Mari kita renungkan kisah Nabi bersama para sahabat beliau seperti diceritakan dalam Sahih al-Bukhari. Di situ terdapat pemikiran dari para panglima jihad mengenai sebab-sebab kemenangan. Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menuturkan jalan pikiran ini dan mengakuinya. Beliau bersabda: Akan ada sekelompok orang yang berperang, dan penaklukan tidak kunjung datang. Lalu ada orang berkata, “Apakah di antara kalian ada orang yang pernah melihat Rasulullah?” Mereka memohon penaklukan dengan perantara orang-orang itu, maka penaklukan diberikan kepada mereka.
Jadi, penyebab kemenangan tersebut adalah adanya mata yang pernah melihat Rasulullah Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam Lalu simaklah, kelanjutan dari Hadis yang terdapat dalam Sahih al-Bukhari.
Beliau bersabda: Lalu ada sekelompok orang yang berperang, dan penaklukan tidak kunjung datang. Lalu, ada yang bertanya, “Apakah di antara kalian ada orang yang pernah melihat orang yang pernah melihat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam ?”
Ada kesinambungan rahasia penglihatan dari satu orang ke orang yang lain.
Lalu, beliau bersabda: Ada sekelompok orang berperang (saat itu generasi sahabat dan tabiin sudah habis. Hanya tinggal sebagian kecil dari tabiut tabiin). Beliau bersabda: kemenangan tidak kunjung datang pada mereka. Maka, ada orang berkata: Apakah di antara kalian ada orang yang pernah meliliat orang yang pernah meliliat Sahabat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam
Karena itulah kita mendengar orang-orang Arifin berkata:
من لم ير وجه مفلح فكيف يفلح؟ ومن نظر الى وجه مفلح يعنى بعين المحبة والتعظيم والولاء كيف لا يفلح
Orang yang tidak melihat wajah orang yang beruntung, bagaimana mungkin dia menjadi orang beruntung!? Dan, orang yang melihat wajah orang yang beruntung (dengan pandangan cinta, hormat dan senang) bagaimana mungkin dia tidak menjadi orang beruntung?
Oleh karena itu, salah satu rahasia kesuksesan tokoh-tokoh kita semacam Kiai Hasyim Asy’ari dalam mendirikan Nahdlatul Ulama adalah pandangan mata terhadap wajah-wajah saleh yang ada sebelum beliau. Beliau berhubungan dengan mereka karena hormat dan cinta. Jiwa beliau terikat dengan jiwa mereka. Pandangan ini bersambung pada Ahlul Bait yang saleh pada zaman beliau, lalu kepada generasi sebelumnya, hingga kepada wajah Rasulullah Muhammad
Hal ini pula yang menjadi rahasia keberhasilan pendiri Pesantren Lirboyo Kediri, KH. Abdul Karim. Berkat rahasia pandangan tersebut dan berkat kelanggengan pesantren ini hingga sekarang, hingga 87 tahun, kita berkumpul dalam Majelis Muwashalah 87 tahun setelah pendirian pesantren ini.
Kenapa jejak ini bisa bertahan hingga sekarang? Karena rahasia pandangan, yakni adanya pandangan dan ikatan hati melalui mata rantai tersebut sampai kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam
Allah SWT melanggengkan rahasia ikatan ini. Mereka adalah orang-orang mencintai Ahlul Bait, mengikuti jalan para Sahabat dan jalan Ahlusunah. Mereka tidak pernah menyimpang dari jalan ini. Mereka mencintai para Sahabat yang mulia. Semuanya karena Allah SWT dan Rasul-Nya Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam . Mereka tidak mengenal apa yang dipegang oleh Khawarij, sebagaimana mereka juga tidak mengenal apa yang dipegang oleh orang-orang Syiah. Mereka mencintai Ahlul Bait, tanpa ada unsur paham Syiah, dan mencintai Sahabat Rasulullah, tanpa ada unsur faham Khawarij.
Sumber: Ceramah Habib Umar bin Hafidz dalam Kongres Ulama ke-7 di Lirboyo