Sebagai seorang yang selalu mengikuti jejak Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa alihi wa shahbihi wa sallam, maka al-Habib Abdullah tidak lupa mengikuti kewaraan beliau Shallallahu ‘alaihi wa alihi wa shahbihi wa sallam sehingga ia selalu berhati-hati dan sangat teliti dalam segala bidangnya. Meskipun tidak punya harta, tetapi ia menjaga sumber hidupnya dari segala yang subhat, apalagi yang haram, karena ia tidak ingin mengotori perutnya dengan sumber yang haram.
Diriwayatkan bahwa al-Habib Abdullah biasa diberi sejumlah kurma dari kawan-kawan dekatnya untuk dibagikan kaum fakir miskin dan para tamunya. Kebiasaan itu berlaku setiap tahun. Pada suatu tahun, ketika Pemerintah Yaman menarik pajak yang sangat tinggi dari para pemilik kebun kurma, maka mereka merasa dirugikan dan mereka tidak dapat mengirimi buah kurma kepada al-Habib Abdullah seperti yang mereka lakukan setiap tahunnya. Pada waktu itu, mereka mendatangi al-Habib Abdullah dan menceritakan pengalaman pahit mereka dari Penguasa Yaman. Mereka minta bantuan al-Habib Abdullah agar Penguasa Yaman memberi keringanan pajaknya bagi mereka.
Dengan izin Allah swt, maka al-Habib Abdullah berhasil menyadarkan Penguasa Yaman, sehingga ia membatalkan pemungutan pajak dari para pemilik kebun kurma di masa itu. Maka sebagai rasa syukurnya, mereka memberi sejumlah buah kurma kepada al-Habib Abdullah, tetapi ia tidak mau menerimanya sedikitpun, karena jasa baiknya tidak ingin diberi balasan apapun. Itulah salah satu contoh dari kewara’an al-Habib Abdullah.
Diriwayatkan bahwa jika al-Habib Abdullah al-Haddad menyuruh seorang pegawai, maka ia memberinya imbalan jasanya berlipat ganda, lebih dari upah yang disepakati. Dalam hal ini beliau berkata: ‘Kami mempekerjakan pegawai itu karena Allah swt semata dan kami memberinya upah yang berlipat ganda hanya karena Allah swt semata.”
Siapapun yang membaca berbagai karya tulisnya, baik yang berupa prosa maupun puisi, pasti akan mengetahui bahwa al-Habib Abdullah selalu berhati-hati dalam bertindak dan bertutur kata. Karena itu ia tidak pernah melakukan atau berkata sesuatu, kecuali setelah diperhatikan baik buruknya matang-matang.
Mengenal Lebih dekat Alhabib Abdullah bin Alwi Alhaddad – H. Yunus Ali al-Muhdhor