Wahai manusia semua, barangsiapa menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah mati. Dan barangsiapa menyembah Allah, sesungguhnya Allah Mahahidup dan tidak akan mati. Allah telah menentukan urusan-Nya atas kalian, maka janganlah kalian mengeluh dan meninggalkannya. Sungguh Allah Yang Mahamulia lagi Mahaagung telah memilihkan untuk Nabi-Nya sesuatu yang ada di sisi-Nya yang jauh lebih baik daripada yang ada pada kalian. Allah telah menganugerahkan balasan pahala kepadanya. Dan Allah juga telah meninggalkan di tengah-tengah kalian Kitab-Nya serta sunnah Nabi-Nya. Barangsiapa yang menggunakan keduanya, ia akan tahu agama ini. Dan barangsiapa yang memisahkan keduanya, berarti ia telah ingkar.
ياايها الذين امنوا كونوا قوامين
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan….” (an-Nisaa’: 135)
Janganlah kalian membiarkan setan menyesatkan kalian dengan kematian Nabi kalian, dan janganlah ia sampai menfitnah kalian untuk meninggalkan agama kalian. Lawanlah ia dengan bergegas melakukan kebajikan, niscaya kamu akan dapat menundukkannya. Jangan sekali-kali memberinya kesempatan, supaya ia tidak menyusup dan menggoda kalian.’”
Menurut Abdullah bin Abbas, ketika Abu Bakar selesai menyampaikan pidatonya, ia berkata kepada Umar, “Wahai Umar, aku dengar engkau berkata bahwa Nabi Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam tidak wafat. Tidakkah engkau ingat bahwa beliau sering mengatakan pasti akan meninggalkan kita untuk selamanya. Dan Allah sendiri juga telah berfirman dalam Kitab-Nya,
انك ميت وانهم ميتون
“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).” (az-Zumar: 30»
Umar menjawab, ‘Demi Allah, sebelum ini aku seolah-olah tidak pernah mendengar ayat itu dalam Al-Qur’an, karena beratnya musibah yang menimpaku. Aku bersaksi bahwa Al-Qur’an itu seperti yang telah diturunkan, bahwa hadits itu seperti yang diriwayatkan, dan bahwa Allah itu Mahahidup dan tidak akan pernah mati. Sesungguhnya kita semua adalah kepunyaan Allah, dan kita pasti akan kembali kepada-Nya. Semoga rahmat Allah selalu tercurah kepada Rasul-Nya Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam’ Selesai berkata begitu, Umar lalu duduk di samping Abu Bakar.”
Aisyah r.a. menuturkan, “Ketika orang banyak berkumpul untuk memandikan beliau, mereka berkata, ‘Demi Allah, kami tidak tahu bagaimana cara memandikan jenazah Rasulullah. Apakah kami lepaskan pakaiannya seperti yang selama ini kami lakukan terhadap orang-orang yang mati di antara kami, atau kami memandikannya tetap dalam keadaan berpakaian?’ Tiba-tiba Allah mengirimkan rasa kantuk kepada mereka, sehingga masing-masing mereka meletakkan dagu pada dadanya sambil tertidur Kemudian ada seseorang dan kami tidak tahu siapa yang berkata, ‘Mandikan Rasulullah dalam keadaan berpakaian.’ Begitu terbangun dari tidur, mereka lakukan seperti yang diperintahkan oleh suara tersebut. Demikianlah beliau dimandikan dengan baju panjangnya. Setelah selesai memandikan beliau, mereka membungkus jasad beliau dengan kain kafan.”
Ali bin Abi Thalib r.a. menerangkan, “Kami ingin melepas baju beliau. Tetapi mendadak terdengar seruan, ‘Jangan kalian tanggalkan pakaian Rasulullah.’ Kami turuti seruan itu, dan memandikan beliau dalam keadaan memakai baju, lalu membaringkan beliau dalam posisi telentang sebagaimana kami memandikan orang-orang yang mati di antara kami. Dan setiap kali kami hendak membasuh satu anggota badan yang belum terbasuh oleh air, anggota badan itu kami balikkan untuk kami basuh hingga semuanya selesai. Tiba-tiba terdengar suara seperti desir angin yang berhembus ke arah kami. Suara itu mengatakan, ‘Perlakukan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam dengan lembut, dan untuk itu kalian akan diberi pahala.'”
Begitulah detik-detik kematian Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Aalihi Wa Shahbihi Wa Salam Beliau tidak meninggalkan apapun selain yang dikubur bersamanya. Kata Abu Ja’far, “Dasar kubur beliau dilapisi tikar, dan pakaian yang biasa beliau kenakan. Mayat beliau dibaringkan di atasnya dalam bungkusan kain kafan. Beliau tidak meninggalkan warisan harta. Selama hidup beliau tidak pernah meletakkan sepotong batu bata atau seutas jerami di atas batu bata. Pada kematian beliau terdapat banyak sekali pelajaran, dan dalam pribadinya penuh suri teladan terbaik bagi kaum muslimin.
Sumber : Dibalik Tabir Kematian – Al Imam Al Ghazali