Soal: Apa keharusan kita dalam menyikapi perbedaan dan perselisihan yang terjadi di antara para sahabat?
Jawab: Kita wajib menahan (diam), tidak membicarakan perselisihan di antara para sahabat, dan wajib berpaling dari berita-berita (cerita) ahli sejarah, riwayat para perawi yang tidak tsiqah dan penyesatan orang-orang ahli bid’ah yang mencela salah seorang sahabat. Kita harus memberi takwil yang baik terhadap riwayat-riwayat tentang perselisihan di antara mereka, mengingat jasa-jasa baik mereka dalam membela dan menyebar luaskan Islam, dan tidak perlu membicarakan selain itu. Allah Swt. lebih mengetahui mereka dan telah memuji-muji mereka dengan firman-Nya:
محمد رسول الله والذين معه اشدآء على الكفار رحمآء بينهم تراهم ركعا سجدا يبتغون فضلا من الله ورضوانا.
“Muhammad itu adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku‘ dan sujud mencari karunia Allah dan ke-ridhaan-Nya.” (QS. 48, al-Fath: 29)
Demikianlah Allah Swt. menerangkan sifat-sifat para sahabat Nabi Shalallahu Alaihi WaAlihi Wa Shahbihi Wasalam dengan jelas. Allah mengetahui mereka sebelum dan sesudah wafat Nabi Shalallahu Alaihi WaAlihi Wa Shahbihi Wasalam Barangsiapa terlintas di hatinya, bahwa Allah tidak mengetahui apa yang bakal terjadi di kalangan para sahabat setelah ditinggal wafat Rasulullah Shalallahu Alaihi WaAlihi Wa Shahbihi Wasalam, maka ia adalah kafir.
Demikian juga halnya, peperangan dan perselisihan antara Imam Ali dan Mu’awiyah; harus di takwil secara baik, dan tak seorangpun boleh menghukumi kafir salah seorang di antara keduanya. Para ulama menjelaskan: Sesungguhnya Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ra. telah melakukan ijtihad dalam persoalan khilafah, dan benar ijtihadnya, dan ia orang yang paling berhak menduduki jabatan khilafah waktu itu. Sedangkan Mu’awiyah ra. telah berijtihad pula, tapi salah ijtihadnya, dan ia tidak berhak menjadi khalifah bersamaan dengan Ali ra. Andaikata kita berada di zaman itu, tentu kita bersama Ali menyadarkan Mu’awiyah dan golongan pembangkang hingga mereka patuh pada hukum Allah. Tetapi demi keselamatan, kita diam. Allah lebih mengetahui niat dan isi hati mereka.
تلك امة قد خلت لها ما كسبت ولكم ما كسبتم ولا تسألون عما كانوا يعملون
“Itu adalah umat yang telah lalu, baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggung jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. 2, al-Baqarah: 141)
Sumber : Tanya Jawab Akidah Ahlussunnah wal Jamaah Karya Al-Habib Zein bin Ibrahim bin Smith Al-Alawi Al-Husaini