفعل ذلك فأولئك هم الخسرون (9) وأنفقوا من ما رزقناكم من قبل ان يأتي أحدكم الموت فيقول ربي لولآ أخرتني الى أجل قريب فاصدق وأكن من الصالحين (10
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikanmu dan mengingat Allah SWT. Barangsiapa yang membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang diantara kalian.
Ialu ia berkata: ‘Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh?’ [Qs. al Munafiquun ayat: 9 – 11).
Kami telah mendengar riwayat bahwa malaikat maut akan menampakkan diri pada seseorang ketika ajalnya tinggal sedikit, malaikat memberitahukan kematiannya lalu orang itu berkata: -Wahai malaikat maut, tangguhkan sedikit lagi usiaku agar aku dapat bertaubat dan meminta ampun kepada Tuhanku.” Malaikat berkata: “Engkau telah lama sekali mendapat jatah tangguhan umur tetapi engkau enggan bertaubat dan kembali ke jalan Tuhanmu hingga saat ini. sekarang waktu telah habis dan sudah tiba ajal yang Allah SWT tetapkan bagimu, tiada jalan lain untuk menundanya.”
Sebagian ulama berkata: “Andaikan seseorang memiliki dunia seisinya dan dengannya ia bisa membeli umur meski sesaat agar ia bisa bertaubat kepada Allah SWT saat itu pasti akan ia lakukan.”
Melalaikan akhirat dan berpaling darinya secara keseluruhan juga mencintai dan menyibukkan diri menggeluti materi duniawi terkadang penyebabnya adalah angan-angan panjang seperti yang telah kami jelaskan, tetapi bisa jadi disebabkan keraguanya terhadap akhirat apakah akhirat itu nyata adanya hal ini merupakan bentuk kekafiran terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya.
Titik perbedaan antara orang yang melalaikan akhiratnya karena faktor angan-angan yang panjang atau ragu akan akhirat yaitu orang yang lalai karna faktor angan-angan panjang kalau ia sakit atau terkena suatu musibah dimana ia yakin ajal bakal menjemputnya kala itu ia banyak mengingat akhirat dan menyesali masa hidupnya yang tidak ia gunakan untuk persiapan akhirat, bahkan ia berharap bisa sembuh agar dapat beramal shaleh sedangkan orang yang lalai karena meragukan akhirat kala ia sakit tidak nampak padanya tanda-tanda yang telah kami sebutkan tadi tetapi yang nampak padanya adalah keputus asaannya karena ia berpisah dengan dunianya, mengkhawatirkan anak-anak dan hartanya akan sirna sepeninggalnya dan hal-hal lain yang menunjukkan betapa sempit pandangannya dan jiwanya telah terbelenggu oleh cinta duniawi.
Oleh karena itu, renungkanlah hal ini pada dirimu juga berilah perenungan pada orang lain yang akan engkau nasehati jika engkau mencium darinya gelagat keraguan akan akhirat karena meragukan akhirat lebih tercela dan lebih berbahaya daripada angan-angan yang panjang, meskipun angan-angan yang dapat melalaikan akhirat juga sama tercelanya.
Sumber : Nasihat dan Wasiat Imam Haddad 106