al-Habib Idrus Ba’agil berkata: “Pada suatu hari aku bertanya kepada al-Habib Abdullah al-Haddad: “Mengapa di dalam wirid-wiridmu tidak terdapat Asma’ul Husna kecuali hanya sedikit, tidak seperti yang terdapat dalam wirid-wiridnya asy-Syeikh Abdul Qadir al-Jaelani?’ Lalu al-Habib Abdullah menjawabnya: ‘Kami sengaja tidak menampakkan Asma’ul Husna kecuali hanya sedikit, tetapi yang kami sembunyikan daripadanya lebih banyak.’
Diantara wirid al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad setiap harinya adalah kalimat Laa ilaaha illallah sebanyak seribu kali. Tetapi di Bulan Ramadhan dibaca sebanyak dua ribu kali setiap harinya. Ia menyempurnakannya sebanyak tujuh puluh ribu kali pada waktu enam hari di Bulan Syawal. Selain itu, ia mengucapkan laa ilaaha illallah al-Malikul haqqul mubiin sebanyak seratus kali sehabis Shalat Dzuhur. al-Habib Abdullah berkata:
كنّا نصلّى صلاة الاوّابين عشرين ركعة
Artinya: “Kami biasa melakukan shalat al-Awwabin sebanyak dua puluh rakaat “
al-Habib Abdullah sering berpuasa sunnah, khususnya pada hari-hari yang dianjurkan, seperti Hari Senin dan Hari Kamis, hari-hari putih (Ayyamul Bidh), Hari Asyura, Hari Arafah, enam hari di bulan syawal dan lain sebagainya sampai di masa tuanya. Ia selalu menyembunyikan berbagai macam ibadah dan mujahadahnya, ia tidak ingin memperlihatkannya kepada orang lain. kecuali untuk memberikan contoh kepada orang lain. Dalam hal ini al-Habib Abdullah berkata:
انّا لا نظهر شيئا من اعمالنا بالقصد، وإن كنّا بحمد الله لا نخشى الرياء لكن كما قال الصديق وماأبرّئ نفسي إنّ النّفس لأمّارة باالسّوء إلاّ ما رحم ربّى غفور رحيم
Artinya: “Kami sengaja tidak mau menonjolkan amal-amal kami, meskipun kami alhamdulillah tidak takut riya’, tetapi seperti yang diucapkan oleh ash-Shiddiq (Nabi Allah Yusuf as): ‘Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.”