Mohon Pertolongan ( Istighatsah ) Bagian Ke-2
Soal : Apa dalil disyariatkannya Istighatsah?
Jawab : Dalilnya adalah hadits-hadits Nabi Shalallahu Alaihi WaAlihi Wa Shahbihi Wasalam antara lain:
ان النبي صلى الله عليه وسلم قال ان الشمس تدنو يوم القيامة حتى يبلغ العرق نصف لأذن فبينما هم كذالك استغاثوا بأدم ثم بموس ثم بمحمد صلى الله عليه وسلم
“Sesungguhnya Nabi Shalallahu Alaihi WaAlihi Wa Shahbihi Wasalam bersabda: “Sesungguhnya dihari kiamat nanti matahari berada sangat dekat dengan manusia, sehingga keringat membanjir setinggi telinga. Ketika manusia dalam keadaan seperti itu, maka mereka meminta pertolongan Nabi Adam, kemudian Nabi Musa, lalu kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi WaAlihi Wa Shahbihi Wasalam” (HR. Imam al-Bukhari)
Hadits diatas adalah dalil yang paling tegas disyariatkannya istighatsah (meminta pertolongan) kepada selain Allah.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan Imam at-Thabrani disebutkan:
انالنبي صلى الله عليه وسلم فال اذا ضل احدكم – فى الطريق – او ارد عونا وهو بأرض ليس فيها انيس فليقل يا عباد الله اغيثوني.وفى رواية اعينوني فإن الله عبادا لاترونهم
Sesungguhnya Nabi Shalallahu Alaihi WaAlihi Wa Shahbihi Wasalam bersabda: “Apabila salah seorang di antara kamu tersesat dijalan atau apabila salah seorang di antara kamu hendak meminta tolong, sedangkan ia berada di tempat yang tiada sahabat/orang yang baik hati, maka ucapkanlah: “Hai hamba hamba Allah, tolonglah aku.” Dalam sebuah riwayat lain disebutkan dengan redaksi: Tolonglah aku.” Sesungguhmu Allah itu mempunyai hamba-hamba yang tidak kamu lihat.
Hadits ini dengan jelas menunjukkan dibolehkannya memanggil-manggil untuk memohon bantuan kepada orang-orang yang tidak terlihat yang hidup maupun yang mati.
Imam Sayyid Ahmad Zaini Dahlan dalam kitab Khulashatul Kalam menegaskan: Madzhab Ahlus-sunnah wal Jamaah membolehkan tawassul dan istighatsah (meminta bantuan) dengan orang-orang yang hidup dan orangorang yang telah tiada, karena kita tidak meyakini adanya pengaruh manfaat atau madharat kecuali milik Allah. Hanya Dia yang memilikinya din tiada sekutu bagi-Nya. Para nabi tidak memiliki kemampuan membuat apapun, mereka hanya diambil berkahnya dan dimintai bantuan karena kedudukannya sebagai orang-orang yang dicintai Allah Swt. Adapun orang-orang yang membedakan antara orang-orang hidup dan mati, mereka im berani mempunyai kepercayaan bahwa yang mempunyai kemampuan membuat sesuatu hanyalah orang-orang yang hidup, sedang yang mati tidak. Dan kita golongan Ahlus Sunnah wal Jama’ah berkeyakinan bahwa hanya Allah Pencipta segala sesuatu.
الله خلق كل شيء وهو عاى كل شيء وكيل
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” (QS. 39, Az-Zumar: 62)
والله خلقكم وما تعملون
“Dan Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” (QS. 37, as-Shaffat. 96)
Sumber : Tanya Jawab Akidah Ahlussunnah wal Jamaah Karya Al-Habib Zein bin Ibrahim bin Smith Al-Alawi Al-Husaini