Hadits 114
Ahmad bin Mani’ mengungkapkan kepada kami dari Ismail bin Ibrahim, dari Ayyub, dari Humaid bin Hilal, dari Abu Burdah, ia bertutur,
“Aisyah ra. memperlihatkan kepada kami pakaian yang kumal dan sarung yang kasar. Ia lalu berkata, ‘Rasulullah dicabut nyawanya saat mengenakan kedua pakaian ini.'” (HR. at-Tirmidzi, Bukhari dan Muslim)
Hadits 115
Mahmud bin Ghailan mengutarakan kepada kami dari Abu Daud, dari Syu’bah, dari al-Asy’ats bin Sulaim, dari bibinya, dari pamannya, ia berkata,
“Sewaktu aku sedang berjalan di kota Madinah, tiba-tiba di belakangku muncul seseorang. Ia berkata (kepadaku), ‘Angkatlah sarungmu, karena hal itu lebih mendekatkanmu kepada ketakwaan, dan menjadikan sarungmu lebih awet.’ Ternyata beliau adalah Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Lalu aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya sarungku ini hanyalah sebuah burdah (pakaian khas Arab) yang warnanya campuran antara putih dan hitam.’ Beliau bersabda, ‘Bukankah pada diriku terdapat suri teladan yang baik bagimu?’ Lantas aku melihat, ternyata sarung beliau (tingginya) mencapai setengah kedua betisnya.” (HR. at-Tirmidzi dan an-Nasa’i)
Hadits 116
Suwaid bin Nashr menuturkan kepada kami dari Abdullah bin al-Mubarak, dari Musa bin Ubaidah, dari Iyas bin Salamah bin al-Akwa’, dari ayahnya, ia berkata,
“Dahulu Usman bin Affan ra. mengenakan sarung yang tingginya mencapai setengah betis. Kemudian ia berkata, ‘Demikianlah cara sahabatku bersarung, yaitu Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam'” (HR. at-Tirmidzi)
Hadits 117
Qutaibah bin Said menceritakan kepada kami dari Abu al-Ahwash, dari Abu Ishaq, dari Muslim bin Nadzir, dari Hudzaifah bin al-Yaman, ia berkata,
“Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam pemah memegang otot betis kakiku -atau betis kakinya (keraguan dari perawi). Beliau lalu bersabda, ‘Inilah batas tempat sarung, jika engkau tidak suka, maka turunkanlah (sedikit) lagi. Jika engkau tidak suka juga, maka tidak ada lagi hak bagi sarung untuk menutup kedua mata kaki.'” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Sumber : As-Syamaa’il al-Muhammadiyah – Imam At-Thirmidzi