Ada orang lain, namanya Suwaid Aslam. Dia bercerita, bahwa hal yang menyebabkan hatinya sadar dan istikamah menghadap kepada Allah SWT, adalah karena membaca kitab ar-Risalah al-jami’ah karya Habib Ahmad bin Zain al-Habsyi.
Mereka tidak pemah bertemu dengan imam tersebut, dan sang imam juga tidak pernah meletakkan tangan ke dada mereka. Namun, ada pengaruh sirriyah dalam kitab tersebut. Pengarangnya berada di negeri yang jauh, dan sudah wafat 280 tahun yang lalu. Kebanyakan ulama di Hadramaut mengajarkan kitab ini untuk para pelajar pemula, sebelum mengajarkan Safinatun Najah. Mereka mengharapkan doa dari pengarang. Beliau berdoa di dalam kitab itu:
من عرفها وعمل بها نرجو له ان يكون من اهل العلم ظاهرا وباطنا
Orang yang mengetahui dan mengamalkan isi kitab ini, semoga dia termasuk ahli ilmu, lahir dan batin.
Allah SWT berfirman:
حريص عليكم
… sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian… (QS at-Taubah [9]: 128)
Setelah itu Allah SWT menyebutkan belas kasih Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam yang dikhususkan untuk orang mukmin. Jadi, di samping keberadaan beliau sebagai rahmat bagi alam semesta secara umum, beliau secara khusus adalah rahmat bagi orang-orang mukmin. Allah SWT berfirman:
با المؤمنين رؤوف رحيم
… amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS at-Taubah [9]: 128)
Dan dalam ayat lain Allah SWT berfirman kepada Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam:
فبما رحمة من الله لنت لهم
Maka disebabkan rahmat dari Allah SWT engkau bedaku lemah-lembut terhadap mereka. (QS Ali Imran [3]: 159)
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda:
إن الله يعطىي على الرفق ما لا يعطي على العنف
Melalui kelembutan, Allah SWT memberikan sesuatu yang tidak di berikan-Nya melalui kekerasan.
إن الله يحب الرفق فى الامر كله
Sesungguhnya Allah SWT menyukai kelembutan dalam semua hal.
Jika Allah SWT menghendaki baik terhadap sebuah keluarga atau kelompok, maka Allah SWT memasukkan kelembutan ke dalam diri mereka.
Sumber: Ceramah Habib Umar bin Hafidz dalam Kongres Ulama ke-7 di Lirboyo