Diriwayatkan pula ada seseorang yang sukses mengumpulkan kekayaan yang cukup banyak, sehingga tidak ada satu jenis kekayaan yang tidak berhasil diperolehnya, la membangun sebuah istana yang memiliki dua pintu gerbang yang sangat kokoh. Ia membayar sepasukan pengawal yang kuat. Pada suatu hari ia mengundang seluruh sanak keluarganya, dan menjamumereka dengan berbagai jenis makanan yang lezat-lezat. Setelah itu ia duduk di atas sofa sambil mengangkat kaki, sementara sanak keluarganya asyik menikmati hidangan.yang disediakan. Setelah puas makan minum, ia berkata dalam batin, “Bersenang-senanglah selama bertahun-tahun, karena aku telah berhasil mengumpulkan semua yang kalian butuhkan.”
Tetapi, baru saja ia selesai berkata seperti itu, muncul malaikat maut yang menjelma sebagai seorang lelaki berpakaian compang-camping, layaknya seorang pengemis. Laki-laki itu menggedor-nggedor pintu gerbang, sehingga mengejutkan si kaya yang sedang berada di atas tempat tidurnya. Para pengawal melompat berusaha mencegat orang itu. “Kamu ada urusan apa kesini?” tanya mereka.
Sang malaikat menjawab, “Panggilkan tuanmu!” “Apakah kami harus memanggilnya untuk menemui orang gembel seperti kamu ini?” kata pengawal.”Ya!” jawab malaikat maut.
Mereka lalu bergegas menemui tuannya untuk melaporkan apa yang sedang terjadi. Si kaya itu berkata, “Bagus, kalian sudah bertindak tepat.”
Tidak lama kemudian pintu gerbang kembali digedor-gedor dengan lebih keras. Para pengawal segera melompat untuk menegor orang itu kembali. Dan tiba-tiba ia berkata, “Katakan kepada tuanmu bahwa aku ini malaikat maut.”
Mendengar ucapan itu seketika para pengawal ketakutan. Mendengar laporan pengawalnya, orang kaya tersebut langsung merendah, la berkata, “Bicaralah padanya dengan sopan. Tanyakan, apa ia ingin mengambil nyawa salah seorang yang ada di rumah ini?”
Tiba-tiba malaikat maut sudah masuk dan berdiri di depan mereka. Ia berkata kepada orang kaya itu, “Berbuatlah sesuka hatimu, karena aku tidak akan meninggalkan rumah ini sebelum aku mencabut nyawamu.”
Orang kaya itu pun lalu menyuruh para pengawal untuk membawa semua hartanya ke hadapannya. Setelah semua berada di depan matanya, ia berkata, “Semoga Allah mengutukmu, hai harta. Kamu telah memalingkan aku dari beribadah kepada Tuhanku dan menghalang-halangi aku dari taat kepada-Nya.”
Seketika Allah membuat harta bendanya itu dapat berbicara, “Kenapa kamu mencaci maki aku? Padahal karena aku lah kamu bisa dekat dengan para penguasa. Sementara orang-orang yang bertakwa kepada Allah justeru mereka usir. Karena aku lah kamu bisa menikah dengan wanita-wanita cantik, duduk bersama raja-raja, dan membelanjakan aku di jalan kejahatan. Dan aku selalu menurut. Kalau saja kamu mau membelanjakan aku di jalan kebaikan, niscaya aku akan memberikan manfaat kepadamu. Kamu dan semua manusia diciptakan dari tanah. Sebagian ada yang suka berbuat kebajikan, dan sebagian lagi ada yang suka berbuat dosa.” Malaikat maut pun segera mencabut nyawa orang kaya itu, dan robohlah ia ke tanah.
Wahab bin Munabbih menuturkan, “Pada suatu hari malaikat maut mencabut nyawa seorang penguasa tiran yang tidak ada tandingannya di muka bumi. Kemudian ia naik ke atas langit. Malaikat-malaikat yang lain bertanya kepadanya, ‘Di antara orang-orang yang pernah kamu cabut nyawanya,siapa yang paling kami kasihani?’ Malaikat maut menjawab, ‘Aku pernah disuruh mencabut nyawa seorang perempuan di padang pasir. Ketika aku datang, ia baru saja melahirkan seorang anak laki-laki. Aku merasa kasihan kepada perempuan itu karena ia hidup terpencil, dan juga kepada anaknya yang masih bayi. Pasti ia tidak ada yang merawatnya di tengah-tengah ganasnya padang pasir.’ Para malaikat berkata, ‘Penguasa lalim yang baru saja kamu cabut nyawanya tadi adalah anak kecil yang dulu pernah kamu kasihani.’ Mendengar itu ia berkata, ‘Mahasuci Allah yang memperlihatkan kebaikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya”.
Sumber : Dibalik Tabir Kematian – Imam Al Ghazali