Berkata Al Habib Abdullah bin Alawi Al Haddad dalam kitab Nasoih Ad Diniyyah prihal menyambung tali silaturrahmi keluarga:
Berbakti kepada kaum kerabat
Mengenai kaum kerabat Allah SWT telah berfirman menganjurkan agar kita berbakti kepada mereka serta mengambil berat terhadap urusan mereka.
Allah Ta’ala:
وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ (26) (الإسراء : 26
“Berikanlah kepada kaum kerabat hak masing-masing.” (Al-Isra’: 26)
Allah Ta’ala telah berfirman lagi memuji kaum yang dipilih dan diridhaiNya dengan FirmanNya:
وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ (الرعد : 21
“Dan orang-orang yang memperhubungkan apa yang diperintah Allah untuk diperhubungkan, dan mereka takut kepada Tuhan mereka serta takut perhitungan yang buruk.” (Ar-Ra’ad: 21)
Di antara perkara yang diperintah Allah untuk diperhubungkan ialah kaum kerabat. Mengenai melengahkan perhubungan kaum kerabat serta ancaman terhadap pengabaiannya, Allah telah berfirman pula:
وَالَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ (الرعد: 25
“Dan orang-orang yang melanggar janji Tuhan sesudah teguh, dan mereka memutuskan apa yang diperintah Allah untuk diperhubungkan, lalu mereka berbuat bencana di muka bumi, mereka itulah orang-orang yang menerima kutukan dan disediakan bagi mereka tempat tinggal yang celaka.” (Ar-Ra’ad: 25)
FirmanNya lagi:
فهل عسيتم إن توليتم أن تفسدوا فى الأرض وتقطعوا أرحامكم (22) أولئك الذين لعنهم الله فأصمهم وأعمى أبصرهم (23)(محمد : 22-23
”Adakah kemungkinan, jika kamu berkuasa bahwa kamu akan membuat bencana di atas muka bumi dan kamu akan memutuskan pertalian kekeluargaan kamu? Mereka itulah orang-orang yang menerima kutukan Allah, maka ditulikan pendengaran mereka dan dibutakanNya pemandangan mereka itu.” (Muhammad: 22-23)
Jelaslah kini orang yang memutuskan pertalian kaum kerabat itu dikutuki Allah, menurut nash di dalam AI-Quran. Berkata Saiyidina Ali bin AI-Husain r.a. ketika menyampaikan wasiatnya kepada setengah-setengah anaknya : “Awas kamu dari bersahabat dengan orang-orang yang memutuskan pertalian kaum kerabat, kerana aku mendapati mereka dikutuki Allah pada’ tiga tempat di dalam AI-Quran AI-Karim.”
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pula:
من كان يؤمن بالله، واليوم ألآخر، فليصل رحمه، ومن كان يؤمن بالله، واليوم الآخر، قليكرم ضيفه، ومن كان يؤمن بالله، واليوم الآخر، فليقل خيرا أو ليصمت.
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, hendaklah perhubung kaum kerabatnya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, hendaklah menghormati tetamunya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, hendaklah berkata yang baik atau berdiam diri saja.”
Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam lagi:
من سره أن يمد له في عمره، ويوسع له في رزقه، ويدفع عنه ميتة السوء، قليتق الله وليصل رحمه
“Barangsiapa suka usianya dilanjutkan, rezekinya diluaskan, dan dilindungi dari mati dalam keadaan tidak baik, maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dan memperhubungkan tali kaum kerabatnya.”
Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam sebuah Hadis Qudsi:
قال الله عز وجل : أنا الله، وأنا الرحمن، خلقت الرحم وشققت لها اسما من اسمي، فمن وصلها وصلته ومن قطعها قطعته
Berfirman Allah azzawajalla: “Akulah Tuhan. Aku Maha Mengasihani! Aku ciptakan ‘rahim’ (kerabat) dan ambil perkataan itu dari namaKu. Maka barangsiapa yang memperhubungkan kerabatnya, niscaya Aku suka berhubung dengannya. Barangsiapa yang memutuskannya, niscaya Aku putus dengannya.”
Sabda Rasulullah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam lagi:
لايدخل الجنة قاطع
“Tidak akan masuk syorga orang yang memutus kerabatnya.”
Sabdanya lagi:
إن الرحمة لاتنزل على قوم فيهم قاطع رحم
“Sesungguhnya rahmat itu tidak akan turun ke atas sesuatu kaum yang ada di antaranya orang yang memutuskan tali kerabat. ”
Jika rahmat tidak turun ke atas sesuatu kaum yang di antaranya ada orang yang memutuskan tali kerabat, maka apakah lagi kalau dia sendiri yang memutuskan tali kerabat itu. Betapa beratnya murka Allah Ta’ala ke atasnya, dan putusnya perhubungan Allah Ta’ala kepadanya dari segala kebaikan.
Oleh itu, hendaklah kamu sekalian perhubungkan tali kerabatmu, dan sekali-kali jangan memutuskannya, kerana yang demikian itu adalah berdosa besar, dan balasan terhadap dosa ini tiba dengan segera, di samping balasan-balasan lain yang disediakan oleh Allah Ta’ala baginya kelak di Hari Akhirat dari pada siksa yang berat dan azab yang pedih.
Demikian pula dengan balasan berbakti dan berbuat baik terhadap kerabat, maka balasannya akan disegerakan Allah di dunia di samping pahala yang besar dan tempat tinggal yang mulia yang disediakanNya di akhirat kelak.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda:
أسرع الخير ثوابا البر وصلة الرحم، وأسرع الشر عقابا البغي وقطيعة الرحم
“Kebajikan yang cepat menghasilkan pahala ialah membuat bakti dan memperhubung tali kerabat. Kejahatan yang cepat menghasilkan balasan ialah kezaliman dan memutus tali kerabat.”
Sabdanya lagi:
ما من ذنب أجدر أن يعجل الله لصاحبه العقوبة في الدنيا مع ما يدخر له في الآخرة من البغي وقطيعة الرحم
“Tiada suatu dosa yang patut Allah menyegerakan balasan terhadap pelakunya di dunia, di samping menyediakan balasan lain di akhirat, ialah kezaliman dan memutuskan tali kerabat.”
Aku berpendapat bahwa pahala dan balasan kebajikan dan perhubungan tali kerabat adalah berlaku di dunia dan di akhirat, demikian pula balasan terhadap penderhakaan kepada kedua ibu bapa dan memutuskan tali kerabat. Kita semua minta perlindungan Tuhan dari padanya.
Seyogyalah hendaknya atas setiap orang memperhubung tali kerabatnya, meskipun mereka sendiri telah memutuskannya. Hendaklah ia sentiasa membuat baik terhadapnya meskipun mereka membalas jahat.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam:
ليس الواصل بالمكافى ء، ولكن الواصل هو الذي إذا قطعت رحمه وصلها
“Yang memperhubung tali kerabat itu bukanlah orang yang membalasnya, tetapi yang memperhubung itu ialah orang yang memperhubung tali kerabat yang memutuskannya. “
Seterusnya, hendaklah ia bersabar atas semua penganiayaan mereka, dan membalas mereka dengan baik. Jangan balas yang jahat dengan jahat, malah hendaklah ia senantiasa bersedia memaafkan dan melupakan kekhilafan mereka, berbuat baik dan menyambung tali perhubungan kerabat itu. Lebih banyak mereka membuat jahat dan mengacau, lebih banyaklah hendaknya dia berbuat baik dan berbudi kepada mereka. Kalau boleh dia bersedekah kepada mereka, maka yang demikian adalah lebih utama dan lebih bagus.
Berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam :
أفضل الصدقة الصدقة على ذي الرحم الكاشح
“Sedekah yang paling utama ialah sedekah kepada kaum kerabat yang busuk hati.”
Yaitu kerabat yang suka mencaci dan menyimpan tujuan tidak baik kepada saudaranya yang berbuat baik kepadanya.
Sekali peristiwa Pernah seorang lelaki datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengadu hal, katanya: Aku ada kerabat yang senantiasa aku membantunya, tapi ia tetap memusuhiku. Demikianlah orang itu menyampaikan pengaduannya satu persatu hingga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berkata kepadanya: Allah senantiasa akan memelihara dan menolong anda selama anda terus bersikap baik terhadap kerabatmu itu. Yakni, selama orang itu terus berbakti dan menyambung tali kerabat dengannya, kendatipun mereka terus memutuskan dan memusuhinya.
Kelebihan sedekah terhadap kaum kerabat
Sayugialah hendaknya seseorang itu bila mengeluarkan sedekah, tidak melupakan kaum kerabatnya dan keluarganya yang berhajat. Tidak pantas ia bersedekah kepada orang lain, dan meninggalkan kaum kerabat sendiri.
Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam:
المتعدي في الصدقة كمانعها
“Orang yang mengenepikan sedekah (dari kaum kerabat) sama seperti orang yang tidak mengeluarkan sedekah.”
Ada sebuah riwayat menyebut: Barangsiapa yang bersedekah kepada orang luar, sedang ia mengetahui bahwa kaum kerabatnya lebih memerlukan sedekah itu, niscaya Allah tidak akan menerima sedekahnya.
Bunyi sebuah sabda yang lain:
الصدقة على الأجانب صدقة , والصدقة على الأقارب اثنتان : صدقة وصلة
“Bersedekah kepada orang lain adalah satu sedekah, dan bersedekah kepada kaum kerabat sama dengan dua sedekah yaitu sedekah dan perhubungan silatur-rahim.”
Pada pendapatku, hal itu perlu dalam keadaan kaum kerabat tidak begitu terdesak dalam keperluan. Kalau tidak, maka mereka lebih berhak kepada sedekah itu dari yang lain-lain. Tetapi jika sedekah yang hendak dikeluarkan itu sangat banyak boleh meliputi kaum kerabat dan orang luar, maka bolehlah dibahagikan kepada Mereka bersama, di mana sedekah itu akan menjadi kepada orang lain sebagai sedekah saja, dan kepada kaum kerabat menjadi sedekah dan perhubungan silatur-rahim. Adapun orang yang membawa sedekahnya keluar sambil meninggalkan kaum kerabat sendiri, padahal ia tahu benar bahwa mereka itu sangat memerlukan kepada bantuannya, maka nyatalah orang itu telah memilih jalan salah dan menganiaya, manakala sedekahnya pasti tertolak, menurut beberapa riwayat.
Apabila kerabat itu semakin dekat hubungannya dengan anda, maka haknya dalam sedekah itu lebih kukuh dan patut, dan mengeratkan perhubungan kerabat dengannya lebih perlu dan wajib. Kerabat yang lemah, miskin lagi perlu lebih utama untuk menerima kebaikan dan hubungan silatur-rahim anda dari pada kerabat yang kaya, kerana kerabat yang miskin itu mempunyai dua hak; yaitu hak kerabat dan hak miskin. Allah SWT telah mengiringkan perintah untuk berbuat baik kepada kaum kerabat dengan berbuat baik kepada kaum fakir-miskin dalam beberapa ayat AI-Quran, di antaranya:
فئات ذا القربى حقه والمسكين وابن السبيل (الروم :38
“Berikanlah kepada kaum kerabat haknya, dan juga orang miskin dan Ibnu Sabil.” (Ar-Rum: 38)
FirmanNya lagi:
وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ (البقرة : 177
“Dan ia telah memberikan harta yang dikasihinya itu kepada kaum kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin. ” (AI-Baqarah: 177)
Dan ada lagi lain-lain ayat yang menganjurkan perkara yang sama. Semua itu tiada syak lagi bahwa orang yang mempunyai dua hak lebih utama diberikan sedekah atau bantuan daripada orang yang mempunyai satu hak.
Lantaran ltu hendaklah setiap hamba yang mendapat taufiq dari Allah Ta’ala berusaha untuk menghubungi kaum kerabat dan kaum keluarganya dengan segala yang termampu atau yang terkuasa untuk berbakti, membantu, memberi hadiah dan sedekah, menziarah, menimbulkan sesuatu yang boleh menjadikan mereka gembira dan senang hati dan seumpamanya dalam artikata yang boleh menghasilkan kebaktian, hubungan silatur-rahim dan kegembiraan hati mereka.
Janganlah hendaknya ia mensia-siakan perintah menghubungkan silatur-rahim ini dengan merasa malas atau kikir, atau memandang ringan terhadap hak mereka yang telah dipandang berat dan besar oleh Allah Ta’ala, kerana Allah Ta’ala telah mengancam dengan seberat-berat ancaman terhadap orang yang memutuskan perhubungan silatur-rahim, maka atas setiap hamba mencuba menjalankan perintah ini dengan kadar yang boleh dan mampu, dan yakinlah Allah akan membantu kita dan memaafkan terhadap perbuatan yang kurang seumpama.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam:
بلوا أرحامكم ولو بالسلام
“Perhubungkanlah kaum kerabat kamu meskipun dengan mengangkat salam.”
Yakni, hubungilah mereka untuk sekadar kemampuan kamu. Dalam zaman ini banyak orang tidak mengambil berat terhadap perintah menghubungkan tali silatur-rahim, sering mengabaikan dan tidak perduli kepada kaum kerabat. Mungkin sebabnya ialah kerana kejelekan keadaan yang menimpa orang ramai dan negara seperti sukarnya pencarian dan sempit jalan mencari rezeki ataupun mungkin disebabkan kurangnya tangan yang murah pada masa ini, sehingga tidak banyak orang yang mahu menghubungkan tali kerabat dan persaudaraan.
Tersebut di dalam beberapa Hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bahwasanya menghubungkan tali silatur-rahim untuk memanjangkan umur dan menambahkan harta kekayaan. Dan bahwasanya dalam riwayat yang lain pula, Allah Ta’ala telah meluaskan rezeki setengah-setengah kaum serta menggandakan harta kekayaan mereka, tetapi Dia tidak Pernah memandang dan memberkati mereka itu sejak mula mereka hidup, disebabkan mereka itu telah mengabaikan silatur-rahim antara kaum kerabat, maka jadilah memutuskan silatur-rahim itu berlawanan dengan bicara yang mula-mula tadi. Wallahu-a’lam.