5. Kehormatan Akal Budi
Mengenai kehormatan akal budi: Karena itulah dilarang mengkonsumsi barang-barang yang dapat memabukkan dan membahayakan akal pikiran.
Inilah lima prinsip dasar yang disepakati oleh seluruh syariat bahwa harus dijaga. Ini juga merupakan undang-undang ketenteraman dunia bagi orang-orang mukmin. Ini adalah peraturan keamanan global dalam ajaran Islam. Dibangun di atas pengertian yang benar mengenai al-wala dan al-bara” (cinta dan benci). Apa dan siapa yang harus dicintai dan didukung; apa dan siapa pula yang harus dibenci dan dilawan.
Allah SWT memerintahkan kita untuk anti terhadap kekafiran serta kejahatan, dan mewajibkan kepada kita mencintai dan membela Allah SWT, Rasul-Nya dan orang-orang mukmin.
إنما وليكم الله ورسوله والذين آمنو
Sesungguhnya kekasih (penolong) kalian hanyalah Allah SWT, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman (QS al- maidah [5]:55)
والمؤمنون والمؤمنات بعضهم اولياء بعض
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. (QS at-Taubah [9].71)
Wala’ artinya adalah membela, membantu dan mencintai. Maka, bagi orang yang berada di jalan yang benar, hal ini tidak boleh berlebih-lebihan dan tidak boleh lalai. Di antara sikap berlebih-lebihan adalah mudah meluncurkan tuduhan kafir terhadap kelompok yang berbeda. Naudzu billah… Juga, memiliki pemahaman yang berbeda dengan para Sahabat dan Tabiin. Sehingga, dia memusuhi mayoritas kaum Muslimin melebihi orang-orang kafir.
Di antara sikap lalai adalah melanggar batas ketentuan, sehingga dia melalaikan agama dan amanat, serta menganggap orang-orang kafir sebagai orang dekat dan kekasihnya. Dia bersahabat dekat dengan orang-orang kafir melebihi sesama Muslim. Jadi, tidak boleh berlebih-lebihan dan tidak boleh lalai.
Oleh karena itu, dalam hal ini ada beberapa ketentuan untuk menjaga arah kecenderungan:
Pertama, bergaul dan berkumpul dengan orang lain.
Kedua, menjaga dan membatasi apa yang dilihat dan didengar di dalam rumah kita, juga di kalangan murid-murid kita, anak-anak kita, keluarga kita, dan orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan kita, dengan cara mengawasi berbagai media yang menyajikan tontonan bagi mereka. Juga, dengan memberikan perhatian besar terhadap pendidikan semenjak dini, melalui niat yang baik sebelum menikah dan saat menikah, memperhatikan kehalalan makanan semenjak belum hamil. Bahkan, sangat diperlukan banyak berzikir dan mengucapkan kalimat-kalimat yang baik, menjauhi ucapan-ucapan kotor ketika sedang hamil.
Dengan menggunakan bukti-bukti kongkrit yang ilmiah, para peneliti saat ini, menyatakan bahwa perkembangan janin sangat terpengaruh oleh kata-kata yang diucapkan dan didengar oleh ibunya. Mereka juga meneliti pengaruh kata-kata terhadap air. Ketika dibacakan sesuatu terhadap air, ternyata terjadi perubahan pada komposisi air tersebut dibandingkan sebelumnya.
Kita telah mengetahui hal itu dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dan orang-orang saleh sebelum adanya penelitian ini. Bahkan, sekadar ucapan yang baik dan ucapan yang buruk saja sudah dapat memberikan pengaruh meskipun tanpa bacaan dan zikir apa-apa.
Kalau misalnya kita melakukan penelitian terhadap komposisi air yang kita bagi dalam dua wadah Selama beberapa hari kita ucapkan pada wadah air yang pertama, “Baik, baik, baik!” Sementa-untuk wadah yang kedua kita ucapkan, “Buruk, buruk, buruk!”
Setelah beberapa hari, telitilah komposisinya, yang satu wadah akan semakin baik, dan satunya lagi akan berubah jadi buruk, hanya gara-gara kata yang kita ucapkan.
Sumber: Ceramah Habib Umar bin Hafidz dalam Kongres Ulama ke-7 di Lirboyo