Misi pembangunan ini bisa dikerucutkan menjadi tiga dimensi yang saling berkaitan, yaitu:
- Dimensi aqidah. Yaitu hal-hal yang menjadi keyakinan manusia, dibawa oleh pikiran dan benak akan keberadaannya. Juga, eksistensi lain di sekitar hal tersebut dan urgensitasnya, serta hal-hal lain yang terkait dengannya. Ini merupakan landasan yang menjadi titik tolak manusia dalam kehidupan mereka.
- Dimensi orientasi atau kecenderungan. Yaitu, gerakan manusia dalam hidup yang dipengaruhi oleh keyakinan dan gambaran pikirannya. Dimensi ini menyangkut perilaku, sikap dan gerakannya secara lahir-batin.
- Dimensi pengaruh. Yaitu, apa yang ia lakukan terhadap orang lain dan segenap jejaknya yang berpengaruh pada mereka dan kondisi masyarakat.
Dalam sesi ini dan sesi-sesi yang akan datang kami akan menyampaikan apa yang bisa kami jelaskan seputar tiga dimensi yang saling berkaitan ini. Dimensi kedua seringkah menjadi buah bagi yang ketiga; dan yang ketiga seringkali menjadi buah bagi yang pertama.
Pada sesi pertama ini, kami akan membicarakan tentang dimensi yang pertama, yaitu dimensi aqidah atau keyakinan. Mengenai hal ini, kita memiliki kaitan dengan sesama kaum Muslimin dan juga dengan umat-umat yang lain. Di samping kewajiban untuk mengajak umat non Muslim agar memiliki keyakinan yang benar, kita juga memiliki landasan dalam menyikapi aqidah mereka, demi mencegah terjadinya kejahatan terhadap sesama manusia. Kita bisa bersepakat untuk suatu hal yang berguna dalam menjaga perintah agama.
Fitrah yang telah kita bicarakan dan akal budi yang telah diberikan kepada manusia senantiasa menolak kezaliman dan kejahatan terhadap sesama manusia. Semuanya menerima bahwa masing-masing harus mematuhi batas-batas hubungan antara kita dan umat non Muslim dari ikatan mereka. Dan, sebagian aturan dapat memperbaiki urusan kehidupan yang terjadi di antara kita dan mereka, sesuai dengan landasannya.
Mengenai hal tersebut terdapat Hadits Rasulullah:
حضرت حلفا فى الجاهلية لو دعيت الى مثله فى الاسلام لاحببت
Pada masa jahiliyah, aku pernah menghadiri sebuah persekutuan, seandainya saat masa Islam ini aku diajak untuk mengikutinya, aku pasti berkenan mengikuti. (HR Ibnu Hibban).
Sebab, persekutuan tersebut berdiri di atas landasan untuk membela orang-orang yang dizalimi, dan mengembalikan hak yang dirampas oleh si zalim. Dengan landasan inilah, beliau membangun kesepakatan dengan umat Yahudi di Madinah, juga perdamaian Hudaibiyah dengan kaum musyrikin di Makkah.
Jika tidak, maka landasan dasar manusia dalam hidup ini adalah mengurai misteri kehidupan sesuai keyakinan dan pikirannya. Yaitu, dari mana kita berasal? Kenapa? Dan, ke mana kita menuju?
Inilah uraian mengenai misteri kehidupan manusia. Orang yang belum mengerti hal ini, senantiasa ada cacat dalam berkeyakinan dan melangkah dalam gerakan hidup. Alhamdulillah, orang Islam, ahli la ilaha illallah, merupakan orang-orang yang telah melewati fase kebingungan ini. Mereka telah memahami hakikat kehidupan.
Sumber: Ceramah Habib Umar bin Hafidz dalam Kongres Ulama ke-7 di Lirboyo