Termasuk perkara sunnah adalah menekuni Shalat Dhuha sedikitnya dua rakaat dan yang paling banyak adalah delapan rakaat, ada juga yang berpendapat jumlah terbanyak dua belas rakaat. Shalat Dhuha memiliki keutamaan yang besar sekali.
Waktunya yang paling baik adalah menunaikannya setelah berlalunya seperempat siang hari. Dalam hal ini. Baginda Nabi Shalalllahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda:
يصبح على كل سلامى من أحدكم صدقة ، وكل تسبيحة صدقة ، وكل تحميدة صدقة ، وكل تهليلة صدقة ، وكل تكبيرة صدقة، وامر بالمعروف صدقة، ونهي عن المنكر صدقة، ويجزئ من ذلك ركعتان من الضحى
Artinya: “Setiap anggota tubuh seorang dari kalian dapat bersedekah setiap harinya karena setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap bacaan tahmid adalah sedekah, setiap bacaan tahlil adalah sedekah, setiap bacaan takbir adalah sedekah, menyuruh pada kebaikan adalah sedekah, melarang kemunkaran adalah sedekah dan semuanya itu bisa diganti melalui dua rakaat yang dikerjakan pada waktu dhuha.”
Sabda beliau Shalalllahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam lagi:
من حافظ على شفعة الضحى غفرت له ذنوبه ولو كانت مثل زبد البحر
Artinya: “Barangsiapa yang menjaga dua rakaat dhuha, niscaya dosa-dosanya terampuni meskipun seperti buih-buih di lautan.”
Shalat dhuha juga disebut shalat Awwabin sama seperti shalat sunnah antara Maghrib dan Isya’, arti awwab adalah yang selalu kembali kepada Allah swt dikala lalai, karena kedua waktu ini yaitu waktu Dhuha dan antara Maghrib dan Isya’ adalah waktu kebanyakan orang sedang lalai.
Kalau yang pertama karena orang-orang sibuk mencari penghidupan dan urusan duniawi, sedangkan yang kedua orang-orang sibuk pulang ke rumah dan menyantap makanan. barangsiapa yang kembali kepada Allah swt dan sadar untuk beribadah di saat ini, niscaya ia mendapat kedudukan di sisi-Nya.
Sumber: Nasihat dan wasiat Imam Haddad Jilid 1