Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam mensifatkan segolongan orang membaca al-Qur’an sebagaimana diturunkan tetapi bacaannya tidak sampai melewati kerongkongan mereka, bahkan mereka keluar dari Islam seperti terlepasnya anak panah dari busurnya. Dalam hadis dijelaskan:
إن مثل المنافق الذي يقرأ القرآن كمثل الريحان ريحه طيب وطعمه مر
Artinya: “Sesungguhnya perumpamaan orang munafik yang membaca al-Quran seperti pohon kenuingi baunya harum tetapi rasanya pahit.”
Dari keterangan hadis ini, maka janganlah kalian heran akan adanya seseorang yang mengerti ilmu dzahir, sedangkan ia tergolong sebagai orang munafik yang durjana. Tanda-tandanya adalah, ia tidak dapat mengambil manfaat dari ilmunya, apalagi memberi manfaat bagi orang lain. Bahkan justru malah membahayakan dirinya dan orang lain.
Jadi, orang alim yang mengamalkan ilmunya dan mengajarkan kepada orang lain akan mendapat keutamaan yang baik dan tergolong dalam daftar pewaris para nabi. Sedangkan orang ‘alim yang tidak mengamalkan ilmunya, ia tidak mengajarkan kebaikan dan ilmu kepada orang lain, maka keadaannya sangatlah berbahaya.
Namun ia masih lebih baik daripada orang ‘alim yang busuk, aitu orang ‘alim yang tidak mengamalkan ataupun mengajar baikan, malah ia mengajak orang lain ke jalan yang tidak benar dengan memberi peluang-peluang termudah dalam mengambil keputusan hukum.
Jadi, bedakanlah diantara kedua jenis ulama itu. Ikutilah yang terbaik, contohlah sifatnya dan tempulah jalannya, niscaya engkau menjadi orang yang mendapat petunjuk. Hanya Allah SWT yang memberi petunjuk kepada siapa saja yang Allah SWT hendaki ke jalan yang lurus.
Ketahuilali bahwa orang ‘alim yang mengamalkan ilmunya tergolong dalam pandangan Allah SWT dan Rasul-Nya sebagai ulama agama dan ulama akhirat. Mereka memiliki tanda-tanda yang membedakan antara dirinya dengan orang ‘alim yang mencampur adukkan urusan agama dan yang tergolong dalam pandangan Allah SWT dan Rasul-Nya sebagai ulama yang pandai bersilat lidah, mengikuti hawa nafsu, lebih mementingkan hal-hal yang bersilat dunia daripada akhirat.
Diantara tanda-tanda ulama akhirat adalah, seorang yang khusyu,’ rendah hati, takut kepada Allah SWT, tidak cinta dunia, merasa puas dengan rezeki yang sedikit, menginfakkan rezeki yang lebih, menasehati para hamba Allah SWT, sayang kepada mereka, menyeru kepada kebaikan, melarang kemunkaran, cepat dalam urusan kebaikan, rajin beribadah.
Serta menunjukkan ke jalan yang baik dan hidayat, senantiasa berdiam diri, tenang, penyantun, berbudi pekerti mulia, lapang dada, lemah lembut, rendah diri terhadap kaum mukminin, tidak sombong maupun angkuh, tidak tamak atas harta orang lain, tidak berambisi terhadap materi duniawi, tidak melebihkannya atas urusan akhirat, tidak suka menumpuk harta dan tidak menahan hak orang lain.
Serta tidak kasar, tidak kejam, tidak suka bermusuhan, tidak suka berdebat, tidak berbudi pekerti buruk, tidak sempit dada, tidak suka memutar balikkan fakta atau membelit atau menipu, tidak mendahulukan orang kaya daripada orang miskin, tidak sering mendatangi penguasa
Serta tidak mendiamkan perbuatan munkar yang bisa mereka cegah, tidak mencintai ketenaran, harta dan kekuasaan justru ia membenci hal itu semua bahkan tidak ingin terjun ke dalamnya kecuali apabila perlu dan darurat saja.
Jadi, ringkasnya mereka memiliki budi pekerti dan amal shaleh seperti yang dianjurkan dan diperintahkan oleh teori keilmuan juga menjauhi sifat-sifat dan perbuatan tercela yang dilarang oleh ilmu.
Sifat-sifat yang kami sebutkan mengenai sifat ulama akhirat hendaknya dimiliki oleh setiap mukmin terlebih lagi orang-orang yang berilmu. Bahkan bagi mereka, hal ini lebih adalah merupakan hal yang wajib dan lebih pantas. Karena mereka selaku suri tauladan dan pemimpin yang diikuti.
Apabila mereka sesat dan lebih mementingkan hal-hal yang bersifat dunia daripada urusan akhirat, maka ia memikul dosanya dan dosa orang-orang yang mengikutinya. Namun apabila ia tetap bertakwa dan berada di jalan yang lurus, maka mereka akan mendapat pahalanya dan pahala orang-orang yang mengikutinya.
Sumber : Nasihat dan Wasiat Imam Haddad Jilid 1