Wahai saudaraku, apabila engkau membaca al-Qur’an, maka renungkanlah, pikirkan dan fahamilah isinya dengan seksama. Apabila sampai pada ayat tentang perintah Allah swt atau larangan-Nya atau janji atau bahkan ancamannya, maka berhentilah sejenak dan periksalah dirimu ( intropeksi diri ).
Jikalau memang nyatanya engkau mematuhi perintah itu, menjauhi larangan itu, mempercayai dan meyakini janji dan ancaman itu, maka bersyukurlah kepada Allah swt. Ketahuilah, bahwa engkau mendapatkan hal itu semua berkat taufik dan pertolongan-Nya. Serta tambahkan semangatmu dan janganlah menyepelekan ataupun menguranginya.
Tetapi apabila nyatanya engkau tidak mematuhi perintah itu, tidak menjauhi larangan, dan tidak terlalu meyakini janji dan ancaman-Nya, maka mintalah ampun dan bertaubatlah kepada-Nya dari dosa-dosamu, kemudian kuatkanlah tekadmu untuk mematuhi perintah dan menjauhi larangan-Nya serta tancapkanlah dalam hatimu keyakinan yang bulat terhadap janjii dan ancaman-Nya.
Begitu juga ketika engkau membaca ayat-ayat tentang keesaan Allah swt dan kesucian-Nya dan ayat-ayat yang menyebutkan sifat-sifat-Nya yang Maha Tinggi dan nama-nama-Nya yang indah, berhentilah disana dan renungkanlah makna-makna kebesaran-Nya, dan kesempurnaan-Nya yang Maha Tinggi, hendaknya saat itu hatimu penuh dengan pengesaan, penyucian dan pengagungan-Nya.
Apabila engkau mebaca ayat-ayat yang menyebutkan sifat-sifat orang-orang beriman dan para hamba Allah swt yang shaleh juga yang berisi penjelasan tentang budi pekerti mereka yang terpuji, maka amatilah dan renungilah ayat-ayat ini, kemudian tuntutlah dirimu untuk meniru sifat-sifat ini.
Apabila engkau membaca ayat-ayat yang menerangkan sifat-sifat buruk dari musuh-musuh Allah swt dari kalangan kafir dan munafik, maka renungkanlah dan periksalah apa dirimu meniru salah satu sifat itu. Jikalau memang benar kenyataannya, maka bertaubatlah pada Allah swt dan bersihkan diriimu dari sifat-sifat itu agar Allah swt tidak menurunkan murka dan hukuman-Nya kepadamu seperti yang Allah swt turunkan kepada mereka.
Beginilah seterusnya cara merenungkan ayat-ayat Allah swt. Oleh karenanya renungkanlah masing-masing ayat-ayat sesuai dengan keadaannya. Karena ayat al-Qur’an banyak sekali dan beraneka ragam, di dalamnya terdapat ilmu-ilmu yang luas dan banyak tanpa ada batas. Dalam hal ini, Allah swt berfirman:
مّا فرّطنا فى الكتب من شىء
Artinya: “ Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam al-Kitab.” ( Qs. al-An’aam ayat: 38 ).
Dalam ayat-Nya yang lain, Allah swt berfirman:
ونزّ لنا عليك الكتب تبينا لكل شىء
Artinya: “Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab ( al-Qur’an ) untuk menjelaskan segala sesuatu.”
( Qs. an-Nahl ayat: 89 ).
Disebutkan dalam hadis:
إنّ لكلّ آية ظهرا وبطنا، وحدا ومطلعا
Artinya: “Sesungguhnya setiap ayat mengandung makna dzahir dan batin, penjelasan global dan terperinci.”
Untuk memperoleh tadabbur dan pemahaman yang baik mengenai makna-makna al-Qur’an, maka gunakanlah cara membaca tartil yang baik. Membaca dengan pelan dan tidak tergesa-gesa, sehingga membuat kurang jelas dan tidak teratur. Bahkan ada riwayat yang melarang cara membaca dengan tergesa-gesa dan tidak teratur. Dalam hal ini Allah swt berfirman:
ورتّل القرءان ترتلا ٤
Artinya: “Dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” ( Qs. al-Muzammil ayat: 4 ).
Ummu Salamah ra dan para sahabat lainnya ra meriwayatkan cara pembacaan al-Qur’an yang dilakukan Rasulullah ﷺ. Mereka mensifatkan, bahwa bacaan beliau ﷺ dengan tartil yang baik, sehingga jelaslah hurufnya satu persatu. Mengenai hal ini Nabi ﷺ bersabda:
يقال لقارىء القرآن اقرأ وارق ورتّل كما كنت ترتّل في الدّ نيا فإنّ منزلتك عند آخر لآية تقرؤها
Artinya: “Dikatakan kepada pembaca al-Qur’an: ‘Bacalah al-Qur’an dengan baik, sebagaimana engkau membacanya dengan baik semasa di dunia. Sesungguhnya kedudukanmu ditentukan pada ayat terakhir yang engaku baca.”
Seorang ulama ra berkata: “Jumlah tingkatan disurga sesuai jumlah ayat-ayat al-Qur’an. Jadi orang yang membaca al-Qur’an secara keseluruhan, maka kelak kedudukannya berada di tingkatan surga yang paling tinggi.” Demikianlah maksudnya.
Menurutku, hal ini diperuntukkan bagi pembaca yang baik bacaanya, mengamalkan isi ayat yang ia baca dan bukannya pembaca yang mencampur adukkan bacaan dan melalaikan isinya. Hal ini telah diterangkan oleh beberapa hadis shahih yang meriwayatkan tentang hukuman bagi pembaca yang tidak mengamalkan al-Qur’an, meskipun secara dzahirnya ia telah membacanya dengan benar.
Dalam sebuah riwayat dikemukakan, bahwasannya jumlah ayat-ayat dalam al-Qur’an lebih dari enam ribu ayat. Berarti jumlah tingkatan di surga sesuai dengan jumlah itu. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh pendapat ulama di atas.
Sumber: Nasihat dan wasiat Imam Haddad Jilid 1