Tawasul Bagian ke-5
Soal : Jika tawassul dengan orang-orang yang telah mati itu boleh, mengapa Khalifah Umar bin al-Khatthab bertawassul dengan al-Abbas, tidak dengan Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam?
Jawab : Para ulama telah menjelaskan hal ini juga, mereka berkata: “Adapun tawassul Umar bin al-khatab dengan al-Abbas r.a. bukanlah dalil larangan tawassul dengan orang yang telah meninggal dunia. Tawassul Umar bin al-Khatthab r.a. dengan al-Abbas tidak dengan Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam itu untuk menjelaskan kepada orang-orang, bahwa tawassul dengan selain Nabi itu boleh, tidak berdosa. Tentang mengapa dengan al-Abbas bukan dengan sahabat-sahabat lain, adalah untuk memperlihatkan kemuliaan ahli bait Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam.
Soal : Apa dalilnya?
Jawab : Dalilnya adalah perbuatan para sahabat. Mereka selalu dan terbiasa bertawassul dengan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam setelah beliau wafat. Seperti yang diriwayatkan Imam al-Baihaqi dan Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang shahih:
إن الناس قطحوا فى خلافة عمر رضي الله عنه فجاء بلال بن الحارث رضي الله عنه الى قبر النبي صلى الله عليه وسلم وقال يا رسول الله استسق لأمتك فإنهم هلكوا فأتاه رسول الله صلى الله عليه وسلم فى المنام وقال ائت عمر بن الخطاب وأقرئه السلام وأخبرهم أنهم يسقون فأتاه واخبره فبكى عمر رضى الله عنه وسقوا.
“’Sesungguhnya orang-orang pada masa khilafah Umar bin alKhatthab ra. tertimpa paceklik karena kekurangan hujan. Kemudian Bilal bin Al Harits ra. datang ke kuburan Rasulullah Shalallahu Alaihi WaAlihi Wa Shahbihi Wasalam dan berkata: “Ya Rasulullah, mintakanlah hujan untuk umatmu karena mereka telah binasa.’ Kemudian ketika Bilal tidur didatangi oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi WaAlihi Wa Shahbihi Wasalam dan berkata: “Datanglah kepada Umar dan sampaikan salamku kepadanya dan beritahukan kepada mereka, bahwa mereka akan dituruni hujan.” Bilal lalu datang kepada khalifah Umar dan menyampaikan berita tersebut. Umar menangis dan orang-orang dituruni hujan.“
Soal : Di mana letak penggunaan dalil hadits tersebut?
Jawab: Letak penggunaan dalil dari hadits tersebut adalah perbuatan Bilal bin al-Harits, seorang sahabat Nabi Shalallahu Alaihi WaAlihi Wa Shahbihi Wasalam yang tidak diprotes oleh khalifah Umar maupun sahabat-sahabat Nabi lainnya. Imam ad-darimi juga mentakhrij sebuah hadits:
ان اهل المدينة قطحوا قحظا شديدا فشكوا الى عائشة رضي الله عنها فقالت انظروا الى قبر النبي صلى الله عليه وآله وسلم فاجعلوا منه كوى الى السماء حتى لا يكون بينه وبين السماء سقف ففعلوا فمطروا مطرا شديدا حتى نبت العشب وسمنت الإبل حتى تفتقتفسمي عام الفتقة.
”Sesungguhnya penduduk Madinah mengalami paceklik yang amat parah, karena langka hujan. Mereka mengadu kepada Aisyah ra. dan ia berkata: “Lihatlah kamu semua ke kuburan Nabi Shalallahu Alaihi WaAlihi Wa Shahbihi Wasalam lalu buatlah lubang terbuka yang mengarah ke langit, sehingga antara kuburan beliau dan langit tidak ada atap yang menghalanginya. Mereka melaksanakan perintah Aisyah, kemudian mereka dituruni hujan yang sangat deras, hingga rumput rumput tumbuh dan unta-unta menjadi gemuk.” (HR. ad-Darimi)
Sumber : Tanya Jawab Akidah Ahlussunnah wal Jamaah Karya Al-Habib Zein bin Ibrahim bin Smith Al-Alawi Al-Husaini