Hal-hal Yang Diremehkan Oleh Umat Islam Zaman Ini
Oleh: Al-Imam Al-‘Arif Billah Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf
Aku tidak tahu apa di zaman ini penghormatan kepada para ulama terutama ulama dari kalangan Ahlul Bait masih ada seperti masa lalu atau keadaan sudah terbalik? Kalau dahulu, para ulama terlebih-lebih mereka yang dari golongan Ahlul Bait al-Musthafa sangatlah dihormati. Karena hal itu menjadi keistimewaan serta kekhususan bagi pewaris Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Hal ini nampak pada kisah yang dibawa oleh sejarawan tentang al-Imam Ali Zainal Abidin ibn Sayyidina Husein bin Ali bin Abi Thalib ra. Namun apakah kalau sekarang ini ada penguasa dan orang ‘alim yang lewat, kiranya siapa diantara mereka yang lebih diperhatikan?
Padahal dalam cerita ini, orang semacam Hisyam bin Abdul Malik memiliki kekuasaan melebihi para penguasa zaman sekarang, sedangkan penguasa sekarang hanya punya sepetak daerah dengan beberapa daerah ada di dalamnya itu saja yang mereka punya. Tapi kalau yang dulu gambaran kekuasaannya sebagaimana yang diungkapkan seorang penyair:
‘Andaikan ada awan yang lewat di langit maka si penguasa tinggal bilang saja: ‘Wahai awan curahkahlah hujan dimana saja sesukamu, karena hasil dari curahanmu semua milikku.’ Hasil curahannya dari timur sampai barat akan diberikan kepadanya.’
Suatu kali tatkala Hisyam bin Abdul Malik berada di Masjidil Haram. Saat itu ia sedang duduk diatas kursi bersama para pengawalnya, saat itu Hisyam berniat untuk mencium Hajar Aswad, lalu ia perintahkan para pengawalnya untuk mengusir mereka yang sedang thawaf, agar ia mendapatkan jalan untuk menciumnya.
Tetapi tetap saja orang-orang yang sedang thawaf tidak mau menggubris para pengawal Hisyam yang sedang mengusir mereka. Sewaktu pengawalnya sibuk menyuruh minggir mereka yang sedang thawaf, tiba-tiba masuklah al-Imam Ali Zainal Abidin ke dalam Masjidil Haram untuk thawaf dan mencium Ka’bah.
Ketika mereka melihat al-Imam Ali Zainal Abidin ra ini masuk, mereka menyaksikan cahaya ilmu dan warisan Nabawiyah di wajahnya, akhirnya orang-orang yang sedang melakukan thawaf dengan sendirinya membukakan jalan untuk beliau ra mencium Hajar Aswad dengan tenangnya.
Kejadian itu mengundang perhatian semua orang, diantaranya seorang Arab dusun yang kala itu mungkin ia tidak mengenal sosok beliau ra, hingga ia bertanya kepada Hisyam bin Abdul Malik, Siapakah gerangan orang itu? Mengapa semua orang memberinya jalan ke Hajar Aswad?’
Hisyam yang mengenalnya pura-pura tidak kenal, seraya menjawab: ‘Aku tidak mengenalnya.’ Mendengar ini penyair Farazdaq langsung menjawab: ‘Justru aku mengetahuinya wahai Baginda Raja.’
Selanjutnya Allah swt mengilhamkan bait-bait syair kepada Farazdaq untuk memuji al-Imam Ali Zainal Abidin ra: ‘Inilah orang yang langkah kakinya dikenal oleh tanah Makkah. Ka’bah mengenalnya begitu juga Tanah Haram dan tanah halal ini. Inilah anak sebaik-baik hamba Allah swt secara keseluruhan.
Inilah orang yang paling bertakwa, bersih, suci dan masyhur. Inilah putra Fatimah. Jikalau engkau tidak tahu, maka saksikanlah, bahwa kakeknya adalah penutup Para nabi. Tidaklah ucapanmu: Siapa ini? Pantas baginya. Bangsa Arab dan ‘Ajam mengenal orang yang engkau ingkari itu.’
Kemudian sampai pada bait: ‘Di tangannya sumber wewangian baunya harum semerbak. Dari telapak tangannya yang hebat baunya tercium.’
Mendengar ini Hisyam marah dan akhirnya ia menangkap Farazdaq serta memenjarakannya. Begitu al-Imam Ali Zainal Abidin ra mendengar kabar ini, langsung beliau ra mengatakan dalam hati bahwa orang ini perlu mendapat bantuan karena ia masuk penjara karenanya.
Kemudian al-Imam Ali Zainal Abidin ra segera mengutus seseorang untuk mengirimkan uang kepada Farazdaq. Tatkala utusan al-Imam Ali Zainal Abidin sampai kepada Farazdaq, Farazdaq enggan menerimanya seraya berkata: ‘Aku tidak bisa terima uang ini, karena sesungguhnya aku puji kalian wahai Ahlul Bait sebagai bentuk kemuliaan terhadap kalian.’
Setelah uang itu dibawa kembali kepada al-Imam Ali Zainal Abidin, beliau enggan menerimanya dan memberikannya kepada pesuruhnya seraya mengatakan: ‘Kami Ahlul Bait apabila telah mengeluarkan sesuatu, kami tidak menariknya kembali, apa lagi mau menerimanya lagi.’
SUMBER : BERADA DI TAMAN SURGA BERSAMA CUCU NABI