ketiga, menjaga lidah:
وقل لعبادى يقولوا التى هي احسن
Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar)…‘”(QSaI-lsra'[17]:53)
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda:
من كان يؤمن بالله والبوم الاخر فليقل خيرا او ليصمت
Barangsiapa beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, maka hendaknya dia mengucapkan sesuatu yang baik, atau diam.
Di antara tanda yang paling tampak sebagai wujud keislaman adalah menjaga lidah dan tangan. Mengenai hal ini ada Hadis riwayat Imam Muslim dalam sahihnya, dan juga riwayat yang lain:
المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده
Orang Islam adalah orangyang lidah dan tangannya tidak mengganggu sesama orang Islam.
Keempat, kokohnya sifat amanah (kejujuran sikap) membuat masyarakat merasa tenteram dengan kehadirannya dan mereka mempercayai dia atas harta, darah, dan harga diri mereka. Mari kita baca Hadis mengenai hal itu:
المؤمن من امنه الناس
Orang mukmin adalah orang yang ditenterami (dipercaya) oleh orang lain.
Karena itulah, orang-orang kafir sekalipun, menitipkan milik mereka yang paling berharga kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, padahal mereka sendiri tidak percaya dengan ajaran yang beliau sampaikan di Makkah.
Di sebuah wilayah di Indonesia ini, ada orang saleh yang datang ke sini untuk berdagang di sebuah kota. Lalu, dia hendak pergi meninggalkan kota tersebut. Ternyata, tetangga-tetangganya merasa sedih melepaskan kepergiannya, tidak hanya yang Muslim, tapi juga yang non Muslim.
Maka, orang-orang non Muslim yang lain bertanya kepada mereka. “Kenapa engkau sedih atas kepergian orang ini?” Dia menjawab, “Orang ini mendatangkan rasa aman padaku atas keluarga dan anak-anakku, melebihi kerabat-kerabatku sendiri.” Dia juga menuturkan, “Selama dia bersama kami, dia selalu membantu kami. Namun, aku sama sekali tidak pernah melihatnya membuka mata untuk melihat bagian dalam rumahku.”
Dia merasa sedih dengan kepergian orang saleh tersebut, padahal dia memiliki agama yang berbeda.
Ini merupakan pendorong utama yang bisa menyebabkan dia memeluk agama Islam.
Setelah lahir dari perut ibu, sudah ada berbagai sunah dan etika yang terkait dengan anak-anak kita. Imam al-Ghazali dalam Ihya” Ulumuddin menulis satu bab mengenai pendidikan anak-anak sejak dini. Di sana ada banyak hal penting yang perlu kita perhatikan untuk meluruskan kecenderungan. Imam ar-Ramli mengumpulkan bab ini dalam sebuah nazam yang beliau sebut Riyadlhatus-Shibyan.
Sumber: Ceramah Habib Umar bin Hafidz dalam Kongres Ulama ke-7 di Lirboyo